Share to:

 

Parysatis

Parysatis
Mahaibusuri Iran
Periodedari 404 SM
PendahuluAmestris atau Atosa
Mahapermaisuri Iran
Periodesampai 404 SM
PendahuluDamaspia
PenerusStateira
PasanganDarius II
KeturunanArtahsasta II
Koresy
Oxendras
Artoxexes
Ustana
Amestris
AyahArtahsasta I
IbuAndia dari Babilonia

Parysatis (/pəˈrɪsətɪs/; bahasa Yunani Kuno: Παρύσατις) merupakan putri, mahapermaisuri, dan mahaibusuri Iran pada masa Akhemeniyah. Dia adalah putri Artahsasta I, saudari tiri sekaligus istri Darius II, dan ibu dari Artahsasta II.

Latar belakang

Parysatis memiliki pertalian darah dengan sejumlah raja diraja Iran. Ayahnya adalah Artahsasta I. Ibunya adalah seorang selir dari Babilonia bernama Andia. Dia memiliki tiga saudara seayah yang masing-masingnya berbeda ibu yang bertakhta sebagai raja diraja Iran sepeninggal Artahsasta I, yakni Xerxes II, Sogdyana, dan Darius II. Parysatis menikah dengan Darius II[1] dan memiliki beberapa putra, di antaranya Artahsasta II dan Koresy.[2]

Pengaruh

Parysatis memiliki pengaruh yang sangat kuat di istana dan memiliki jaringan mata-mata dan informan. Ktesias yang merupakan tabibnya menyebutkan dalam buku-bukunya tentang Parysatis yang menyelidiki dan memerintahkan eksekusi pada berbagai pihak yang dipandang ancaman bagi takhta. Parysatis sangat cerdas dan berhasil membantu Darius II naik takhta, meskipun suaminya bukan anak dari mahapermaisuri. Ktesias mencatat bahwa Darius sangat bergantung pada nasihatnya.

Selain itu, dia disebutkan telah memegang banyak tanah dan desa di Suriah, Media, dan BabIl, dan catatan pajak yang dibayarkan langsung kepadanya tetap ada, serta pelayan yang bertugas mengelola kepemilikan dan pengumpulan pajaknya - Ea bullissu.[3]

Suksesi takhta

Koresy adalah putra kesayangan Parysatis. Atas pengaruh Parysatis, Koresy diberi komando tertinggi di Anatolia barat saat remaja pada sekitar tahun 407 SM.[1] Saat Darius II meninggal, Parysatis mendukung Koresy. Namun Koresy dikalahkan oleh pihak Artahsasta II di Pertempuran Kounaxa dan ia menyalahkan satrap Tissafernis atas kematiannya. Ia kemudian memerintahkan Tissafernis dibunuh tak lama setelahnya.

Dalam tulisan Plutarkhos, disebutkan ada seorang prajurit muda Persia bernama Mithridates yang tanpa sadar memukul Koresy selama Pertempuran Kounaxa, membuatnya jatuh dari kudanya dan linglung. Beberapa kasim menemukan Koresy dan mencoba membawanya ke tempat yang aman, tetapi salah seorang pengikut Artahsasta II memukul pembuluh darah di belakang lututnya dengan anak panah, sehingga Koresy jatuh dan kepalanya terbentur batu hingga meninggal. Namun Mithridates membual membunuh Koresy di pengadilan, dan Parysatis membuatnya mendapat hukuman mati dengan kematian perlahan dan menyiksa menggunakan metode skafisme. Setelah memenangkan permainan dadu dengan Artahsasta II, Parysatis juga mendapat kewenangan untuk membalas dendam pada Masabates, kasim istana yang telah memotong tangan dan kepala Koresy, dengan mengulitinya hidup-hidup.[4]

Persaingan

Terituchmes merupakan calon suami Putri Amestris yang merupakan putri Darius dan Parysatis. Namun Terituchmes lebih menyukai salah satu saudari tirinya daripada Amestris dan mencoba melancarkan pemberontakan. Parysatis kemudian memerintahkan Terituchmes dan seluruh keluarganya dihukum mati. Namun atas permintaan Artahsasta, Stateira yang merupakan saudari Terituchmes sekaligus istri Artahsasta mendapat pengecualian.[5]

Pada keberjalanannya, baik Parysatis maupun Stateira berusaha menjadi tokoh penting dalam memberi pengaruh pada raja diraja, sehingga keduanya terkunci dalam persaingan sengit. Parysatis mendorong Artahsasta mengambil selir untuk menyakiti hati Stateira. Stateira sendiri juga secara terbuka menentang kekejaman Parysatis di istana. Misalnya, Stateira mengkritik perlakuan brutalnya terhadap kasim Masabates, mengintensifkan konflik antara keduanya.

Persaingan mereka berakhir dengan kematian Stateira. Terdapat beberapa versi mengenai kejadian tersebut. Menurut satu versi, Parysatis ingin menyelamatkan nyawa komandan Sparta Klearkhos dan rekan-rekan jenderalnya, yang telah ditawan oleh Tissafernis, tetapi Stateira berhasil membujuk suaminya untuk mengeksekusi para tahanan. Oleh karena itu, Parysatis diduga telah meracuni Stateira. Dalam biografinya tentang Artahsasta II, Plutarkhos tidak mempercayai cerita ini. Menurut tradisi lain, Parysatis membunuh menantu perempuannya itu karena dia menyadari kecintaan yang amat mendalam putranya pada Stateira. Plutarkhos melaporkan bahwa Parysatis melakukan pembunuhan dengan bantuan seorang dayang setia bernama Gigis. Dia menyajikan hidangan seekor burung yang dibuat sedemikian rupa sehingga hanya sebagian dari hidangan tersebut yang mengandung racun. Hidangan tersebut disajikan saat makan bersama, menyebabkan kematian menyakitkan bagi Stateira.[6]

Artahsasta sangat marah dan berusaha menangkap Gigis, yang disembunyikan di kediaman Parysatis. Akhirnya Gigis ditangkap ketika dia mengunjungi keluarganya dan dihukum mati. Parysatis diasingkan ke Babil, tetapi dapat kembali setelah itu untuk terus menjalankan perannya sebagai penasihat kaisar.[7]

Budaya populer

Asteroid 888 Parysatis yang ditemukan oleh Max Wolf dinamakan dengan namanya.

Catatan

  1. ^ a b Agesilaos, P Cartledge hlm. 186
  2. ^ Plutarkhos, Lives, Life of Artaxerxes
  3. ^ William Greenwalt. "Parysatis I (fl. 440–385 bce)". Encyclopedia.com. 
  4. ^ Plutarch. Ed. by A.H. Clough. "Artaxerxes," Plutarch's Lives. 1996. Project Gutenberg
  5. ^ Ktesias, Persica 55-56 (dalam kutipan dari Photios I dari Konstantinopel).
  6. ^ Plutarkhos, Artaxerxes 5-6 dan 17-19 (utamanya berdasar dari Ktesias).
  7. ^ "Photius' Excerpt of Ctesias' Persica". Livius.org. 
Kembali kehalaman sebelumnya