Pantai Tanjung KolomboyPantai Tanjung Kolomboy[1] adalah pantai yang terletak di antara Desa Mayayap, dan Desa Toiba, Bualemo, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Pantai Tanjung Kolomboy berjarak 37 km dari Desa Mayayap dan memiliki pantai berpasir putih dengan kekayaan hayati biota bawah laut. Daerah tersebut memiliki iklim tropis, dengan suhu rata-ratanya adalah 24 °C. Bulan terpanas adalah Oktober, yaitu pada suhu 26 °C, dan Maret adalah bulan terdingin, yaitu pada suhu 21 °C.[2] Curah hujan rata-ratanya adalah 2,092 milimeter per tahun. Banyak orang di sekitar Tanjung Kolomboy mengatakan bahwa Tanjung Kolomboy dulunya bernama Tanjung Pati-Pati dan Tanjung Pati-Pati adalah batas paling Timur dari Kerajaan Tojo[3] yang dinamai dengan nama Wilayah Pati-Pati dan Tanjung Pati-Pati adalah salah satu tempat yang menjadi petunjuk batas timur dari wilayah Kerajaan Tojo, dan dinamakan sekarang dengan nama Tanjung Kolomboy mengacu kepada nama Raja Tojo yaitu Kolomboy[4], ayah dari Tandjumbulu yang juga seorang Raja Tojo. Bukti Pati-Pati adalah batas paling timur dari Kerajaan Tojo adalah banyaknya penggunaan Bahasa Bare'e disekitar wilayah Pati-Pati seperti Uwe, Ngkai, Mea, dll.[5] SejarahSebuah lontara [6] di zamannya Wartabone menyebutkan bahwa orang yang membawa lontara ini akan bertahta di Tojo (Tojo adalah pusat dari wilayah-wilayah Suku Bare'e), Ampana (semua wilayah dari To Ampana yang mana To Ampana atau kemudian nantinya akan disebut Suku Taa tersebut, penduduknya To Ampana menyebar sampai ke perbatasan Kerajaan Mori, dan juga di Tanjung pati-pati, Bualemo), dan Bongka yang merupakan wilayah dari To Wana.[7] Dan Pemerintah koloni Hindia Belanda selalu beralasan yang punya Tana Poso adalah "Pangeran Bone", tetapi Kerajaan Tojo menanggapi pihak Belanda dengan sangat tenang karena Kerajaan Tojo memiliki Tombak Arajang[8] pemberian dari Kerajaan Bone dari Sulawesi Selatan sewaktu mendirikan Kerajaan Tojo tahun 1770 oleh Raja Tojo Pilewiti yang merupakan sepupu Raja Bone. Permasalahan yang muncul kemudian adalah "pengkaburan sejarah tana poso", mengenai siapakah pemilik tana poso, Karena tidak mungkin satu wilayah memiliki dua suku dan tidak mungkin juga satu wilayah dimiliki dua kerajaan yang berbeda yaitu Suku Bare'e di pihak Kerajaan Tojo dan Toraja (pamona) kristen di pihak Kerajaan Luwu, dan Kerajaan Luwu tidak memiliki bukti kepemilikan Tana Poso seperti Arajang[9] Kerajaan Tojo.[10] PotensiCagar Alam Pati-PatiSecara administratif memiliki luas 3.103,79 Ha dengan letak geografi kawasan 122°59'40-123°02'06 BT dan 0°36'50- 0°42'20 LS. Secara administratif, dahulunya Cagar Alam Pati-Pati termasuk wilayah Kerajaan Tojo sebelum diambil alih menjadi bagian wilayah Pemerintah Hindia Belanda menjadi bentuk Landschap Banggai, dan sekarang masuk dalam wilayah Desa Toiba, Kecamatan Bualemo, Banggai.[11] Lihat Pula
Referensi
|