Payung Hitam
Payung Hitam adalah sebuah film dokumenter karya sutradara Chairun Nissa. Film ini mendapatkan kesempatan untuk diputar di Salaya International Documentary Film Festival, Thailand, dan dan Flying Broom International Women's Film Festival di Turki.[1][2] SinopsisBerkisah tentang perjuangan mencari keadilan dua orang perempuan, Neneng dan Sumarsih, yang bertemu dalam aksi Kamisan. Kamisan merupakan aksi diam korban dan keluarga korban berbagai kasus mulai era tahun 1965 sampai dengan saat ini. Setiap Kamis mereka berdiri di depan istana, memegang payung hitam, dan membawa berbagai pesan untuk disampaikan kepada Presiden. Neneng adalah petani dan ibu rumah tangga yang tanah miliknya, seluas seribu hektare, diambil secara paksa oleh Angkatan Udara pada tahun 2007. Sedangkan Sumarsih adalah seorang perempuan pensiunan pegawai DPR yang anaknya (bernama Wawan, mahasiswa Universitas Atma Jaya, Jakarta) menjadi korban penembakan pada era reformasi. Keduanya mencari keadilan untuk kasus mereka masing-masing. Film ini diproduksi tahun 2011 oleh Peace Women Across the Globe. Pemutaran perdananya didukung oleh Kontras, Yayasan Kalyanamitra, dan Ine Febriyanti, dalam rangka 16 hari kampanye antikekerasan terhadap perempuan.[3] Referensi
Pranala luar
|