Nuba Adat Dayak
Nuba Adat Dayak merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang atau leluhur dari Suku Dayak bertujuan agar turun hujan dan membasahi daratan suku Dayak. Karena itu, tradisi ini hanya digelar di musim kemarau. Tradisi menuba ikan merupakan ritual yang dilakukan suku dayak dengan meracuni ikan menggunakan getah akar tuba.[1] Tradisi NubaTradisi ritual nuba adalah bentuk gotong royong dan kerja sama di antara masyarakat Suku Dayak. Biasanya masyarakat Suku Dayak akan melakukan ritual ini pada malam hari dan berharap di esok harinya hujan akan turun. Pertama, masyarakat Dayak akan menuju ke hutan belantara untuk mencari akar tuba. Setelah berhasil ditemukan dan dikumpulkan semua akar tuba akan ditumpuk di hulu sungai beralaskan batu dan pasir. Setelah itu, masyarakat dayak laki-laki dewasa bergotong royong memukul akar tuba agar getahnya keluar. Getah tuba ini merupakan racun alami yang sangat mematikan. Akar tuba yang dipukulkan itu akan hancur dan remuk. Kemudian akar itu akan diperas ke dalam wadah yang berisi air. Kemudian racun tuba yang berwarna putih itu akan diangkut ke sampan atau perahu kayu milik masyarakat Suku Dayak. Setelah semua persiapan siap, maka perahu itu akan diarahkan ke tengah sungai. Air perasan tuba itu akan disebarkan atau dimasukkan ke dalam sungai sesuai dengan perintah Kepala Suku Adat Dayak setempat. Selanjutnya dalam waktu kurang lebih setengah jam, berbagai jenis ikan akan bermunculan karena terkena racun yang disebarkan dari perahu kayu di tengah sungai. Masyarakat yang lain sudah menunggu di hilir sungai untuk menangkap ikan yang keracunan. Banyak masyarakat dayak yang menaiki sampan atau perahu tradisional yang dilengkapi dengan alat tangkap ikan tradisional seperti pancingan, tombak dan jaring. Bahkan ada juga masyarakat yang menangkap ikan dengan tangannya. Referensi
|