PendidikPeran Pendidik dan Guru untuk Mewujudkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Mengapa Ibukota Republik Indonesia bertahan di Tanah Sunda dan memiliki penduduk paling banyak dibanding provinsi-provinsi lainnya? (bag. 7) "Hai manusia! Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." [QS. Al-Ḥujurāt: 13] Guru berasal dari kosa kata India. Yaitu dalam bahasa Sansekerta-nya, guru berasal dari gabungan dua kata, yaitu Gu dan Ru. Gu memiliki arti tuntunan menuju dan Ru berarti cahaya. Dalam bahasa yang sama, yaitu Sansekerta arti kata SUNDA dari akar kata “SUND” artinya bercahaya, terang benderang. Lalu Kapan istilah Guru diserap dan tercatat dalam literatur tertua di Nusantara/ Indonesia? Pada abad 4 masehi, Kerajaan Tarumanegara di Tatar Sunda dipimpin oleh raja yang bergelar Jayasingawarman Guru Darmapurusa, disingkat Rajadirajaguru Jayasingawarman (tahun 358-382 masehi). Merupakan petunjuk yang sangat kuat bahwa abad 4 tersebut orang Sunda sudah menyerap kosa kata Guru ke dalam bahasanya. Tarumanagara beribukota di Sundapura, yaitu kawasan pantai Jakarta, Tangerang, Bekasi hingga Karawang sekarang ini. Penggunaan gelar Guru ini terus dipakai di Kerajaan-kerajaan Sunda mulai abad 4 masehi terus menerus dari abad ke abad lebih dari 1500 tahun. Tercantum istilah guru lebih banyak dalam Carita Parahyangan yang ditulis pada XVI masehiI. Carita Parahyangan adalah salah satu naskah Sunda yang berbahan lontar dan ditulis dalam bahasa serta aksara Sunda Kuno. Sementara dalam Naskah Siksa Kanda Karesian (abad XV masehi) berakasara Sunda/berbahasa Sunda, mencantumkan tentang guru sebagai berikut :“Pancaaksara adalah guru manusia. Pancaaksara itu kenyataan yang terlihat, terasa dan tersaksikan oleh indria. Guru itu tempat bertanya orang banyak itulah sebabnya dinamakan guru manusia”…..”Jika kita memperoleh pelajaran yang baik dari bacaan, termasuk guru tangtu (belajar dari buku) namanya.” Pada awal abad 20 masehi, Rd. Dewi Sartika adalah seorang guru yang mendirikan Sakola Kautamaan Istri di Bandung. Rd. Dewi Sartika merupakan pelopor Pendidikan Perempuan Indonesia merupakan Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Konsep Rd. Dewi Sartika tentang pendidikan adalah : 1. Di samping pendidikan yang baik, perempuan bumiputra harus dibekali pelajaran yang bermutu. Perluasan pengetahuan akan sangat berpengaruh bagi moral kaum perempuan bumiputra. Pengetahuan tersebut hanya diperolehnya dari sekolah. 2. Hanya dengan Pendidikan kita akan tumbuh menjadi suatu bangsa.* Gebrakan Rd. Dewi Sartika dengan konsep Pendidikan untuk kebangsaan itu sungguh menggugah seluruh Nusantara. Maka tidak lama kemudian diseluruh kota besar khususnya di Pulau Jawa bermunculan organisasi-organisasi massa, organisasi sosial, organisasi kepemudaan, tokoh-tokoh, organisasi keagamaan yang senafas untuk pendidikan kebangsaan. Berkat jasa beliau beserta penerus dan pelestari, maka sebelum dan setelah Indonesia merdeka di tahun 1945 masehi, Guru dijadikan gelar profesi formal hingga abad 21 kini. Berikutnya Menguak Rahasia Terpendam, Proklamasi Republik Indonesia Sukses Terwujud di Sundapura / Ja(ya)karta / Sunda Kalapa, Mengapa Bisa Terjadi? Sekaligus pertanyaan Mengapa Bangsa-bangsa Nusantara ratusan tahun terjajah, oleh negara kecil yang jaraknya sangat jauh kurang lebih 12.000 km? Apatah waktu ratusan silam tersebut, pria-pria kita tidak ada yang jago berkelahi. Atau kekurangan orang Cerdas dan Pintar, karena satu dan lain hal? Tentu saja sudah banyak jawaban terhadap pertanyaan di atas pada banyak literatur. Yang akan dibahas pada bagian lain. Namun pada bagian ini, kita bahas terlebih dahulu optimisme dan semangat juang orang Sunda disaat diterpa Tambuh Sangkane / kejadian2 tidak terduga (Proxi War, istilah abad 20 masehi) hingga mampu keluar dari Kemelut Penjajahan tersebut. Ikhtiar dan Tawaqal : Niat Suci orang Sunda Menempuh jalan Religi, Semangat Juang, Kepahlawanan, Panah, Kujang, Peluru, Penca, strategi Militer, Diplomasi, Pendidikan, Kebudayaan, berbagi Peran, hingga Gotong Royong untuk Mewujudkan Negara Republik Indonesia. 17 Agustus 1628-1630 masehi Dipati Ukur dari Priangan dengan 1.000 prajurit Bhayangkara (10 umbul) menyerang benteng VOC di Batavia. Namun pada tanggal 21 Oktober 1628, pasukan VOC dibawah komando Letkol Jacques de Febvre melakukan serangan besar-besaran dari berbagai arah ke markas Dipati Ukur di Batavia. Prajurit Bhayangkara Dipati Ukur yang hanya bersenjatakan panah, kujang., tombak dan ketrampilan Pencak (silat) dapat dipukul mundur oleh kekuatan meriam dan panah api (senapan). Tokoh Dipati Ukur berasal dari keturunan Sumedang larang, salah satu kerajaan Islam di Tatar Sunda yang berdiri pada tahun 721 Masehi. Kerajaan ini sudah berdiri sejak abad ke-8 Masehi, yang tetap berdiri hingga abad 20 masehi. Keberadaan kerajaan ini memberikan bukti sejarah yang sangat kuat pengaruhnya di kalangan orang Sunda dalam proses penyebaran dan pendidikan agama Islam, sebagaimana kemudian juga yang dilakukan oleh Kerajaan Cirebon dan Kesultanan Banten. Sumber : Jurnal Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen pada tahun 1836. 1650-1684 masehi Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Islam Banten melakukan perlawanan bersenjata terhadap VOC. Prajurit Bhayangkara Sultan Ageng Tirtayasa melakukan penyerangan terhadap kapal-kapal VOC dan perkebunannya di Tangerang . Sultan Ageng Tirtayasa membantu Perlawanan Trunajaya dari Madura yang menentang Mataram, karena bekerjasama dengan VOC. Sultan Banten juga memberi perlindungan bagi pelarian dari Kerajaan Makassar (1967-1969) yang tidak mau tunduk pada VOC. 1703 - 1705 masehi Pada bulan maret 1703 Prajurit Bhayangkara Haji Prawatasari dari Cianjur menyerang dengan taktik gerilya, kedudukan-kedudukan VOC di Cianjur, Bogor, Priangan, pinggiran Batavia, hingga Banyumas, Brebes. Pada bulan Agustus 1705 tercatat telah 3 kali prajurit Bhayangkara Haji Prawatasari mengalahkan VOC. Tahun 1704, Kyai Haji Raden Alit Prawasari dengan 3000 gerilyawan menyerang pos VOC di Sumedang. Haji Prawatasari bermarkas di Cianjur yang merupakan keturunan dari Galuh. Sumber : F. De Haan. Priangan de Preanger Regenschappen onder het Nederland bestuur tot 1811 dan Gunawan Yusuf. Sejarah Cianjur bag.5. 1808-1811 masehi Pangeran Kusumadinata IX (1981-1828 maseh) menantang Gubernur Jendral Belanda Herman Willem Daendels bertarung satu lawan satu. Pangeran Kornel selaku Adipati Sumedang, menyatakan lebih baik baik berjuang dan berkorban daipada korbankan rakyat Sumedang jadi pekerja rodi. Willem Daendels bermuslihat dan menyatakan pekerjaan akan dilanjutkan oleh tentara Zeni Belanda. Tentara Belanda yang didatangkan selain melaksanakan pekerjaan pembukaan jalan, juga menyerang Sumedang, hingga ratusan warga Sumedang gugur di medan jurit. 1808-1813 masehi Sultan Banten, Abdul Nassar Muhammad Zainul Mutaqin menolak menyediakan tenaga kerja murah untuk Rodi pembangunan Pelabuhan Ujungkulon. Willem Daendels perintahkan serangan terhadap kesultanan Banten. Istana Surasowan - Banten dihancurleburkan tahun 1808. Tahun 1813 masehi, Gubernur Jendral Sir Stanford menghapuskan keberadaan Kesultanan Banten. 1828 Masehi Syekh Nawawi Al-Bantani berdakwah keliling Banten mengobarkan perlawanan terhadap penjajahan, sampai pemerintah Belanda membatasi kehidupannya. Seperti dilarang berkhutbah di mesjid-mesjid. Perjuangan yang dilakukan Syekh Nawawi Al-Bantani memang tidak dalam bentuk revolusi fisik, namun lewat pendidikan dalam menumbuhkan semangat kebangkitan dan jiwa nasionalisme. 1829-1830 masehi Nyai Gamparan bersama 30 milisi wanita dan saudara-saudaranya menyerang kompeni belanda yang waktu itu sedang gencar-gencarnya melaksanakan program Cultuurstelsel (1830). Serangan-serangan dilakukan Nyi Gamparan beserta pasukannya. Pasukan Srikandi Tangerang ini bermarkas di Balaraja. 9 juli 1888 masehi Geger Petani Banten merupakan perlawanan tani terbesar di Nusantara pada tahun 1888 atau yang lebih dikenal dengan Geger Cilegon 1888 adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal 09 Juli 1888 setelah pembubaran Kesultanan Banten 1813 oleh VOC. Perlawanan tersebut bermula dari kesewenang-wenangan pemerintahan Hindia belanda yang mengokupasi Banten sebagai salah satu wilayah taklukan/jajahan. Juga larangan membaca shalawat nabi dan doa-doa lain dengan suara keras di mesjid. Beberapa minggu setelah pemberontakan K.H. Arsyad Thawil bersama 204 orang pasukan Geger Cilegon akhirnya tertangkap. Pengadilan Belanda memutuskan 89 orang dihukum kerja paksa selama 15-20 tahun dan 11 orang dihukum mati. Selebihnya dibebaskan kembali. Sedangkan 94 orang lainnya dibuang ke berbagai daerah di Indonesia. Sementara itu K.H. Arsyad Thawil bersama dengan tujuh orang aktivis lainnya dibuang ke Manado, Sulawesi Utara. 1903 Pendidikan pertanian (Landbouwonderwijs) didirikan di Bogor karena Bogor memiliki aktifitas pertanian yang padat pada saat itu. Ditunjang berbagai fasilitas dan sarana yang memadai, Bogor menjadi kota pertanian yang sangat penting bagi Hindia Belanda. Seperti layaknya kota pertanian lain seperti Sukabumi dan Malang yang memiliki Sekolah Pertanian (Landbouwschool), di Bogor juga memberikan pendidikan pertanian untuk mencukupi kebutuhan tenaga kerja professional pertanian. Namun Pendidikan Pertanian di Bogor memiliki kurikulum yang sama dengan di Belanda, sehingga dapat bersaing untuk bekerja di perusahaan-perusahaan Eropa dan juga dapat melanjutkan pendidikan di Negeri Belanda. Pengajarnya langsung didatangkan dari Eropa, sehingga kualitasnya diakui oleh Eropa. Landbouwonderwijs merupakan cikal bakal Institut Pertanian Bogor dan lembaga penelitian pertanian lainnya. 16 Januari 1904 Rd. Dewi Sartika mendirikan Sakola Kautamaan Istri. Rd. Dewi Sartika seorang guru sekaligus pelopor Pendidikan Perempuan Indonesia adalah Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Konsep Rd. Dewi Sartika tentang pendidikan adalah :
3 Mei 1913 Hoesein Djajadiningrat dari Serang menjadi Doktor (DR) pertama orang pribumi dari Nusantara. Hoesein Djajadiningrat mempertahankan disertasinya di depan para penguji di bawah pimpinan Rektor Universitas Leiden, Dr BD Eedmans. Ujiannya dilakukan pada Sabtu, 3 Mei 1913 pukul 16.00. Hoesein lahir pada 8 Desember 1885 di Kramat Watu, distrik yang berlokasi antara Serang dan Cilegon, Karesidenan Banten. Dikutip dari Museum IPB, sejak kecil Hoesein Djajadiningrat telah memperoleh pendidikan agama dari kedua orang tuanya, mulai dari mengaji, shalat lima waktu dan berpuasa. Hoesein Djajadiningrat juga mendapatkan pendidikan formal. Pada usia 6 tahun menempuh pendidikan Europeesche Lagere School (ELS) yang setara SD di Serang. Pada saat duduk di kelas 6 SD, dia memutuskan pindah sekolah ke sekolah swasta berasrama. Hoesein Djajadiningrat melanjutkan pendidikannya ke Hoogere Burgerschool (HBS) selama lima tahun dari 1899 sampai 1904. Dia pun melanjutkan pendidikannya ke Belanda. Pendidikan Hoesein Djajadiningrat di Belanda dimulai pada 1905. Dia menjadi mahasiswa jurusan bahasa dan kesusasteraan Nusantara Universitas Leiden. Hoesein lulus studi jenjang sarjana pada 1910 dengan predikat cumlaude. 20 Juli 1913 Paguyuban Pasundan adalah organisasi budaya Sunda yang berdiri pada tanggal 20 Juli 1913 yang didirikan oleh Daeng Kanduruan Ardiwinata, sehingga menjadi salah satu organisasi tertua di Indonesia yang masih aktif sampai saat ini. Organisasi ini bergerak dalam bidang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi, kepemudaan, dan pemberdayaan perempuan. Paguyuban ini bertujuan untuk melestarikan budaya Sunda dengan melibatkan bukan hanya orang Sunda tetapi semua yang mempunyai kepedulian terhadap budaya Sunda. Didirikan di Salemba Jakarta (Batavia/Betawi, sebelum Indonesia lahir) 21 Desember 1917 Berangkat dari kepedulian terhadap nasib bangsa, tiga tokoh K.H. Abdul Halim, K.H. Ahmad Sanusi, dan Mr. R. Syamsuddin berjuang melepaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan, ketertindasan, kebodohan, kemiskinan, dan politik pecah belah (devide et empire) yang dilakukan kaum penjajah. Maka dari itu mereka membentuk perhimpunan yang diberi nama Persatuan Ummat Islam (PUI) Persatuan Ummat Islam adalah organisasi massa Islam dari Jawa Barat. Organisasi ini merupakan gabungan dari dua organisasi massa Islam, yakni Perikatan Oemmat Islam dari Majalengka, dan Persatoean Oemmat Islam Indonesia dari Sukabumi. Tujuan organisasi PUI adalah dalam bidang Pendidikan, dakwah dan sosial. 1918 masehi Nyai Malati beserta ayahnya Raden Kabal berikut dua anaknya yakni Suryanata dan Masenah, serta Pangeran Pabuaran Subang bekerjasama dalam perjuangan melawan penjajah tahun 1918 di Tangerang. Kawasan Tangerang saat itu dikuasai oleh para Tuan Tanah yang mendapat dukungan dari kaum Penjajah, sehingga banyak masyarakat yang menderita dengan keadaan ini. 26 Oktober 1919 Perkumpulan Sekar Rukun didirikan di Batavia didirikan para Pelajar, diantaranya: Iki Adiwidjaja, Hilman, Moh. Sapii, Djuwariah, Doni Ismail, dan Mangkudiguna. Kemudian Prof. Dr. Husein Djajadiningrat (diangkat sebagai Pembina Perkumpulan Sekar Rukun), Iwa Kusumasumantri dan R. Adjoe sebagai regent di Batavia. Dalam menjalankan organisasinya, Perkumpulan Sekar Rukun menerbitkan surat kabar Sekar Roekoen pada Januari 1922. Menurut Hoofdbestuur tahun 1922 Perkumpulan Sekar Rukun didirikan pada tahun 1919, tepatnya pada 26 Oktober 1919 di Batavia dengan nama Perkumpulan Sekar Rukun cabang Betawi. Pengurusnya terdiri dari Beschermeer (Prof. Dr. Husein Djajadiningrat), President (Iki Adiwidjaja, kweekschool), Vice President (Doni Ismail, kweekschool), Secretaris I (Nawawi, P.H.S), Secretaris II (Sanoesi, M.U.L.O), Penningmesteer (Soerija, kweekschool), Lid (Samjoen, kweekschool) & (Oesman, Rechtschool). Cabangnya berdiri di beberapa kota diantaranya: 1) cabang Betawi (Batavia), 2) cabang Purwakarta, 3) cabang Bandung, 4) cabang Sukasari, 5) cabang Tasikmalaya, 6) cabang Sukabumi, 7) cabang Salatiga, 8) cabang Yogyakarta, 9) cabang Surabaya, 10) cabang Bogor, dan 11) cabang Serang. Sekar Rukun juga lahir dari pemikiran R. Ajoe yang merupakan seorang tokoh dan sedang menjabat sebagai Regent dari Meester Cornelis (Jatinegara, Batavia). Pendidikan bagi wanita menurut R. Ajoe didasari atas beberapa tujuan pendidikan bagi para kaum wanita, antara lain: 1) menyatukan para wanita-wanita Sunda, 2) menghargai kebangkitan Sunda dan belajar berbagai macam keperluan wanita di rumah, seperti memasak, membatik, menyulam dan pendidikan bagi para anak-anaknya, 3) diutamakan adanya program kursus kebahasaan, seperti bahasa Sunda, Belanda dan Inggris, dan 4) lain-lain (D. & S. 1926) 1919 masehi Perlawanan Haji Hasan Arif dan santri-santri Pondok Pesantren Cimareme - Garut terhadap perlakuan sewenang-wenang pemerintah penjajah dalam memungut pajak yang memberatkan rakyat kecil. Sehingga Haji Hasan Arif menggalang kekuatan untuk Perang Sabil. Rumahnya dikepung pasukan setelah pada 7 juli 1919 jam 12.30 wib. 40 orang KH Hasan Mustopa beserta keluarga dan pengikutnya ditembak dan dipenggal kepalanya. 3 Juli 1920 Institut Teknologi Bandung (ITB), berdiri secara de facto pada 3 Juli 1920 di Bandung dengan nama de Techniche Hoogeschool te Bandung (TH). Sejak resmi dibuka untuk tahun kuliah 1920-1921, terdaftar 28 orang mahasiswa TH dengan hanya ada 2 orang Indonesia. Sementara itu, jumlah dosen pada permulaan tahun 1922 terdapat 12 orang Guru Besar. Pada Dies ke-6 tanggal 3 Juli 1926, dari 22 orang kandidat insinyur yang lulus berjumlah 19 orang dengan 4 orang di antaranya adalah pribumi. Saat itulah untuk pertama kalinya TH Bandung menghasilkan nsinyur orang Indonesia. Satu dari keempat orang itu adalah Ir. R Soekarno yang kelak menjadi proklamator sekaligus presiden pertama Republik Indonesia. 1926 Algemeene Studieclub atau Algemeene Studie Club (ASC) adalah klub kuliah umum yang didirikan oleh para intelektual nasionalis pribumi di Tanah Pasundan, Bandung tahun 1926. Sebagai kelanjutan kelompok studi itu, Soekarno dengan kawan-kawan kemudian mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia yang merupakan cikal bakal Partai Nasional Indonesia pada 4 Juli 1927. 1927 masehi KH Ahmad Sanusi tokoh yang mendirikan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII) dan Al-Ittahadiyatul Islamiyah (AII), organisasi yang aktif bergerak dalam bidang pendidikan. Pada bulan Agustus 1927, KH Ahmad Sanusi, pendiri ponpes Gunung Puyuh Sukabumi ditawan Pemerintah Hindia Belanda. Ditahan di penjara Cianjur hingga Mei 1928. Kemudian atas perintah Gubernur Jendral ACD de Graeff, dipindahkan ke penjara Tanah Tinggi – Batavia. Aktivitas da’wah dan menulis buku tetap dilakukan selama menjadi tahanan. Sehingga dijuluki sebagai Ajengan Batawi. Dibebaskan tahun 1934, lalu mendirikan Pesantren Syamsul Ulum di Sukabumi. 1939 Achmad Wiranatakusumah yang lahir di Bandung pada tahun 1925, merupakan turunan perempuan pertama di Nusantara yang menjadi anggota Gemeenteraad (DPRD/dewan kota, zaman sekarang) Bandung. Pada tahun 1939 Achmad bersama saudara-saudara dan teman-temannya mendirikan organisasi pemuda Padjadjaran Jeugd Troep. Kelompok ini menyelenggarakan banyak pelatihan, kepanduan, lintas alam, baris berbaris, berkemah, drum band, hingga pelatihan militer. 1942-1945 masehi Kiai-kiai, guru dari para santri dari berbagai pondok pesantren di Tatar Sunda berlatih kemiliteran di Bogor. Kemudian diangkat sebagai Komandan Batalyon / Daidancho PETA, diantaranya :
28 Februari 1945 masehi Perkebunan Karet Cibarusah (Bogor) menjadi saksi latihan militer Laskar Hisbulah untuk Kemerdekaan Indonesia. Diikuti 500 pemuda dan santri dari seluruh pesantren di Pulau Jawa dan Madura yang mengirim santri masing-masing sebanyak 5 orang. Keberanian, kharisma dan ketokohan KH. Raden Ma’mun Nawawi (Mama Cibogo) sehingga pelatihan yang mengumpulkan begitu banyak pemuda/santri dapat terlaksana didekat pusat kekuatan Jepang. 16 Agustus 1945 masehi Umar Baksan dari Batalyon PETA Rengasdengklok memberikan jaminan keamanan kepada Soekarno-Hatta untuk Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Batalyon ini masih memiliki persenjataan lengkap. Pengibaran merah putih dilaksanakan 16 Agustus 1945 di kawedanaan Karawang Sebanyak 67 anggota Kepolisian Cianjur dengan segala resiko pertumpahan darah, menurunkan Bendera Jepang Hinomaru dan mengibarkan bendera Merah Putih di depan Kantor Kepolisian Cianjur 16/08/1945. Dipimpin R. Yunus Sudibyabrata. 17 Agustus 1945 masehi Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Ja(ya)karta/Sunda Kalapa
Sumber : Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Pustaka Jaya, Jakarta, 2005. Undang Ahmad Darsa, kropak 406 :Carita Parahyangan dan fragmen Carita Parahyangan, 2004 |