Perang pisang
PelaksanaanSebelum perang pisang dilakukan, para pemuda mencari pisang dan kelapa.[3] Pisang-pisang tersebut digunakan sebagai senjata dalam perang.[3] Perang pisang dilaksanakan di pelataran pura Bale Agung dan diikuti oleh 16 pemuda desa yang dipilih kelian adat untuk dilawankan dengan dua orang (calon ketua dan wakil).[3] Di ujung jalan yang berlawanan, calon ketua dan wakil ketua pemuda desa berdiri berhadapan.[1] Warga desa yang berada berjajar di sepanjang jalan yang nantinya akn dilalui oleh kedua pemuda tersebut.[1] Ke-16 pemuda yang akan mengikuti perang pisang mengenakan kamben, udeng (penutup kepala), dan tanpa baju.[3] Para tetua laki-laki duduk di jeroan Bale Agung, dan para ibu-ibu menyiapkan makanan untuk megibung (ritual makan bersama).[3] Upacara dilaksanakan ketika kulkul (kentongan khas Bali) dibunyikan beberapa kali.[1] Setelah Kelian adat memberi aba-aba, para pemuda yang tadi berdiri hadapan di ujung jalan bergegas berjalan dengan langkah setengah berlari menuju Pura Bale Agung.[1] Dalam setengah perjalan, Perang Pisang terjadi.[1] Ketua dan wakil ketua kelompok pemuda menjadi sasaran utama perang pisang.[1] Walaupun diserang, mereka harus berjalan sampai di pura.[2] Jika kedua pemuda tersebut gagal mencapai pura, maka mereka dianggap tidak cocok untuk menjadi pemimpin.[2] Upacara perang pisang baru berakhir apabila calon ketua dan wakil ketuanya sampai di pintu gerbang Pura Bale Agung.[2] Jika mereka berhasil melewati pintu gerbang Pura Bale Agung, maka akan langsung dinyatakan lulus dan berhak atas pengukuhan ketua dan wakil ketua desa Tenganan.[2] Pelaksanaan upacara perang pisang diakhiri dengan makan bersama (Megibung) di Pura Bale Agung yang diikuti oleh seluruh warga desa.[1] Referensi
|