Pemilihan umum Presiden Filipina 2016
Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden Filipina 2016 diadakan pada hari Senin tanggal 9 Mei 2016, sebagai bagian dari Pemilihan umum 2016. Ini merupakan pemilihan umum presiden ke-16 di Filipina sejak tahun 1935 dan pemilihan umum presiden 6 tahun sekali yang ke-6 sejak tahun 1986. Presiden petahana Benigno Aquino III dilarang mencalonkan kembali, sesuai dengan Konstitusi Filipina 1987. Oleh karena itu, pemilihan umum ini menentukan Presiden Filipina ke-16. Jabatan presiden dan wakil presiden dipilih secara terpisah, sehingga dua calon pemenang bisa berasal dari partai politik yang berbeda. Rodrigo Duterte memimpin penghitungan suara awal dengan 38,5% suara, suatu keunggulan yang dianggap tak tergoyahkan.[3] Kongres telah mengadakan pertemuan pada akhir Mei untuk meneliti hasil, mengeluarkan hasil resmi dengan Rodrigo Duterte dan Leni Robredo muncul sebagai pemenang dari pertarungan presiden dan wakil presiden. Mereka diumumkan pada tanggal 30 Mei, di Dewan Perwakikan. Sistem pemilihan umumMenurut Konstitusi Filipina, pemilihan umum diadakan setiap enam tahun setelah tahun 1992, pada hari Senin kedua bulan Mei. Masa jabatan presiden petahana dibatasi. Wakil presiden petahana dapat menjabat selama dua periode berturut-turut. Sistem pemungutan suara pluralitas digunakan untuk menentukan pemenang: kandidat dengan jumlah suara terbanyak, apakah ada atau tidaknya yang menjadi mayoritas, memenangi pemilihan umum presiden. Pemilihan umum wakil presiden adalah pemilihan umum yang terpisah, yang diselenggarakan berdasarkan aturan yang sama, dan pemilih dapat membagi surat suara mereka. Kedua pemenang akan menjabat untuk masa bakti selama enam tahun dimulai pada siang hari tanggal 30 Juni 2016 dan berakhir pada hari yang sama enam tahun kemudian.[4] Latar belakangSenator Benigno Aquino III dari Partai Liberal, yang mencalonkan diri dengan platform antikorupsi, memenangkan pemilu 2010 dengan 42,08% suara mengalahkan Joseph Estrada, mantan presiden yang digulingkan pada tahun 2001 setelah skandal korupsi besar-besaran, dan beberapa lainnya. Sementara itu, teman sepencalonan (calon wakil presiden) Estrada, Wali kota Makati Jejomar Binay dari Partido Demokratiko Pilipino-Lakas ng Bayan (PDP-Laban),, mengalahkan teman sepencalonan Aquino, Senator Mar Roxas dari Partai Liberal dan beberapa calon lainnya, dalam pemilihan umum wakil presiden.[5] Roxas akhirnya menggugat Binay atas kecurangan pemilihan umum di Pengadilan Pemilihan Umum Kepresidenan, dengan menyebut bahwa beberapa suaranya dicatat sebagai suara tidak sah.[6] Baik Binay maupun Roxas kemudian diangkat oleh Aquino untuk masuk kabinetnya, dimana Binay mengepalai Dewan Koordinasi Perumahan dan Pembangunan Perkotaan,[7] dan Roxas awalnya diberikan jabatan portofolio Transportasi dan Komunikasi, kemudian akhirnya diangkat sebagai Sekretaris Pemerintah Dalam Negeri dan Lokal, setelah larangan pengangkatan calon yang kalah berakhir setahun setelah Aquino menjabat pada tanggal 30 Juni 2010.[8] Per tahun 2014, pengadilan masih belum menindaklanjuti mosi awal dari kedua belah pihak dan kontra-protes Binay; gugatan diperkirakan masih belum diselesaikan pada saat masa jabatan Presiden Aquino berakhir.[9] Untuk menghadapi Pemilihan umum Senat 2013 paruh waktu, Aquino dan Roxas membentuk Tim PNoy koalisi;[10] PMP dari Estrada dan PDP-Laban dari Binay menjalin sebuah aliansi pemilihan umum, yakni Aliansi Nasionalis Bersatu (UNA).[11] Tim PNoy memenangkan sembilan kursi Senat berlawanan dengan UNA yang memenangkan tiga kursi.[12] Catatan
Referensi
Pranala luar |