Penambangan tembagaPenambangan tembaga adalah penambangan yang memperoleh tembaga sebagai hasil tambang. Negara dengan tingkat produksi penambangan tembaga yang terbesar adalah Chili. Sementara negara yang paling banyak mengonsumsi hasil penambangan tembaga adalah Tiongkok. Hasil penambangan tembaga umumnya diolah menjadi produk penghantar listrik. Penambangan tembaga memberikan masalah lingkungan berupa limbah dalam bentuk air asam tambang. Produksi dan konsumsiPada tahun 2020 tercatat bahwa negara dengan produksi tembaga terbesar di dunia adalah Chili. Chili memproduksi tembaga sebesar 27% dari total produksi global pada tahun 2020. Negara ini juga memiliki cadangan pertambangan tembaga yang terbesar pada tahun 2020 sebesar 23% dari cadangan global. Sementara negara yang paling banyak memproduksi smelter pada tahun 2020 adalah Tiongkok. Persentase produksi smelter di Tiongkok sebesar 38% dari produksi secara global. Tiongkok juga menjadi negara pengonsumsi tembaga terbanyak pada tahun 2020 dengan persentase 58% dari konsumsi global.[1] PemanfaatanTembaga yang diperoleh dari hasil penambangan umumnya dimanfaatkan untuk membuat penghantar listrik. Bentuk awalnya yang hanya berupa bebatuan diubah menjadi produk jadi melalui pengolahan dan pemurnian terlebih dahulu. Tembaga dikenal sebagai salah satu jenis bahan penghantar listrik yang terbaik.[2] Masalah lingkunganPenambangan tembaga lebih banyak menghasilkan limbah dibandingkan dengan tembaga. Limbah hasil penambangan tembaga dapat mencapai 99% dari total penambangan.[3] Keberadaan tambang tembaga juga merupakan salah satu yang menghasilkan air asam tambang. Air asam tambang terbentuk dari reaksi oksidasi pirit dan kontaminan setelah pengadaan tambang.[4] Referensi
|