Penghargaan Templeton adalah sebuah penghargaan tahunan yang dipersembahkan oleh Yayasan Templeton. Didirikan pada 1972, penghargaan tersebut dianugerahi kepada orang hidup yang, dalam perkiraan para juri, "telah membuat jasa-jasa menakjubkan dalam memperteguh dimensi kehidupan spiritual, entah melalui pencerahan, penemuan, atau kerja praktek".[1] Penghargaan tersebut mengambil nama dari Sir John Templeton (1912–2008), seorang wisausahawan dan pengusaha Inggris kelahiran Amerika, yang diangkat menjadi kesatria oleh Ratu Elizabeth II pada 1987 atas upaya-upaya filantropiknya.[2] Sampai 2001, nama penghargaan tersebut adalah "Penghargaan Templeton untuk Kemajuan dalam Agama", dan dari 2002 sampai 2008, penghargaan tersebut disebut "Penghargaan Templeton untuk Kemajuan Terhadap Riset atau Penemuan tentang Realitas Spiritual".[3][4] Penghargaan tersebut biasanya dipersembahkan oleh Pangeran Philip dalam sebuah upacara di Istana Buckingham.[5][6][7]
Nilai uang dari penghargaan tersebut disetarakan dengan Penghargaan Nobel, karena Templeton merasa "spiritualitas dihiraukan" dalam Penghargaan Nobel.[8] Sejumlah £1,200,000, pada 2015,[9] penghargaan tersebut merupakan penghargaan finansial tahunan tunggal terbesar kedua (setelah Fundamental Physics Prize) yang diberikan kepada seorang individual oleh sebuah organisasi filantropik.[10][11] Penghargaan tersebut dianugerahi "berdasarkan pada keputusan sebuah panel juri yang beragam dari berbagai disiplin akademik dan tradisi keagamaan".[12]Hindu, Kristen, Yahudi, Buddhis, Muslim dan ateis ada pada panel juri tersebut dan menjadi para penerima dari penghargaan tersebut.[13]
Penghargaan tersebut pernah dikritik: pakar biologi Inggris Richard Dawkins berkata dalam bukunya The God Delusion bahwa penghargaan tersebut biasanya diberikan "kepada seorang ilmuwan yang siap mengatakan sesuatu yang menyenangkan tentang agama".[14]Sean M. Carroll, seorang anggota riset di Departemen Fisika Institut Teknologi California, mengkritik para koleganya karena mengambil hadiah riset Templeton di saat mereka tidak mendukung keyakinan Templeton.[15]Martinus J. G. Veltman, penerima Nobel fisika 1999, berpendapat bahwa penghargaan tersebut "menjembatani jurang antara esensi dan non-esensi".[16]
Penerima pertama penghargaan tersebut, pada 1973, adalah Bunda Teresa, enam tahun sebelum ia dianugerahi Nobel Perdamaian. Ia dikutip oleh Yayasan Templeton "atas upaya luar biasanya untuk membantu anak-anak tuna wisma dan terlantar di Kalkuta," karya yang "menginspirasi jutaan orang lainnya di seluruh dunia".[17]
^Enman, Charles (July 8, 2008). "Templeton dies". Ottawa Citizen. Canada.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-09. Diakses tanggal July 9, 2009.