Pembelajaran konstruktivis
Pembelajaran konstruktivis adalah sebuah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir secara aktif dan kreatif serta mengembangkan pola pikir yang membangun kreativitas dan daya nalar anak.[1] Pembelajaran konstruktivis atau konstruktivisme menjadikan anak sebagai pusat pembelajaran.Pendidikan bertugas sebagai fasilitator siswa. Siswa diberikan kebebasan untuk mengembangkan kreativitas dan pola pikir mereka sehingga terbentuk pembelajaran yang konstruktivis. Pembelajaran yang konstruktivis dilakukan di setiap lapisan pendidikan yang ada di Indonesia. Pembelajaran ini dapat dilakukan di setiap daerah di Indonesia. Model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis dapat menjadi solusi menjadi solusi kesenjangan antara ilmu teoritis dan praktek.[2] Siswa akan dihadapkan akan permasalahan di dunia nyata sehingga diharapkan antara teori dan kenyataan akan berjalan dengan padu.Keterpaduan ini menjadian tujuan pembelajar akan tercapai dengan maksimal. Pembelajaran konstruktivis mengedepankan kegiatan yang berpusat pada siswa. Model pembelajaran konstruktivis
Brainstorming (curah gagasan/ide) memiliki karakteristik menampilkan gagasan ide yang disatukan kemuudian dicari solusi yang terbaik akan suatu masalah. Solusi tersebut kemudian dijadikan sebagai tindakan.
Ciri-ciri pembelajaran konstruktivisCiri-ciri pembelajaran konstruktivis yaitu sebagai berikut:[3]
Tujuan pembelajaran konstruktivisTujuan konstruktivisme antara lain mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir aktif dan kreatif .Selain itu dapat membantu siswa untuk memahami konsep secara lengkap dan tepat sehingga kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri akan teruji. Pembelajaran konstruktivis sangat baik dalam menunjang tumbuh kembang siswa dimana siswa akan diajak untuk berfikir secara saintifik menggunakan model model yang sudah ada. Tujuan pembelajaran konstruktivis akan tercapai bila terdapat sinergitas antara guru dan siswa. Guru berperan sebagai fasilitator menyediakan model dan media yang menarik untuk siswa. Sedangkan, siswa harus aktif dalam mengembangkan pola pikir kreatif mereka. SInergitas tersebut juga akan terwujud bila ada partisipasi orang tua sebagai orang yang paling dekat dengan anak. Referensi
|