Pembantaian ulama oleh Amangkurat I
Pembantaian ulama oleh Amangkurat I adalah peristiwa pembantaian yang terjadi di alun-alun Plered, Kesultanan Mataram pada suatu siang pada tahun 1647/1648. Sekitar 5.000-6.000 ulama dan anggota keluarga mereka dibunuh hanya dalam waktu kurang dari tiga puluh menit.[1][2] Pembantaian ini diperintahkan oleh Amangkurat I dengan motif untuk membalas dendam,[1] karena dua hari sebelumnya adiknya yang bernama Raden Mas Alit atau Pangeran Danupoyo dengan bantuan Tumenggung Wiraguna mencoba menjatuhkannya dari takhta. Walaupun upaya kudeta ini gagal dan Raden Mas Alit terbunuh dalam peristiwa tersebut, Amangkurat ingin menumpas kelompok yang diduga bersekongkol dengan adiknya.[1] Selama perencanaan pembantaian ini, sang sunan ingin agar tindakan balas dendam ini dilakukan tanpa diketahui siapa dalang di balik kejadian tersebut.[1] Terdapat empat orang pembesar keraton yang diberi tugas untuk menjalankan rencana ini, yaitu Pangeran Aria, Tumenggung Nataairnawa, Tumenggung Suranata, dan Ngabehi Wirapatra.[1] Mereka berempat diperintahkan untuk bergerak ke empat penjuru mata angin untuk melancarkan pembantaian ini.[1] Menurut sejarawan H.J. de Graaf, Amangkurat juga berpesan agar tidak ada satu pemuka agama pun yang diloloskan dari pembantaian ini.[3] Permulaan pembantaian ini konon diisyaratkan dengan bunyi tembakan meriam dari arah istana.[1] Sumber sejarah setempat tidak mencatat bagaimana pembantaian ini benar-benar berlangsung, dan satu-satunya sumber sejarah yang ada adalah catatan Gubernur Jenderal VOC Rijcklof van Goens, yang sedang bertugas di Mataram ketika peristiwa ini terjadi.[1] Amangkurat berupaya menyembunyikan keterlibatannya dalam pembantaian ini. Pada hari berikutnya, ia berpura-pura marah dan terkejut.[1] Ia menuduh para ulama sebagai kelompok yang bertanggung jawab atas kematian Raden Mas Alit dan memaksa delapan pembesar untuk mengaku bahwa mereka telah merencanakan kudeta terhadap sunan.[1] Delapan orang itu beserta anggota keluarganya juga dibantai.[1] Rujukan
|