Pesantren Sabilunnajat
SejarahPesantren Sabilunnajat, dulu dikenal dengan nama pesantren Ciladur, dirintis dan didirikan pada tahun 1965 oleh KH. Hasan Ma'ruf di sebuah Musala atau Tajug (Musala: Sunda) di Cikawung[3], dusun Sukamaju, desa Cileungsir, Rancah, kabupaten Ciamis, provinsi Jawa Barat. Lalu, mengalami tiga kali perpindahan tempat namun masih satu daerah. Pertama di daerah Sawah Luhur sebelah barat lokasi pesantren sekarang. Kemudian pindah ke daerah Cinangsi[4] sebelah timur lokasi pesantren kini, dan akhirnya berpindah ke lokasi yang sekarang pesantren berdiri yaitu di Dusun Sukamaju RT. 009 RW. 024, Desa Cileungsir, Rancah, dan terkenal dengan nama Pesantren Cinangsi. KelembagaanPesantren Sabilunnajat baru terdaftar sebagai lembaga pendidikan yang sah pada tahun 1993. Dan kini, telah berbentuk yayasan dengan nama Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Pondok Pesantren Sabilunnajat dengan pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM RI pada tahun 2015[5]. Salah satu pembina Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Pondok Pesantren Sabilunnajat adalah Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA. ; Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2015-2019, yang merupakan salah satu alumni pertama pesantren ketika masih berlokasi di Musala Cikawung dan juga salah satu keluarga dekat pendiri pesantren[6]. Sistem PendidikanPesantren Sabilunnajat tidak hanya termasuk kategori pesantren salaf (salafiyah) yaitu yang mengkaji kitab-kitab kuning (kitab kuno) dan mengunakan metode pendidikan tradisional (klasik), namun dikombinasikan dengan sistem pendidikan pesantren modern atau biasa juga disebut dengan istilah khalafiyah, 'ashriyah atau al-haditsiyyah. Yaitu, dengan dilengkapinya fasilitas sekolah formal dan non formal. Secara garis besar metode pendidikan di Sabilunnajat terbagi ke dalam tiga jenis: 1. Sistem Sorogan Metode sorogan adalah metode pembelajaran kitab secara individual dimana setiap santri menghadap secara bergiliran untuk membaca, menjelaskan dan menghafal pelajaran yang telah diberikan sebelumnya[7]. Sistem sorogan yang diterapkan di Ponpes Sabilunnajat adalah untuk santri yang mukim di pesantren atau “santri aktif”. Cara yang dilakukan adalah santri membaca kitab dengan cara diperhatikan oleh gurunya, mendengar, dan membenarkan ketika seorang santri ada kesalahan dalam membacanya. Sistem sorogan ini dilaksanakan pada waktu tertentu yakni ba’da shalat dzuhur, ba’da shalat Ashar, dan ba’da shalat Dhuha. Kitab yang dibaca seperti kitab Fiqh, kitab Nahwu dan Sharaf, hafalan Al-Qur‟an, serta yang lainnya[8]. 2. Sistem Ceramah Sistem ceramah yang dilaksanakan di Sabilunnajat biasanya dilakukan dua kali dalam satu minggu khusus untuk masyarakat sekitar. Hari Ahad pagi digunakan untuk pengajian ibu-ibu dan hari Ahad malam digunakan untuk pengajian bapak-bapak. Selain itu, juga dilaksanakan di bulan Ramadhan yaitu kuliah subuh dan kultum. Hal ini biasa disebut oleh masyarakat sekitar disebut dengan sistem babandung kuping[8]. 3. Sistem Wetonan Kegiatan pembelajaran di Ponpes Sabilunnajat menggunakan kitab-kitab klasik yang bernuansa salaf yang dipadukan dengan keadaan-keadaan saat ini. Dari pembelajaran yang diterangkan oleh seorang guru kemudian disesuaikan dengan kondisi zaman saat ini. Hal ini yang memudahkan para santri lebih cepat memahami kandungan yang ada dalam kitab-kitab yang diajarkan. Sistem wetonan yang diterapkan di Ponpes Sabilunajat dapat dibedakan menjadi beberapa bagian: 1) Sistem wetonan biasa diterapkan setelah shalat Subuh, Dhuha, Dzuhur, Ashar, Magrib, dan Isya. Dengan mengkaji kitab-kitab yang sudah ditentukan. 2) Pengajian mingguan yang diikuti oleh seluruh santri dengan mengkaji kitab-kitab yang sudah ditentukan oleh pesantren. 3) Pembelajaran di bulan Ramadhan. Untuk sistem dan waktu pembelajaran biasanya dilaksanakan sejak hari pertama bulan Ramadhan selama dua minggu sebelum Ramadhan berakhir. Nama dari kegiatan bulan Ramadhan ini yaitu pesantren kilat yang biasa diikuti oleh seluruh santri yang masih sekolah guna mengisi liburan sekolah. Pesantren kilat juga diikuti oleh santri kalong atau santri yang tidak menetap di pesantren. Program pembelajaran yang ditetapkan oleh pesantren Sabilunnajat pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan pesantren pada umumnya. Kitab-kitab yang diajarkannya pun masih sama dengan pesantren pada umumnya. Namun, dalam pembelajarannya sedikit pengkhususan bagi santri yang sambil sekolah dan yang takhasus. Santri yang sambil sekolah biasanya tidak mengikuti pembelajaran setelah shalat Duha dan shalat Dzuhur, mengingat waktu sedang mengikuti pembelajaran di sekolah. Untuk takhasus harus mengikuti pembelajaran di pesantren pada waktu setelah shalat Duha dan setelah shalat Dzuhur [8]. Dewan KiyaiTenaga pengajar di Ponpes Sabilunnajat yaitu dari keluarga pesantren dan santri-santri yang sudah menikah kemudian difasilitasi rumah untuk tetap tinggal di pesantren[8].
Daftar Kitab yang diajarkanPesantren Sabilunnajat dalam hal menggunakan metode pesantren salafiyah mengkaji berbagai kitab, seperti kitab Fiqh, Tasawuf, Tauhid, Tafsir, Sejarah, Nahwu dan Shorof, Mantiq, serta Ma'ani. Di pesantren ini, pengkajiannya lebih khusus kepada pengkajian tentang ilmu alat (Ilmu Ash-Shinaiyyah : Ilmu Alat) atau Ilmu maqsudun li ghairihi (ilmu sarana), seperti : Ushul Fikih,Ushul Tafsir, Mushtholahul Hadits, Siroh, Tajwid dan Tahsin, Nahwu, Shorof, Al-Ma'ani wal Bayan, Balaghoh, dan yang semisalnya . Namun, tidak menutup kemungkinan banyak santri juga yang ahli dalam bidang Fiqh dan Tauhid. Lembaga Pendidikan Non Formal
Lembaga Pendidikan FormalFasilitas
Unit Usaha Pesantren
Rujukan
Sumber buku/jurnal/skripsi/thesis
Pranala luar
|