Pertempuran Asahan
Pertempuran Asahan terjadi karena utusan Raja Asahan menyatakan bahwa angkatan perang Asahan ingin mencoba kekuatannya dengan balatentara Aceh.[1] Sultan dan Malem Dagang siap menghadapi tantangan Raja Asahan.[2]
PerangAtas usul Panglima Pidie, Malem Dagang dari Meureudu diangkat sebagai penglima perang. Panglima Pidie sendiri dan Raja Raden diangkat sebagai panglima pendamping. Upacara pelantikan diadakan. Ja Pakeh membaca doa selamat.[3] Ketika semua pasukan naik ke kapal, sultan sendiri naik ke Cakra Donya. Dan Berlayarlah armada Aceh menuju arah timur. Sampai diperairan Asahan, Sultan teringat pesan Putri Pahang tidak membunyikan meriam di daerah tersebut. Namun, Sultan ingin menguji kebenaran Putri Pahang, maka atas perintahnya meriam dibunyikan. Dengan segera dibalas oleh tentara Asahan dan armada Aceh berhenti. Utusan Raja Asahan datang menanyakan maksud kedatangan armada Aceh. Malem Dagang menjelaskan rencana yang sebenarnya yaitu hendak menyerang Johor. Utusan Raja Asahan menyatakan bahwa angkatan perang Asahan ingin mencoba kekuatannya dengan balatentara Aceh. Sultan dan Malem Dagang siap menghadapi tantangan Raja Asahan.[4] AkibatRaja Asahan bersama pasukannya melarikan diri. Ketiga orang panglima perang Aceh memasuki istana. Permaisuri raja Asahan ditawan dan dibawa ke kapal.[5] Sesudah pasukan Aceh berada kembali di kapal, Raja Asahan pulang ke istananya. Alangkah sedihnya ia ketika mengetahui bahwa isterinya sudah dibawa ke kapal. Seorang menteri menyarankan supaya Raja Asahan menyerah dan minta ampun dari raja Aceh. Dengan membawa hadiah berupa buah-buahan Raja Asahan dan para menterinya pergi menghadap Sultan di atas kapal perang. Ia menyatakan menyerah kalah. Permaisuri diserahkan kembali, lalu Raja Asahan menyatakan pula bahwa ia beserta seluruh rakyatnya bersedia memeluk agama Islam.[6] Referensi |