Share to:

 

Penyadapan telepon

Perangkat pengontrol saluran telepon "Jitka", digunakan sebagai alat penyadap pada akhir 1960-an oleh StB Cekoslovakia.

Penyadapan telepon atau sadap kawat (bahasa Inggris: wiretapping) adalah pemantauan percakapan telepon dan Internet oleh pihak ketiga, sering kali dilakukan dengan cara rahasia. Percakapan telepon dapat direkam atau dipantau secara tidak resmi, baik oleh pihak ketiga tanpa sepengetahuan pihak yang disadap, ataupun direkam oleh salah satu pihak yang melakukan penggilan telepon. Penyadapan telepon dikontrol secara ketat dan pada umumnya dilarang dengan alasan privasi, tetapi juga bisa dilegalkan untuk alasan tertentu, sesuai dengan hukum yang berlaku di negara yang bersangkutan.[1][2]

Sejarah

Penyadapan telepon dimulai setelah ditemukannya alat perekam percakapan telepon pada tahun 1890-an. Lembaga penegak hukum mulai menyadap saluran telepon.[3] Pada awalnya, komunikasi suara jarak jauh dilakukan secara eksklusif oleh sistem "pertukaran-sirkuit"; pertukaran percakapan telepon akan menghubungkan kawat untuk membentuk sirkuit berkesinambungan dan memutuskan kawat ketika panggilan berakhir. Layanan telepon lainnya, seperti penerus panggilan dan penjawab pesan, ditangani oleh operator manusia.[4] Pada tahun 1965, Bell Labs mengembangkan sistem komunikasi telepon terkomputerisasi pertama, yang menggantikan teknik penyadapan standar.[3]

Di Amerika Serikat, penyadapan telepon telah dilakukan di bawah perintah beberapa Presiden, terkadang juga disertai dengan surat perintah Mahkamah Agung. Pada tanggal 19 Oktober 1963, Jaksa Agung Robert F. Kennedy, yang menjabat di bawah pemerintahan John F. Kennedy dan Lyndon B. Johnson, memberi kewenangan pada FBI untuk menyadap komunikasi dari Martin Luther King, Jr.[5]

Pada tahun 1970-an, serat optik menjadi media baru alat telekomunikasi. Garis-garis serat optik yang panjang, tipis, dan bisa mentransmisikan sinyal melalui sinar laser, dianggap lebih aman jika dibandingkan dengan radio, dan biayanya juga lebih murah. Dari tahun 1990 hingga saat ini, sebagian besar komunikasi antar lokasi dilakukan melalui serat optik.[3][4] Penyadapan telepon pertama kali dilakukan melalui kawat–secara fisik disisipkan melalui saluran antara operator dan pengguna telepon–yang membawa sinyal menuju alat pendengar dan perekam. Penyadapan telepon baru-baru ini dipasang di tempat saluran penyadap yang menangani percakapan yang masuk.[4]

Status hukum

Penyadapan telepon secara resmi dikontrol secara ketat di kebanyakan negara untuk menjaga privasi, kebanyakan di negara-negara berkembang. Secara teori, penyadapan telepon umumnya memerlukan persetujuan pengadilan, dan biasanya hanya disetujui jika penyadapan tersebut bertujuan untuk mendeteksi tindakan kriminal atau kegiatan subversif yang menghalangi penegakan hukum.[6] Penyadapan telepon yang ilegal atau tidak sah dianggap sebagai tindak pidana.[6] Namun, di beberapa negara, seperti Jerman, pengadilan akan menyetujui penyadapan ilegal tanpa persetujuan pihak lain, meskipun pihak yang disadap juga bisa mengajukan tuntutan.[butuh rujukan]

Di Amerika Serikat, di bawah Undang-undang Pengawasan Intelijen Asing, badan-badan intelijen federal bisa mendapatkan persetujuan untuk melakukan penyadapan dari Pengadilan Pengawasan Intelijen Asing Amerika Serikat, atau dalam keadaan tertentu bisa juga disetujui oleh Kejaksaan Agung tanpa persetujuan pengadilan.[7]

Metode

Sebuah adaptor perekam percakapan telepon. Colokan telepon yang terhubung ke soket saat telepon dipantau dihubungkan ke adaptor. Sedangkan audio plug dihubungkan ke alat rekam seperti komputer, tape, dan sebagainya.

Ada sejumlah cara untuk memonitor percakapan telepon. Salah satu pihak dapat merekam percakapan, baik dengan bantuan alat rekam ataupun melalui komputer yang memiliki perangkat lunak perekam panggilan. Perekaman ini, baik yang dilakukan secara terbuka ataupun terselubung, dapat dimulai secara manual, secara otomatis dengan mendeteksi suara pada saluran telepon (VOX), atau secara otomatis setiap kali panggilan telepon diputus.[8]

Penyadapan ponsel

Telepon seluler (ponsel) memiliki sejumlah masalah keamanan privasi. Pemerintah, penegak hukum, dan badan intelijen di Britania Raya dan Amerika Serikat menggunakan ponsel untuk melakukan penyadapan. Teknologi yang digunakan antara lain dengan mengaktifkan mikrofon pada ponsel dari jarak jauh untuk mendengarkan percakapan yang berlangsung di dekat orang yang memegang ponsel tersebut.[9][10]

Ponsel juga sering digunakan untuk mengumpulkan data lokasi. Saat ponsel dihidupkan, lokasi geografis dari ponsel dapat ditentukan dengan mudah (baik jika ponsel sedang digunakan atau tidak) dengan menggunakan teknik yang dikenal dengan multilaterasi. Teknik ini mampu menghitung perbedaan waktu yang dibutuhkan oleh sinyal dari menara seluler untuk mencapai ponsel pemiliknya.[11][12]

Kasus penyadapan telepon

Dalam kasus penyadapan telepon Yunani 2004-2005, lebih dari 100 nomor telepon seluler yang sebagian besarnya dimiliki oleh pejabat pemerintah dan Pegawai Negeri Sipil Yunani telah disadap secara ilegal selama satu tahun. Pemerintah Yunani menyatakan bahwa penyadapan ini dilakukan oleh badan intelijen asing untuk alasan keamanan terkait dengan penyelenggaraan Olimpiade Athena 2004, dengan cara mengaktifkan lawful interception dari operator seluler Vodafone.[13]

Pada tahun 2007, dalam skandal peretasan telepon News International, tabloid Britania, News of the World, dituduh melakukan peretasan telepon. Awalnya News of the World diduga meretas telepon selebritas, politikus, dan keluarga kerajaan Britania. Namun, pada Juli 2011, dilaporkan bahwa telepon Milly Dowler, seorang anak perempuan yang dibunuh; saudara tentara Britania yang meninggal; dan korban bom London 2005, diretas oleh News of the World, sehingga masyarakat marah. Sponsor pun memboikot.[14] Akhirnya tabloid News of the World ditutup pada tanggal 10 Juli, setelah 168 tahun terbit.[14]

Kasus penyadapan telepon terbaru di AS adalah kontroversi surat perintah penyadapan NSA yang terungkap pada bulan Desember 2005. Penyadapan ini menimbulkan banyak kontroversi setelah mantan Presiden George W. Bush mengaku telah melanggar undang-undang federal tertentu. Bush mengaku bahwa ia bertanggung jawab atas perintah penyadapan telepon warga negaranya, yang dilakukannya untuk menjaga agar AS tetap aman dari terorisme, dan penyadapan bisa membimbing pihak berwenang untuk menangkap pelaku teroris yang bertanggungjawab atas serangan 11 September 2001.[4]

Lihat juga

Referensi

  1. ^ "ch_01.fm" (PDF). Diakses tanggal 2011-12-20. 
  2. ^ RFC 4949
  3. ^ a b c "09/2008-A History of Listening In" (dalam bahasa Templat:* icon). Issuu.com. Diakses tanggal 2010-06-01. 
  4. ^ a b c d "Internet Eavesdropping: A Brave New World of Wiretapping". Scientific American. 2008-08-22. Diakses tanggal 2010-06-01. 
  5. ^ Garrow, David J. "The FBI and Martin Luther King - Magazine". The Atlantic. Diakses tanggal 2010-06-01. 
  6. ^ a b Harris, Tom (2001-05-08). "How Stuff Works Page 3". People.howstuffworks.com. Diakses tanggal 2011-12-20. 
  7. ^ According to the US Code Title 50 § 1805
  8. ^ "Use of magnetic telephone pickup coil" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-09-28. Diakses tanggal 2011-12-20. 
  9. ^ McCullagh, Declan (December 1, 2006). "FBI taps cell phone mic as eavesdropping tool". CNet News. Diakses tanggal 14 March 2009. 
  10. ^ Odell, Mark (August 1, 2005). "Use of mobile helped police keep tabs on suspect". Financial Times. Diakses tanggal 14 March 2009. 
  11. ^ "Tracking a suspect by mobile phone". BBC News. August 3, 2005. Diakses tanggal 14 March 2009. 
  12. ^ Miller, Joshua (March 14, 2009). "Cell Phone Tracking Can Locate Terrorists — But Only Where It's Legal". FOX News. Diakses tanggal 14 March 2009. 
  13. ^ Philippe Naughton Last updated December 20, 2011 2:25PM. "The Times, 23 November 2008". London. Diakses tanggal 2011-12-20. 
  14. ^ a b "Phone-hacking scandal: Timeline". BBC News. 2011-07-12. Diakses tanggal 2011-07-16. 

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya