Pertempuran Castillon
Pertempuran Castillon merupakan pertempuran antara pasukan Inggris dan Prancis yang terjadi pada 17 Juli 1453 di Gascony dekat kota Castillon-sur-Dordogne (sekarang Castillon-la-Bataille). Sejarawan menganggap kemenangan Prancis pada pertempuran ini merupakan penanda berakhirnya Perang Seratus Tahun. Pada hari pertempuran, komandan Inggris, John Talbot, Earl ke-1 Shrewsbury, percaya bahwa Prancis mundur sehingga ia memimpin pasukannya menyerang perkemahan Prancis yang dibentengi tanpa menunggu bala bantuan. Talbot kemudian menolak untuk mundur setelah menyadari kekuatan dari pasukan Prancis, sehingga menyebabkan banyak anak buahnya menjadi korban dari artileri Prancis. Castillon adalah pertempuran besar Eropa yang dimenangkan melalui penggunaan artileri lapangan secara ekstensif. Pertempuran tersebut menyebabkan Inggris kehilangan hampir semua pertahanan mereka di Prancis, terutama Gascony (Aquitaine), yang dimiliki Inggris selama tiga abad sebelumnya. Keseimbangan kekuatan di Eropa bergeser, dan ketidakstabilan politik pun terjadi di Inggris.[4] Latar belakangRuntuhnya Perjanjian Troyes tahun 1420 memulai tahap akhir Perang Seratus Tahun.[5] Periode dari 1420 hingga 1453 ini dikatakan oleh Anne Curry sebagai "perang Perjanjian Troyes" untuk menguasai mahkota Prancis.[6] Setelah Prancis merebut Bordeaux pada tahun 1451 oleh pasukan Charles VII, Perang Seratus Tahun diperkirakan akan berakhir. Pada masa ini, Inggris terutama berfokus untuk memperkuat satu-satunya daerah kepemilikan mereka yang tersisa, Calais, dan mengawasi lautan.[7] Setelah tiga ratus tahun dibawah pemerintahan Plantagenet, warga Bordeaux menganggap diri mereka sebagai bawahan raja Inggris dan mengirim utusan ke Henry VI dari Inggris menuntut agar ia merebut kembali provinsi tersebut.[8] Pada 17 Oktober 1452, John Talbot, Earl ke-1 Shrewsbury mendarat di dekat Bordeaux dengan kekuatan 3.000 orang.[9] Bekerja sama warga kota, Talbot dengan mudah merebut kota itu pada 23 Oktober.[10] Inggris kemudian menguasai sebagian besar Gascony barat pada akhir tahun.[11] Prancis telah memprediksi datangnya pasukan Inggris, tetapi Prancis memperkirakan pasukan Inggris datang melalui Normandia.[12] Setelah kejutan ini, Charles mempersiapkan pasukannya selama musim dingin, dan pada awal tahun 1453 ia siap untuk melakukan serangan balik.[13] Awal pertempuranCharles menginvasi Guyenne dengan tiga pasukan terpisah, semuanya menuju Bordeaux.[14] Talbot menerima 3.000 orang tambahan, bala bantuan tersebut dipimpin oleh putra keempat dan kesayangannya, John, Viscount Lisle.[15] Prancis kemudian mengepung Castillon (sekitar 40 kilometer (25 mil) di timur Bordeaux) pada 8 Juli.[16] Talbot menyetujui permintaan para pemimpin kota untuk bertempur, meninggalkan rencana awalnya untuk menunggu bala bantuan lebih banyak di Bordeaux.[17] Perwira persenjataan Charles VII Jean Bureau mendirikan kamp untuk memaksimalkan kekuatan artileri Prancis. Dalam posisi bertahan, pasukan Bureau membangun taman artileri di luar jangkauan senjata Castillon.[18] Menurut Desmond Seward, taman artileri ini "terdiri dari parit yang dalam dengan dinding tanah di belakangnya yang diperkuat oleh batang pohon; fitur yang paling luar biasa adalah parit yang tidak beraturan dan bergelombang, yang memungkinkan untuk menyerang penyerang manapun".[19] Talbot meninggalkan Bordeaux pada 16 Juli. Ia meninggalkan sebagian besar pasukannya dan tiba di Libourne saat matahari terbenam dengan hanya 500 orang bersenjata dan 800 pemanah berkuda. Keesokan harinya, pasukan ini mengalahkan detasemen kecil pemanah Prancis yang ditempatkan di biara dekat Castillon. Awalnya, Talbot berencana untuk menunggu pasukannya yang lain sebagai bala bantuan. Namun, Talbot mendesak anak buahnya untuk langsung maju ke kamp Prancis, percaya bahwa anak buahnya yang lain sudah dekat dan akan segera tiba. PertempuranSelain karena dorongan moral atas kemenangannya menghadapi detasemen kecil pemanah Prancis di biara sebelumnya, Talbot juga maju karena adanya laporan bahwa Prancis mundur. Namun, kenyataanya awan debu yang dilihat penduduk kota sebagai pasukan Prancis yang mundur, sebenarnya diciptakan oleh pengikut kamp yang kabur sebelum pertempuran. Inggris maju tetapi segera bertemu dengan kekuatan penuh tentara Prancis.[20] Meski kalah jumlah dan dalam posisi rentan, Talbot memerintahkan anak buahnya untuk terus bertempur.[21] Menurut sejarawan AJ Pollard, perilaku yang tampaknya sembrono dari Talbot ini kemungkinan disebabkan oleh fakta bahwa "kebanggaan dan kehormatannya dipertaruhkan karena dia telah memerintahkan anak buahnya untuk berperang ketika dia menemukan kekuatan posisi Prancis".[22] Senjata Prancis melenyapkan tentara yang maju, dengan setiap tembakan dilaporkan menewaskan enam orang sekaligus.[23][24] Bala bantuan Talbot terus berdatangan di pertempuran, namun mereka mengalami nasib yang sama dengan pasukan Talbot sebelumnya. Pertempuran berlangsung lebih dari satu jam sampai pasukan kavaleri Breton berkekuatan seribu orang yang dipimpin oleh Peter II, Adipati Bretagne, menayerang sayap kanan mereka, membuat mereka mundur.[25] Pertempuran berakhir dengan kekalahan Inggris. Talbot maupun putranya tewas. Ada beberapa perdebatan tentang kronologi kematian Talbot, diprediksi kuda milik Talbot terbunuh oleh tembakan meriam, sebelum kuda tersebut jatuh dan menindihnya. Seorang pemanah Prancis kemudian membunuhnya dengan kapak.[26][27][28] Setelah pertempuranDengan kematian Talbot, otoritas Inggris di Gascony terkikis dan Prancis merebut kembali Bordeaux pada 19 Oktober. Pertempuran ini menandai titik akhir dari periode yang dikenal sebagai Perang Seratus Tahun. Pertempuran ini adalah pertempuran besar Eropa yang dimenangkan melalui penggunaan artileri lapangan secara ekstensif. Henry VI dari Inggris mengalami gangguan mental pada akhir tahun 1453, yang menyebabkan pecahnya Perang Mawar di Inggris. Orang-orang berspekulasi bahwa kekalahan di Castillon merupakan penyebab gangguan mentalnya. Kerajaan Inggris kehilangan semua kepemilikan lahannya kecuali Calaisis, yang merupakan kepemilikan Inggris terakhir di daratan Prancis, dan Kepulauan Channel, yang secara historis merupakan bagian dari Kadipaten Normandia. Inggris kehilangan Calaisis pada tahun 1558.[29] Kepulauan Channel tetap menjadi Dependensi Kerajaan Inggris hingga saat ini, kecuali saat pendudukan Jerman selama Perang Dunia II. Catatan
Referensi
Pranala luar |