Operasi Assaf
Latar BelakangSeusai Operasi Yoav, Angkatan Darat Mesir mencoba membangun garis pertahanan di antara dua wilayah yang diduduki pasukannya di Negev, sepanjang jalan Beer Sheva-Gaza. Dengan upaya perdamaian internasional makin menguat, kedua belah pihak merasa perang akan segera berakhir, maka sebuah garis pertahanan dirasa dapat membantu upaya Mesir dalam mengeklaim mayoritas wilayah barat dan selatan Negev, termasuk beberapa pemukiman Israel. Israel berharap dapat memutus dua pasukan Mesir sebelum dapat membangun dan menempati benteng pertahanan di sepanjang lini pertahanan yang baru. Oleh karenanya, Operasi Assaf digagas dan dilaksanakan pada tanggal 5 Desember, dua minggu setelah Operasi Yoav selesai dijalankan. Dalam rangka memberi efek kejut terhadap pihak lawan, unit-unit IDF dikerahkan melalui Beer Sheva yang baru saja dikuasai menuju area samping selatan (belakang) Angkatan Darat Mesir, lalu menyerang ke arah utara (Pasukan Mesir memprediksi serangan akan berasal dari utara dan timur). Kekuatan yang TerlibatOperasi ini dijalankan, terutamanya oleh Brigade Golani dari Batalyon Infanteri Gideon, yang menjadi operasi pertamanya di wilayah selatan Israel atau area gurun pasir (Golani biasanya ditempatkan di area yang basah dan berbukit, wilayah Galilea Hulu dekat Dataran Tinggi Golan yang menjadi cikal bakal penamaannya). Selain itu, batalyon serang dan beberapa pengangkut personel lapis baja dari batalyon lapis baja, yang semuanya berasal dari Brigade Lapis Baja ke-8, ikut bergabung dalam operasi tersebut. Tak ketinggalan beberapa baterai artileri dan mortir juga mendukung mereka. Serangan utama akan dilakukan oleh pasukan mekanis, sedangkan pasukan infanteri Golani kemudian datang sebagai gelombang kedua untuk menetralkan dan mempertahankan area yang baru diduduki. Tahapan OperasiTahap 1, berjalan sesuai rencana, dengan pasukan IDF menguasai tiga posisi strategis dari Mesir tanpa adanya pertempuran atau jatuhnya korban dalam jumlah besar, pada hari pertama operasi dilaksanakan (5 Desember). Tahap 2, dijalankan pada keesokan harinya (6 Desember) mengambil alih kedudukan vital lainnya, sembari menyelesaikan seluruh tujuan operasi. Akan tetapi, pasukan Israel menghadapi perlawanan sengit di posisi lain (yang tidak dikuasai) dan terpaksa menghentikan laju gerakan mereka ketika mengenai ranjau darat di lokasi lain. Pada hari yang sama, pasukan Mesir meluncurkan serangan balik terhadap posisi-posisi yang telah direbut dari posisi utama mereka di barat, dengan satu batalyon infanteri, satu kompi tank, dan beberapa tembakan akurat artileri. Serangan tersebut hampir menerobos lini pertahanan Israel, tetapi terhenti ketika waktu senja. Dari data informasi menunjukkan pertempuran ini merupakan aksi tempur pertama yang dialami oleh batalyon tank Mesir, usai tiba dari Mesir kurang lebih 2 minggu sebelumnya. Mereka kehilangan 5 dari 12 unit tank yang ikut menyerang pada hari itu (jumlah korban tidak diketahui). Sedangkan, lima orang pasukan Israel tewas dan 28 lainnya terluka dalam perisitiwa serangan balik tersebut. Pasukan Mesir mempersiapkan diri untuk melanjutkan serangan balik pada keesokan harinya (7 Desember) pada waktu sore. Namun, hasil pengintaian Angkatan Udara Israel memperlihatkan persiapan dari pasukan Mesir di pagi hari. Batalyon serang Israel dikirim menuju sisi (kiri) utara dari pasukan Mesir dan menyerbunya ke arah selatan, kemudian mengejar pasukan Mesir ke arah barat sebelum akhirnya berhenti ketika berhadapan dengan posisi strategis anti-tank Mesir. Dilaporkan bahwa sekitar seratus tentara Mesir tewas terlantar setelah serangan tersebut, sementara 2 orang pasukan Israel terluka dan tak ada satupun yang tewas. Selama minggu-minggu berikutnya, pasukan Israel membersihkan area ladang ranjau, membangun benteng pertahanan, dan mengusik keberadaan pasukan Mesir di dekatnya, sebelum akhirnya ditarik keluar dari wilayah tersebut dalam maksud persiapan Operasi Horev.
Tautan Luar |