Pelabuhan Kuala Sungai Linggi
SejarahMalaka, dulu dikenal sebagai Venesia dari Timur, adalah ibu kota Provinsi Barat Malaysia. Ini adalah salah satu pos perdagangan dunia sebagaimana dibuktikan oleh banyak pelancong asing, seperti Tome Pires, yang menyatakan bahwa siapa pun yang menguasai Malaka akan memegang Eropa. Selat Malaka berfungsi sebagai penghubung perdagangan penting antara Timur dan Barat, dan merupakan wadah peleburan budaya bagi komunitas Melayu, Tionghoa, India, Arab, Portugis, Belanda, dan Inggris di negara bagian tersebut. Kepentingan strategis pelabuhan ini juga menjadi salah satu alasan utama mengapa negara ini ditaklukkan oleh Portugis pada tahun 1511, disusul oleh Belanda pada tahun 1641 sebelum akhirnya jatuh ke tangan Inggris pada tahun 1824 hingga Kemerdekaan pada tanggal 31 Agustus 1957.[2] Secara historis, Kuala Linggi dikenal sebagai pelabuhan perdagangan maritim sejak abad ke-14 karena lokasinya yang strategis dekat dengan Selat Malaka. Nama “Kuala Linggi” berasal dari Sungai Linggi, dimana kata “Linggi” berarti “batang” dalam bahasa Bugis mengacu pada haluan kapal dimana kayu berada di antara ujung depan lunas dan geladak. Tahun 2006 menandai lahirnya pelabuhan industri khusus, yang pertama dan terbesar di kawasan ini. Operator pelabuhan, TAG Marine Sdn Bhd (TMSB) menerima persetujuan untuk melakukan layanan tersebut dari Kementerian Perhubungan. Batas pelabuhan yang dikukuhkan mencakup area seluas 9 x 5 mil laut (45 sq. nm) setara dengan 18 x 10 km = 180 sq. km di laut lepas pantai Kuala Sungai Linggi. Dalam batas pelabuhan adalah Designated Transfer Area (DTA) berukuran 5 x 2 nm (10 sq. nm) atau 10 x 4 km = 40 sq. km. Area ini dapat menampung hingga 13 kapal pengangkut minyak mentah yang sangat besar (VLCC) untuk melakukan transshipment kargo cair pada satu waktu dan masih memiliki ruang laut yang cukup untuk bermanuver.[2] Pada tahun 2017, menyusul keberhasilan pelabuhan lepas pantai di sini, Pemerintah memberikan perpanjangan batas pelabuhan KLIP dengan luas setara dengan panjang 30 km dan lebar 10 km. Dalam mencapai tingkat yang lebih tinggi dan membangun pencapaian hingga saat ini, KLIP siap menawarkan segudang layanan kelautan dengan perluasan pelabuhan dengan mengembangkan pelabuhan industri darat. Linggi Base Sdn Bhd (LBSB), pengembang pelabuhan, akan mengembangkan pelabuhan seluas 620 hektar untuk memenuhi permintaan pasar di bisnis maritim. Pengembangan ini akan mewujudkan penawaran holistik KLIP sebagai pelabuhan industri berkelanjutan, pusat bunkering, dan pelabuhan perlindungan yang terletak di Selat Malaka yang sibuk.[2] LokasiPelabuhan Sungai Linggi terletak di antara perbatasan Negeri Sembilan dan negara bagian Malaka dan dapat diakses melalui udara dari bandara internasional terdekat KLIA (1 jam) dan melalui jalan darat dari Singapura (5 jam). LIFT-HUB terletak Kira-kira. 20 nm SE dari Port Dickson dan 2,0 nm NW dari pelabuhan Sungai Udang (Lat. 02° 23′ 19.66" N, Long. 101° 58′ 34.90" E) di pantai Malaka, pantai barat Malaysia dan dapat diakses melalui Selat Malaka.[1] Kuala Linggi terletak 40 kilometer dari bandar raya Melaka dan berada di sempadan Negeri Sembilan, yaitu Port Dickson[3] Pelayanan
Referensi
|