P&O Ferries
P&O Ferries adalah sebuah perusahaan asal Britania Raya yang mengoperasikan kapal feri dari Britania Raya ke Irlandia, dan ke Eropa Daratan (Prancis, Belgia, dan Belanda). Perusahaan ini dibentuk pada tahun 2002 melalui penggabungan dan akuisisi di dalam P&O. Perusahaan ini dimiliki oleh DP World asal Dubai sejak tahun 2019. Sejarah1960-an – 1989Pada dekade 1960-an, P&O membuka layanan penyeberangan di Laut Utara dan Selat Inggris. Pada akhir dekade 1970-an, industri pelayaran mengalami penurunan, sehingga P&O menjual sejumlah bisnis dan asetnya. Pada tahun 1985, P&O juga menjual bisnis penyeberangan antar selatnya ke European Ferries,[1] yang saat itu meliputi rute Dover–Boulogne dan Southampton–Le Havre.[2] Pada bulan Januari 1986, P&O membeli 50,01% saham European Financial Holdings Ltd, yang memegang 20,8% saham European Ferries.[1] Pada tahun 1987, P&O membeli seluruh saham European Ferries yang layanan penyeberangannya menggunakan merek Townsend Thoresen. Pasca insiden Herald of Free Enterprise pada bulan Maret 1987, merek Townsend Thoresen diubah menjadi P&O European Ferries pada tanggal 22 Oktober 1987, dengan rute dari Portsmouth, Felixstowe, dan Dover. 1990 – 2019Pasca konsultasi dengan Komisi Kompetisi,[2] P&O European Ferries kemudian resmi dibagi menjadi tiga, yakni P&O Portsmouth, P&O North Sea, dan P&O Stena Line, yang merupakan perusahaan patungan antara P&O dan Stena Line asal Swedia.[2] Pada bulan April 2002, P&O mengumumkan rencananya untuk membeli 40% saham P&O Stena Line yang dipegang oleh Stena Line. Pembelian tersebut akhirnya selesai pada bulan Agustus, dan dua bulan kemudian,[3] P&O Portsmouth dan P&O North Sea digabung dengan P&O Stena Line untuk membentuk perusahaan ini dengan nama "P&O Ferries Ltd". Pada bulan September 2004, P&O Ferries Ltd mengumumkan penutupan sejumlah rute dari Portsmouth, sehingga hanya menyisakan rute Portsmouth – Bilbao. Penutupan tersebut umumnya disebabkan oleh meningkatnya jumlah maskapai berbiaya rendah dan meningkatnya penggunaan Channel Tunnel.[4] Pada tahun 2006, P&O Group, termasuk P&O Ferries, dijual ke DP World asal Dubai. P&O Ferries kemudian diambil alih oleh Dubai World.[5] Pada tanggal 15 Januari 2010, P&O Ferries mengumumkan bahwa mereka akan menutup rute Portsmouth–Bilbao pada akhir bulan September bersamaan dengan berakhirnya penyewaan untuk Pride of Bilbao.[6][7] Pada bulan Januari 2019, P&O Ferries mengumumkan bahwa bendera dari kapalnya di Britania Raya akan diubah dari Britania Raya menjadi Siprus, sebagai respon terhadap keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa pada tahun 2019 "atas alasan operasional dan akuntansi". Siprus adalah anggota dari Uni Eropa dan merupakan bendera kemudahan.[8] Perubahan tersebut pun memungkinkan P&O untuk tetap menikmati kebijakan perpajakan Uni Eropa.[9] Menurut National Union of Rail, Maritime and Transport Workers, perubahan tersebut merupakan "oportunisme murni", dengan menyatakan bahwa "tujuan jangka panjang dari perusahaan ini memang mengubah bendera kapalnya dari Britania Raya menjadi surga pajak".[9] Pada tanggal 20 Februari 2019, DP World mengumumkan bahwa mereka telah membeli kembali P&O Ferries dari Dubai World dengan harga £322 juta.[5] 2020 - sekarangPengurangan pegawai 2022Pada tanggal 17 Maret 2022, P&O tiba-tiba menghentikan operasionalnya, membatalkan semua pelayaran, serta menurunkan semua penumpang dan barang dari kapalnya. Sebanyak 800 orang pegawai P&O Ferries kemudian diberitahu melalui panggilan video bahwa mereka "akan segera diberhentikan karena jumlah pegawai yang terlalu banyak", dan bahwa mereka akan digantikan oleh pegawai yang dikontrak oleh pihak ketiga. Pegawai di sejumlah kapal feri pun menolak untuk turun dari kapal. Seorang juru bicara dari National Union of Rail, Maritime and Transport Workers menyatakan bahwa tidak ada konsultasi dengan pegawai atau serikat pekerja.[10] Chairman dari Transport Select Committee, Huw Merriman MP, pun mengkritik P&O.[11] Pemerintah Britania Raya kemudian menyatakan bahwa mereka akan meninjau kembali kontrak mereka dengan perusahaan ini.[12] Seruan untuk memboikot P&O Ferries kemudian juga disuarakan oleh masyarakat, perusahaan perjalanan wisata, dan politisi.[13] Metode dari pemberhentian tersebut, yang diawasi oleh mantan prajurit, pun dikritik oleh sejumlah pejabat pemerintah dan pebisnis. Mark Russell, direktur non-eksekutif DP World, lalu bahkan mengundurkan diri karena tidak setuju dengan metode dari pemberhentian tersebut. P&O Ferries merugi selama pandemi COVID-19 dan dana pensiunnya juga mengalami defisit. P&O Ferries juga diberitakan menghadapi biaya operasional yang tinggi dan kompetisi yang ketat dari Irish Ferries. Verity Slater, mitra dan ahli hukum ketenagakerjaan maritim di Stephens Scown, berkomentar bahwa P&O mungkin tidak harus mengikuti hukum ketenagakerjaan di Britania Raya, karena sejumlah kapalnya tidak berbendera Britania Raya.[14] Pada tanggal 24 Maret 2022, CEO P&O Ferries, Peter Hebblethwaite, mengkonfirmasi di hadapan Transport Select Committee bahwa mereka telah melanggar hukum, karena memberhentikan pegawainya tanpa berkonsultasi terlebih dahulu.[15] Grant Shapps kemudian menyatakan bahwa P&O Ferries harus mengubah nama dari MS Spirit of Britain, MS Pride of Hull, MS Pride of Kent, dan MS Pride of Canterbury untuk menghilangkan unsur Britania Raya dari kapal-kapal tersebut, jika P&O terbukti melanggar hukum Britania Raya.[16][17] Shapps pun mengkonfirmasi bahwa kapal-kapal tersebut hanya dapat kembali beroperasi setelah menjalani pelatihan penuh dan inspeksi dari Maritime and Coastguard Agency.[18] Pada tanggal 24 Maret, Shapps menulis kepada Hebblethwaite guna memberinya "satu kesempatan terakhir" untuk mempekerjakan kembali 800 orang tersebut.[19] Pada tanggal 29 Maret, Hebblethwaite menyatakan bahwa ia tidak akan mengundurkan diri, walaupun dua kapal milik P&O telah disita atas alasan keselamatan, dan menyatakan bahwa P&O tidak akan mempekerjakan kembali 800 orang yang mereka berhentikan.[20] Kontroversi tersebut juga menyebabkan P&O Cruises, yang awalnya dimiliki oleh P&O, tetapi telah didivestasi pada tahun 2000 dan diakuisisi oleh Carnival Corporation & plc pada tahun 2003,[21][22] mendapat sorotan publik, dan akhirnya mengadakan kampanye iklan untuk mengklarifikasi bahwa mereka tidak lagi terafiliasi dengan P&O Ferries.[23] Pada tanggal 25 April, diberitakan bahwa P&O Ferries dipaksa untuk membatalkan upayanya dalam memotong gaji dari para pegawai baru. National Union of Rail, Maritime and Transport Workers (RMT) juga mendapat laporan dari pelaut yang dipaksa untuk meneken kontrak baru dengan gaji yang lebih rendah. RMT kemudian melaporkan perusahaan ini ke Maritime and Coastguard Agency, yang kemudian memastikan bahwa gaji tersebut tidak dikurangi.[24] Merek lain
Lambat laun, P&O Ferries memiliki sejumlah anak usaha, masing-masing dengan merek tersendiri, antara lain:
OperasiSepanjang sejarahnya, P&O Ferries beroperasi di lima kawasan utama, yakni Dover, Portsmouth, Southampton, Laut Irlandia, dan Laut Utara. DoverP&O memulai layanan penyeberangan di Dover pada tahun 1976 dengan rute ke Boulogne, Prancis dengan merek Normandy Ferries dengan menggunakan MV Lion yang sebelumnya dioperasikan oleh Burns & Laird Line di rute antara Ardrossan dan Belfast. Burns & Laird Line saat itu merupakan bagian dari P&O Group. P&O Normandy Ferries kemudian melengkapi rute Dover-Boulogne dengan kapal kembar MV Panther dan MV Tiger, yang sebelumnya dioperasikan di Denmark. Rute Dover-Boulogne lalu dijual ke European Ferries pada tanggal 4 Januari 1985[25] yang kemudian menyatukan operasi di rute tersebut dengan di rute Southampton–Le Havre untuk membentuk Normandy Ferries Ltd. Setelah membeli European Ferries, P&O mengoperasikan rute dari Dover ke Calais, Prancis dan Zeebrugge, Belgia, awalnya dengan merek Townsend Thoresen. Tetapi karena reputasi buruk akibat insiden Herald of Free Enterprise pada bulan Maret 1987, merek Townsend Thoresen kemudian diubah menjadi P&O European Ferries, dengan sebagian besar kapalnya diberi awalan Pride of. ReferensiCatatan
Bibliografi
Pranala luar |