Operasi Badai
Operasi Badai (bahasa Serbo-Kroasia: Operacija Oluja / Операција Олуја, bahasa Inggris: Operation Storm) adalah pertempuran terbesar dan terakhir dalam Perang Kemerdekaan Kroasia serta faktor penentu hasil Perang Bosnia. Operasi itu merupakan kemenangan yang amat menentukan bagi Angkatan Bersenjata Kroasia (HV), yang menyerang sepanjang 630 kilometer (390 mil) melawan Republik Krajina Serbia (RSK) yang memisahkan diri, serta kemenangan strategis bagi Tentara Republik Bosnia dan Herzegovina (ARBiH). HV didukung oleh polisi khusus Kroasia yang bergerak maju dari Gunung Velebit, dan ARBiH menyerang dari daerah kantong Bihać di selatan Tentara Republik Krajina Serbia (ARSK). Pertempuran itu dilancarkan untuk memulihkan kendali Kroasia atas wilayah seluas 10.400 kilometer persegi (4.000 mil persegi), yang mewakili 18,4% teritori yang diklaimnya, serta kendali Bosnia atas Provinsi Otonom Bosnia Barat. Ini merupakan pertempuran darat terbesar di Eropa sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua. Operasi Badai dimulai saat fajar pada 4 Agustus 1995 dan dinyatakan selesai pada malam hari tanggal 7 Agustus, meskipun operasi pembersihan terhadap sisa-sisa perlawanan berlangsung hingga 14 Agustus. HV dan polisi khusus Kroasia mencatat 174–211 anggotanya tewas atau hilang, sedangkan anggota Tentara Republik Serbia Krajina yang tewas berjumlah 560 orang. Empat penjaga perdamaian PBB juga tewas. HV juga menahan 4.000 tawanan perang. Jumlah kematian warga sipil Serbia masih diperdebatkan — Kroasia mengklaim bahwa 214 tewas, sementara sumber-sumber Serbia menyebutkan 1.192 warga sipil tewas atau hilang. Selama dan setelah penyerangan, sekitar 150.000–200.000 orang Serbia yang tinggal di daerah yang dulunya dikuasai oleh ARSK melarikan diri dan berbagai kejahatan perang terhadap penduduk sipil yang tetap bertahan dilakukan oleh pasukan Kroasia. Pengadilan Pidana Internasional untuk Bekas Yugoslavia (ICTY) kemudian mengadili tiga jenderal Kroasia yang dituduh melakukan kejahatan perang dan mengambil bagian dalam usaha kriminal bersama yang dirancang untuk mengusir penduduk Serbia dari Kroasia, meskipun ketiganya pada akhirnya dibebaskan dan pengadilan membantah tuduhan atas kasus kejahatan. ICTY menyimpulkan bahwa Operasi Badai tidak ditujukan untuk penganiayaan terhadap etnis, karena warga sipil tidak sengaja menjadi sasaran. ICTY menyatakan bahwa Tentara Kroasia dan Polisi Khusus melakukan sejumlah besar kejahatan terhadap penduduk Serbia setelah serangan artileri, tetapi pimpinan negara dan militer dinilai tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka. Kroasia juga mengadopsi tindakan diskriminatif untuk mencegah kembalinya etnis Serbia. Human Rights Watch melaporkan bahwa sebagian besar pelanggaran selama operasi dilakukan oleh pasukan Kroasia dan pelanggaran berlanjut dalam skala besar selama berbulan-bulan sesudahnya, termasuk eksekusi warga sipil dan penghancuran harta benda etnis Serbia. Bertahun-tahun sebelumnya, etnis Kroasia mengalami pembersihan etnis di daerah yang dikuasai oleh ARSK dan pasukan pemberontak Serbia, dengan perkiraan 170.000-250.000 diusir dan dibunuh. Pada 2010, Serbia menggugat Kroasia ke Mahkamah Internasional (ICJ), mengklaim bahwa serangan itu merupakan genosida. Pada tahun 2015, pengadilan memutuskan bahwa serangan itu bukanlah genosida dan meski penduduk Serbia melarikan diri, Kroasia tidak memiliki niat khusus untuk menggusur minoritas Serbia di negara itu dan pembersihan etnis yang menyasar warga sipil tidak terjadi. Namun, ditemukan bahwa kejahatan terhadap warga sipil dilakukan oleh pasukan Kroasia. Pada November 2012, pengadilan Kroasia telah menghukum 2.380 orang atas berbagai kejahatan yang dilakukan selama Operasi Oluja. Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Operasi Badai.
|