Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chornobyl
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl [a] (CNPP) adalah pembangkit listrik tenaga nuklir yang sedang dalam fase penghentian operasional pembangkit nuklir (dekomisioning). PLTN ini terletak dekat kota yang tak berpenghuni Pripyat di Ukraina Utara, berjarak 16,5 kilometer barat laut kota Chornobyl dan sekitar 100 kilometer di utara ibukota Ukraina, Kyiv. Pembangkit Listrik Nuklir ini memberdayakan pendingin dari kolam buatan yang dialiri oleh Sungai Pripyat yang mengalir sepanjang 5 kilometer arah barat laut, kemudian bertemu dengan Sungai Dnieper. Pada awalnya, PLTN ini diberi nama Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chornobyl Vladimir Lenin[b] yang dioperasikan secara bertahap dengan empat reaktor untuk beroperasi secara komersial antara tahun 1978 dan 1984. Kemudian pada 1986, terjadi insiden ledakan pada reaktor nomor 4 yang mengakibatkan bencana dan kerusakan dahsyat dikenal dengan bencana Chornobyl. Akibat bencana ini, wilayah PLTN dan sekitarnya termasuk ke dalam zona terlarang yang disebut dengan Zona Eksklusi Chornobyl. Area ini dikelola oleh Badan Negara Ukraina Untuk Pengelolaan Zona Eksklusi. Pascakejadian, ketiga reaktor tetap beroperasi dengan kapasitas hanya 60% hingga 70%. Secara keseluruhan, reaktor nomor 1 dan 3, masing-masing telah memasok listrik sebesar 98 Terawatt jam (Twh) dengan reaktor nomor 2 yang telah memasok sebesar 75 Twh.[6] Pada 1991, operator pembangkit listrik menyatakan bahwa reaktor nomor 2 dinyatakan dalam fase dekomisioning, karena adanya komplikasi yang mengakibatkan insiden kebakaran pada turbin. Menyusul penghentian operasi reaktor nomor 1 pada 1996 dan reaktor nomor 3 tahun 2000. Pada 2013, operator pembangkit listrik negara mengumumkan bahwa keseluruhan reaktor nomor 1, 2 dan 3 telah bebas dari bahan bakar nuklir dan pada 2015 memasuki fase dekomisioning untuk menyingkirkan seluruh peralatan yang terkontaminasi radio aktif selama periode operasional pembangkit listrik nuklir tersebut. Menurut operator pembangkit, proses dekomisioning ini diperkirakan masih berlangsung hingga tahun 2065.[7] Meskipun semua reaktor telah berhenti menghasilkan listrik, PLTN Chornobyl masih melibatkan tenaga kerja dalam jumlah besar, karena proses dekomisioning memerlukan pengelolaan yang konstan.[8] Sejak 24 Februari hingga 31 Maret 2022, pasukan Rusia menduduki pembangkit listrik nuklir tersebut sebagai bagian dari invasi Rusia ke Ukraina.[9][10][11] KonstruksiPLTN Chornobyl mulai dibangun pada 1972, yang direncanakan dalam 6 fase konstruksi dengan total 12 reaktor. Bila pembangunannya selesai, pembangkit ini akan menjadi pembangkit listrik nuklir terbesar di dunia. Pada akhirnya, pembangkit listrik ini terdiri dari empat reaktor nuklir berjenis RBMK-1000, yang masing-masing dapat menghasilkan listrik dengan kapasitas 1.000 megawatt (mW) (3.200 mW daya termal).[12] Sebagaimana lokasi-lokasi lain yang memiliki PLTN dengan reaktor RBMK seperti PLTN Kursk, konstruksi pembangkit listrik tersebut disertai pula dengan pembangunan kota terdekat, yang bertujuan untuk menampung para pekerja beserta keluarganya. Kota terdekat dari PLTN Chornobyl adalah kota baru Pripyat. Konstruksi pembangkit listrik nuklir tersebut rampung pada akhir 1970-an dan mulai beroperasi tahun 1977. PLTN Chornobyl merupakan pembangkit listrik RBMK terbesar ketiga Uni Soviet, setelah PLTN Leningrad dan PLTN Kursk serta menjadi PLTN pertama di wilayah Ukraina.[13] Setelah reaktor nomor 1 selesai dan beroperasi pada 1977, lalu diikuti selesainya reaktor nomor 2 tahun 1978, reaktor nomor 3 tahun 1981, kemudian reaktor nomor 4 selesai tahun 1983. Pembangunan reaktor nomor 5 dan 6, direncanakan akan dibangun di lokasi yang berjarak 1 km dari PLTN yang ada saat ini, dengan tata letak yang mirip dengan rancangan reaktor 5 dan 6 di PLTN Kursk, sehingga menunjukkan kesamaan disain di seluruh situs pembangkit nuklir RBMK Uni Soviet. Ketika bencana Chornobyl terjadi, reaktor nomor 5 telah rampung 70% dan dijadwalkan untuk mulai beroperasi 7 bulan kemudian atau sekitar November 1986. Namun, pascabencana, konstruksi reaktor nomor 5 dan 6 dihentikan dan pembangunannya dibatalkan pada 20 April 1989, hanya beberapa hari sebelum peringatan tiga tahun insiden Chornobyl yang terjadi pada 1986.[14] DisainSistem kelistrikanPLTN tersebut terhubung ke jaringan listrik berdaya 330 kV dan 750 kV. Blok ini memiliki dua generator listrik dengan transformator generator tunggal.[15] Jaringan 330 kV umumnya tidak digunakan, hanya berfungsi sebagai sumber daya listrik eksternal yang terhubung ke transformator sistem kelistrikan PLTN. PLTN ini menggunakan generatornya sendiri atau setidaknya mendapatkan suplai daya dari jaringan 750 kV ke transformator melalui jaringan cadangan utama nasional. Bila terjadi kehilangan daya listrik secara total, sistem-sistem kelistrikan utama dan penting, masih mendapatkan arus listrik dari generator diesel. Oleh karenanya, setiap unit transformator, terhubung ke 2 panel utama jaringan 6 kV, untuk memberikan suplai daya ke sistem kelistrikan penting, bahkan suplai daya ke transformator lainnya dengan daya 4 kV dicadangkan sebanyak dua kali (distribusi 4 kV cadangan).[15] Setiap panel, terhubung ke tiga saluran listrik penting (untuk pompa pendingin) yang masing-masing memiliki generator dieselnya sendiri.[15] Generator turboEnergi listrik dihasilkan dari sepasang generator turbo berpendingin hidrogen yang masing-masing berdaya sebesar 500 mW. Mesin-mesin ini ditempatkan dalam ruang mesin sepanjang 600 meter, bersebelahan dengan bangunan reaktor. Spesifikasi turbin yang digunakan berjenis K-500-65/3000, 5 silinder dengan type generator listrik TBB-500, masing-masing memiliki rotor yang terhubung ke poros yang sama. Generator turbo sepanjang 39 meter dengan berat total 1.200 ton ini, mampu menghasilkan arus listrik sebesar 20 kV 50 Hz yang didinginkan melalui pendingin dengan aliran ke setiap turbin sebesar 82.880 t/jam. Stator generator didinginkan oleh air, sementara rotornya menggunakan pendingin hidrogen. Hidrogen untuk pendingin ini, dihasilkan melalui proses elektrolisis. Turbin ini dibangun oleh pabrik turbin Kharkiv, yang kemudian mengembangkan turbin versi baru, yakni type K-500-65/3000-2, dalam upayanya mengurangi material berbahan logam penting. Pada kenyataannya, turbin versi baru ini lebih sensitif terhadap parameter-parameter operasional dan bantalannya, kerap mengalami masalah getaran.[16] ReaktorSegera setelah terjadinya kecelakaan pada reaktor nomor 4, konstruksi pembangunan dua reaktor yang hampir rampung yakni reaktor nomor 5 dan 6, ditangguhkan pembangunannya, yang pada akhirnya dibatalkan pada 1989.[17] Pascabencana, reaktor nomor 1 dan 3 tetap beroperasi, sedangkan reaktor nomor 2 dinonaktifkan secara permanen tahun 1991, karena adanya insiden kebakaran yang diakibatkan oleh saklar pada turbin yang malfungsi. Reaktor nomor 1 dan 3, akhirnya dinonaktifkan tahun 1995 karena adanya kesepakatan antara Ukraina dengan Uni Eropa. Ukraina setuju untuk menonaktifkan reaktor yang tersisa dengan kompensasi dukungan Uni Eropa dalam memodernisasi kubah pelindung terhadap reaktor nomor 4 dan meningkatkan sektor energi Ukraina, termasuk penyelesaian pembangunan dua pembangkit baru, PLTN Khmelnytskyi 2 dan PLTN Rivne 4.[18] Sistem komputerPLTN Chornobyl memberdayakan sistem komputasi SKALA (bahasa Rusia: СКАЛА, система контроля аппарата Ленинградской Атомной; sistema kontrolya apparata Leningradskoj Atomnoj, "Sistem kontrol perangkat [pembangkit listrik] Nuklir Leningrad"[19]) adalah pemrosesan komputer untuk reaktor nuklir RBMK di PLTN Chornobyl sebelum Oktober 1995.[20] SKALA memproses pemantauan dan pencatatan atas kondisi reaktor, juga mencatat input dari papan kontrol yang dirancang untuk menerima 7.200 sinyal analog dan 6.500 sinyal digital melalui kabel.[21] Sistem komputer memonitor secara kontinyu dan menampilkan informasi kepada para operator. Terdapat aplikasi lainnya yang disebut dengan PRIZMA (bahasa Rusia: ПРИЗМА, программа измерения мощности аппарата; programma izmereniya moshchnosti apparata, "Program pengukuran daya perangkat"[19]) yang memproses kondisi pembangkit listrik dan membuat rekomendasi-rekomendasi untuk memandu para operator pembangkit listrik. Program ini memerlukan waktu 5 hingga 10 menit untuk dapat berjalan dan tidak secara langsung dapat mengendalikan reaktor.[22] Insiden dan kecelakaan1982: Pelelehan sebagian reaktor nomor 1Pada 9 September 1982, terjadi peristiwa pelelehan sebagian inti reaktor nomor 1 yang disebabkan karena rusaknya katup pendingin yang tetap tertutup setelah aktivitas pemeliharaan. Setelah reaktor kembali beroperasi, uranium di saluran 13-44 menjadi terlalu panas dan pecah. Tingkat kerusakan karena kecelakaan tersebut hanya kerusakan minor dan tidak ada korban jiwa. Namun, karena kelalaian operator, peristiwa tersebut tidak diketahui hingga beberapa jam kemudian. Kecelakaan ini mengakibatkan pelepasan radiasi yang signifikan dalam bentuk pecahan-pecahan uranium oksida dan beberapa isotop radioaktif lainnya yang keluar melalui cerobong ventilasi. Kecelakaan ini tidak dipublikasikan hingga beberapa tahun kemudian, meski dilakukan pembersihan di dalam dan di area sekitar pembangkit serta Pripyat. Reaktor dapat diperbaiki dan dioperasikan kembali setelah delapan bulan kemudian.[23] 1984: Insiden reaktor nomor 3 dan 4Berdasarkan deklasifikasi dokumen KGB di Ukraina pada 26 April 2021,[24] terdapat insiden serius terhadap reaktor nomor 3 dan 4 tahun 1984. Pemerintah pusat di Moskow telah mengetahui insiden tersebut sejak 1983, bahwa pembangkit listrik Chornobyl adalah "salah satu pembangkit listrik tenaga nuklir yang paling berbahaya di Uni Soviet". Hal ini berhubungan dengan integritas bangunan, terkait ruangan penyekat uap yang panasnya dapat mencapai suhu hingga 270 oC. Hal ini mengakibatkan beton gedung dapat bergeser dari posisinya hingga membuatnya menjadi tidak aman, juga dapat menyebabkan runtuhnya penyekat-penyekat uap ke ruang reaktor hingga mengakibatkan kehancuran nuklir. 1986: Bencana reaktor nomor 4 (bencana Chornobyl)Pada 26 April 1986, reaktor nomor 4 mengalami ledakan dahsyat yang diakibatkan karena ledakan inti dan kebakaran udara terbuka. Hal ini mengakibatkan sejumlah besar bahan-bahan radioaktif tersebar ke atmosfer dan daratan di sekitar PLTN tersebut. Bencana ini dikenal sebagai kecelakaan nuklir terparah dalam sejarah pembangkit listrik nuklir. Reaktor yang hancur tersebut, terbungkus kubah beton dan timah yang dilanjutkan dengan pembuatan kubah pengaman, untuk mencegah keluarnya radioaktivitas lebih lanjut.[25] 1991: Kebakaran reaktor nomor 2Pada 1991, terjadi insiden kebakaran pada reaktor nomor 2, tak lama setelahnya, reaktor ini kemudian dinonaktifkan secara permanen. Kebakaran ini dipicu oleh saklar yang malfungsi pada turbin.[26] Insiden kebakaran tersebut terjadi pada 11 Oktober 1991 di ruang turbin reaktor nomor 2.[27] Kebakaran diawali pada turbin ke-4 pada reaktor nomor 2 yang ketika itu sedang tidak beroperasi karena dalam proses perbaikan. Saklar yang malfungsi mengakibatkan lonjakan arus ke generator, lantas memicu bahan-bahan isolasi pada beberapa kabel kelistrikan.[28] Hal ini kemudian menyebabkan bocornya hidrogen yang digunakan sebagai pendingin generator sinkron, hingga hidrogen masuk ke ruang turbin "yang tampaknya membuat kondisi kebakaran pada atap dan runtuhnya salah satu rangka yang menyokong atap."[29] Reaktor dan ruang reaktor yang bersebelahan tidak terdampak karena insiden ini, tetapi karena iklim politik, diputuskan untuk menonaktifkan reaktor secara permanen. 2017: Serangan siberPada 2017, insiden serangan siber Petya memengaruhi sistem pemantauan radiasi dan melumpuhkan situs web resmi pembangkit listrik yang memuat informasi mengenai insiden dan area tersebut.[30] 2022: Invasi Rusia ke UkrainaZona Eksklusi Chornobyl merupakan salah satu medan tempur antara pasukan Rusia dengan pasukan Ukraina dalam peristiwa invasi Rusia ke Ukraina. Rusia dapat menguasai situs PLTN Chornobyl pada 24 Februari 2022.[10][31] Tingkat radiasi yang terdeteksi di area sekitar, dilaporkan meningkat hingga 20 kali lipat karena adanya pertempuran tersebut.[32] Pada 9 Maret 2022, terjadi pemadaman listrik di PLTN Chornobyl. Tidak ada kebocoran radiasi yang dilaporkan ketika pemadaman terjadi. Namun, pihak otoritas Ukraina melaporkan bahwa terdapat risiko kebocoran radiasi, karena sirkulasi pendingin untuk bekas bahan bakar nuklir, tidak berjalan dengan baik.[33] DekomisioningSetelah peristiwa kecelakaan pada reaktor nomor 4 dan pembangunan sarkofagus, tiga reaktor lainnya kemudian didekontaminasi dan direaktivasi untuk beroperasi kembali. Reaktor nomor 1 direaktivasi pada Oktober 1986, reaktor nomor 2 pada November 1986 dan reaktor nomor 3 direaktivasi pada Desember 1987. Ketiga reaktor tersebut beroperasi hingga periode pasca-Soviet.[34] Kubah pengaman baru Chornobyl dilengkapi dengan dua derek utama di atasnya, untuk mengangkut bagian-bagian sarkofagus yang tidak stabil. Hingga tahun 2016, paparan radiasi dari radionuklida telah menurun sejak bencana yang terjadi pada 1986. Mayoritas emisi eksternal radiasi gama yang berasal dari isotop sesium-137 di lokasi tersebut, memiliki waktu paruh 30,17 tahun.[butuh rujukan] Pada April 2015, seluruh reaktor 1 hingga 3, memasuki fase dekomisioning.[35] Setelah ditutup, PLTN tersebut direklasifikasikan sebagai "Perusahaan Khusus Negara", sementara itu, nama "V.I. Lenin" dihapus dari nama PLTN setelah kemerdekaan Ukraina. Pada Juni 2003, diumumkan akan dibangun struktur penahan baja untuk menggantikan sarkofagus yang dibuat secara tergesa-gesa untuk menutup reaktor nomor 4 yang hancur. Struktur baja baru ini kelak disebut dengan Kubah pengaman baru Chornobyl.[36] Meski pembangunan proyek ini sempat mengalami beberapa kali penundaan, konstruksi kubah tersebut secara resmi dimulai pada September 2010.[37] Proyek kubah baru ini didanai oleh dana internasional yang dikelola oleh Bank Rekonstruksi dan Pembangunan Eropa dan dirancang bangun oleh konsorsium Novarka yang dipimpin oleh negara Prancis.[38] Pada Februari 2013, bidang seluas 600 meter persegi yang merupakan bagian atap bangunan dan dinding yang bersebelahan dengan ruang turbin tertutup, runtuh ke ruang turbin. Insiden ini tidak memengaruhi bagian-bagian dari Sarkofagus PLTN maupun Kubah pengaman. Tidak terdeteksi adanya perbedaan tingkat radiasi karena insiden tersebut.[39] Bagian atap yang runtuh tersebut, dibangun pascabencana Chornobyl.[40] Referensi
Pranala luar
|