Share to:

 

Pecuk-padi kecil

Pecuk-padi Kecil
Microcarbo niger dalam bulu tak-berbiak. Perhatikan warnanya yang kecokelatan dan dagunya yang putih.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
M. niger
Nama binomial
Microcarbo niger
(Vieillot, 1817)
Sinonim

Halietor niger
Phalacrocorax niger
Phalacrocorax javanicus

Pecuk-padi kecil (Microcarbo niger), dahulu disebut pecuk padi atau pecuk kecil, adalah sejenis burung laut anggota suku Phalacrocoracidae. Berukuran sedikit lebih kecil dari pecuk india, burung ini tak memiliki jambul dan berparuh lebih pendek. Pecuk-padi kecil menyebar luas di pesisir dan laut, dari wilayah India di barat hingga ke Jawa di sebelah timur. Oleh sebab itu, selain dikenal sebagai Little Cormorant dalam bahasa Inggris, burung ini kadang-kadang juga disebut Javanese Cormorant.

Pengenalan

Bulu musim kawin

Burung pecuk berukuran kecil, dari paruh ke ekor sekitar 56 sentimeter (22,0 in), dengan bulu-bulu berwarna hitam. Bulu musim kawin: hijau kehitaman, dengan beberapa bulu putih kecil di sisi kepala, di sisi leher, dan di atas mata. Di luar musim berbiak, bulu-bulu kecil tidak ada, tetapi dagu –dan kadang-kadang tenggorokan– berwarna putih. Burung muda berwarna lebih cokelat di punggung dan lebih putih di dadanya.[1]

Dibedakan dari pecuk-padi hitam melalui ukurannya yang lebih kecil, penutup sayap yang lebih seragam, dan paruhnya yang lebih padat.[1] Sementara, pecuk india memiliki paruh yang lebih panjang dan sempit, iris mata berwarna biru, dan profil kepala yang lebih runcing. Pecuk-padi kecil hampir tak terbedakan dari pecuk-padi kerdil, dan sebagian pakar menganggapnya sebagai sinonim.[2]

Kebiasaan dan penyebaran

Berenang

Pecuk-padi kecil mendiami hutan bakau, danau, rawa tergenang, dan muara sungai. Umumnya burung ini berada dalam kelompok-kelompok kecil. Menyelam berulang-ulang untuk memburu ikan, ketika berenang di permukaan biasanya hanya kepalanya yang terlihat.[1]

Ikan yang didapat biasanya dibawa ke permukaan air, untuk kemudian dimakannya dan ditelan di sana. Dalam pada itu, ikan tersebut ada kemungkinan dirampas oleh sesama pecuk padi, bangau, kuntul, atau bahkan oleh burung camar.[3]

Berjemur. Hyderabad

Setelah beberapa lama berenang dan menyelam berulang-ulang dalam air, sebagaimana kebiasaan pecuk pada umumnya, pecuk-padi kecil pun kemudian mencari tempat bertengger untuk berjemur dan merentangkan sayap-sayapnya. Suatu kajian di Srilanka memperlihatkan bahwa lama perilaku berjemur ini berbanding lurus dengan lamanya waktu berenang dan menyelam, serta berbanding terbalik dengan temperatur dan lengas udara rata-rata; membuktikan bahwa perilaku ini berhubungan dengan upaya untuk mengeringkan bulu-bulu dan sayapnya.[4][5]

Wilayah sebarannya meliputi India, Tiongkok, Asia Tenggara, dan Sunda Besar. Tercatat di Sumatra, yang kemungkinan pendatang dari Jawa. Kehadirannya di Kalimantan selatan diketahui dari spesimen yang dikoleksi pada masa lalu.[1]

Burung ini berbiak dalam koloni besar, bercampur dengan burung-burung air lainnya. Sarangnya kecil, terbuat dari ranting-ranting dan daun segar pada puncak pohon-pohon yang berdaun; sering pada pohon yang tergenang. Di wilayah Jawa Timur, masa berbiaknya tercatat berlangsung antara Desember – Mei; sedangkan di Jawa Barat antara Maret – Juni. Telurnya berjumlah antara tiga sampai lima (biasanya empat) butir, hijau pucat dan lonjong, serta hampir selalu tertutupi lapisan kapur yang kotor.[6]

Catatan kaki

  1. ^ a b c d MacKinnon, J., K. Phillipps, & B. van Balen. 2000. Burung-burung di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan. Puslitbang Biologi LIPI dan BirdLife IP. Hal. 55
  2. ^ Rasmussen, PC & JC Anderton (2005). Birds of South Asia. The Ripley Guide. Volume 2. Washington DC and Barcelona: Smithsonian Institution and Lynx Edicions. hlm. 52. 
  3. ^ Mahendiran, Mylswamy Mahendiran & Abdul J. Urfi (2010). "Foraging patterns and kleptoparasitism among three sympatric cormorants (Phalacrocorax spp.) from the Delhi region, North India". Hydrobiologia. 638: 21–28. doi:10.1007/s10750-009-0002-8. 
  4. ^ Winkler, H. (1983). "Das Flugelspreitverhalten der Mohrenscharbe Phalacrocorax niger". J. Orn. (dalam bahasa German). 124 (2): 177–186. doi:10.1007/BF01640163. 
  5. ^ Naher, H & NJ Sarker (2005). "Activities of the little cormorant, Phalacrocorax niger (Vieillot) in relation to sunlight in captivity". Ecoprint. 12: 65–69. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-19. Diakses tanggal 2012-09-23. 
  6. ^ MacKinnon, J. 1990. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Penerbit Universitas Gadjah Mada. Hal. 62.

Bahan bacaan lainnya

  • Begum, A.R. (1997). The breeding biology and daily activities of little cormorant, Phalacrocorax niger (Vieillot). M.Sc. Thesis. Dept. of Zoology, University of Dhaka, Dhaka. Pp. xi+121 (unpublished).
  • Chozhiyattel, Zeenath (2009) Behaviour and adaptations of little cormorant Phalacrocorax niger and Darter Anhinga melanogaster. Ph.D. thesis. University of Calicut.
  • Sarker, N. J. Naher, H. (2002). Experimental studies on food habits of the little cormorant, Phalacrocorax niger (Vieillot). Bangladesh Journal of Zoology. 30(2):173-182.
  • Purandare,Kiran (2001). Nesting colonies of the Little Cormorant (Phalacrocorax niger) and Night Heron (Nycticorax nycticorax) in Pune city, Maharashtra. Newsletter for Birdwatchers. 41(1):9.
  • Patnaik,AK; Samanta,M; Prasad,R (1981): Chromosome complement and banding patterns in a Pelecaniform bird, Phalacrocorax niger. Journal Hered. 72(6):447-449.
  • Siriwannichkul, O. (1981). Food Habits and Breeding Biology of Little Cormorant (Phalacrocorax niger). Kasetsart Univ. Bangkok. Thailand, 68pp.

Pranala luar


Kembali kehalaman sebelumnya