Perang Siak–SambasPerang Siak–Sambas adalah kegagalan ekspedisi Kesultanan Siak untuk menaklukkan Kesultanan Sambas.
Serangan pertamapada Tahun 1789M, angkatan perang Kesultanan Siak indrapura pernah menyerang Kesultanan Sambas, yang dipimpin oleh Raja Ismail dari Siak. Pertempuran tersebut sangat sengit yang banyak menewaskan pasukan kedua belah pihak. Akhirnya pertempuran kali ini, dimenangkan lagi oleh angkatan perang dari Kesultanan Sambas yang dipimpin oleh Pangeran Anom (Raden Pasu). Serangan keduaDua tahun kemudian, pasukan Kesultanan Siak datang kembali dengan angkatan perang dalam jumlah besar yang dipimpin langsung Sultan Said Ali. Sementara itu pangeran Anom mengutus pengawal setianya untuk menjemput pasukan Dayak Sungkung dan Iban Saribas dari pedalaman Sambas untuk bergabung berperang melawan Kesultanan Siak dan berhasil menghalau pasukan Siak. Rupanya pasukan Siak tidak kembali ke tanah asalnya dan memilih bertahan di laut sambil menunggu pasukan lainnya menyusul untuk kembali menyerang Sambas. Serangan ketigaPertempuran ketiga terjadi lagi, pasukan Siak sengaja menjemput panglima bayaran dari negeri Aceh bernama Panglima Aru. Menurut riwayatnya Panglima Aru itu tewas berjuang melawan Panglima Sambas yang bernama Panglima Awang Tandi yang sengaja dijemput dari Brunai. Akhirnya dalam peperangan ini Panglima Aru tewas dibunuh oleh Awang Tandi dan pada waktu itu timbullah bintang kemenangan bagi pihak Sambas. Pada waktu permaisuri Siak melihat Panglima Aru telah mati, maka dengan tidak membuang waktu dengan secepat kilat, ia menyerbukan diri ke gelanggang perjuangan dengan laku seperti seekor singa lepas dari tangkapan. Pertempuran menjadi hebat dan seru gemerincing bunyi senjata pedang bertemu pedang, tangkis menangkis, tikam-menikam. Meskipun pihak sambas mempertahankan kedudukannya dengan mati-matian, namun serangan permaisuri siak yang gagah berani itu tak dapat dipatahkan oleh kekuatan panglima-panglima dari Sambas, karena banyak di antara panglima sambas yang gugur, angkatan menjadi kocar-kacir serta melarikan diri mundur ke kubu pertahanannya. Melihat peristiwa itu pangeran anom berang dan menembakkan sebuah peluru petunang bagaikan petir menyambar langsung mengenai permaisuri siak dan akhirnya gugur. Lalu para panglima dan sekalian angkatan siak yang menyerang itu terpecah belah dan mereka banyak lari mengikuti rajanya, yaitu Said Ali dan Said Mustafa pulang ke negerinya. Referensi |