Jumlah pemilih awalnya diperkirakan mencapai 71.8%, tertinggi sejak pemilu 1999 dengan jumlah pemilih 78,7%. Namun demikian, persentase aslinya merosot dan diperkirakan sama seperti pemilu tahun 2013, 68,5%.[1][2]
Perdana Menteri Petahana Benjamin Netanyahu dari Likud mendeklarasikan kemenangannya dalam pemilu kali ini setelah Likud mendapatkan jumlah suara terbanyak. Haaretz menulis bahwa dalam pemilihan umum ini, partai Likud pimpinan Netanyahu mencetak "kemenangan mutlak".[3] Ketua Oposisi Isaac Herzog awalnya menyebut pengumuman Netanyahu "prematur", dan mengatakan bahwa hasil pemilu, termasuk rekan koalisi potensialnya, memungkinkan Persatuan Zionis menjadi pemimpin koalisi pemerintah. Baik Netanyahu dan Herzog berusaha membangun koalisi menjelang pembentukan pemerintahan.[4] Akan tetapi, pada 18 Maret 2015, Herzog mengakui bahwa "opsi yang paling realistis" adalah tetap menjadi oposisi.[5]
Sejumlah sumber menyebutkan bahwa PresidenReuven Rivlin berkeinginan mendirikan pemerintahan bersatu antara Likud dan Persatuan Zionis.[6] Partai Kulanu yang dipimpin Moshe Kahlon kabarnya sudah bersiap-siap memilih akan mendukung siapa untuk perdana menteri selanjutnya. Kahlon menyatakan masih terbuka kemungkinan untuk membentuk koalisi dengan Netanyahu atau Herzog dan akan mengeluarkan keputusan "setelah semua suara dihitung."[7]
Hasil resmi baru diumumkan tanggal 19 Maret 2015. Likud dipastikan akan menerima 5 sampai 7 mandat lebih banyak daripada Persatuan Zionis setelah penghitungan suara selesai. Berdasarkan 99% laporan yang masuk, Likud diperkirakan mendapat 30 mandat dan Persatuan Zionis 24. Partai-partai di bawahnya adalah Daftar Gabungan (14); Yesh Atid (11); Kulanu (10); Tanah Yahudi (8); Shas (7); Yisrael Beiteinu (6); Persatuan Yudaisme Torah (6); dan Meretz (4).[8]
Dalam pemilu ini, jumlah wanita yang terpilih menjadi anggota Knesset merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah.[9]
Pada akhir November dan awal Desember 2014, muncul berbagai perselisihan di antara partai-partai koalisi pemerintah, terutama soal anggaran dan proposal "negara Yahudi".[10][11] Pada tanggal 2 Desember, Likud mengumumkan bahwa mereka akan mendukung RUU pembubaran pemerintah dalam pemungutan suara tanggal 8 Desember. Beberapa jam kemudian, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memecat Tzipi Livni dan Yair Lapid dari jabatannya di kabinet.[12] Dalam sidang pertama pembacaan RUU pembubaran pemerintah tanggal 3 Desember, RUU ini disetujui dengan jumlah suara 84–0 dan 1 abstain.[13] Sidang pembacaan kedua dan ketiga diadakan pada 8 Desember. Pada sidang ketiga, RUU ini disetujui dengan jumlah suara 93–0.[14]
29 Januari 2015 – Batas pengiriman daftar calon anggota Knesset ke Komisi Pemilihan Umum Pusat
5 Maret 2015 – Hari Pemilihan Umum bagi anggota misi diplomatik Israel – Staf diplomatik Israel, pasangannya, dan perwakilan Jewish Agency memakai hak suara mereka. Kotak suara diletakkan di 96 misi diplomatik Israel di seluruh dunia.[16]
13 Maret 2015 – Batas pengiriman jajak pendapat dan prediksi pemilu
15 Maret 2015 – Hari Pemilihan Umum bagi tentara dinas. 668 kotak suara diletakkan di pangkalan militer, dan kotak suara bergerak dikirimkan ke pos tentara terpencil. Tentara dinas dapat memakai hak suaranya terhitung sejak tanggal ini sampai masa pemilu berakhir.[17][18]
16 Maret 2015 – Sejak pukul 19:00, kampanye menggunakan panggung, rapat, pengeras suara, dan media tidak boleh dilakukan.
17 Maret 2015 – Hari Pemilihan Umum. Sebagian besar bilik suara untuk masyarakat umum dibuka pukul 07:00, namun sejumlah bilik suara di desa, rumah sakit, dan penjara dibuka satu jam kemudian. Kurang lebih 10.372 kotak suara disediakan, termasuk 56 kotak suara di penjara dan 255 kotak suara di rumah sakit.[19][20] Bilik suara di penjara ditutup pukul 21:20. Bilik suara masyarakat ditutup pukul 22:00. Staf rumah sakit dan pasien gawat darurat yang tidak dapat memilih saat bilik suara dibuka akan mendapatkan dokumen khusus sehingga mereka tetap dapat memakai hak suara lewat pukul 22:00.[1][21]