Pesantren Zainul Hasan Genggong
Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong (Pegon: ڤوندوك ڤسانترين زاينول هاسان ڮڠڮوڠ) adalah salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, Berdirinya lembaga ini jauh sebelum Indonesia merdeka yaitu tepatnya pada tahun 1839, di Genggong, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Komplek Pesantren Genggong berada di atas areal tanah seluas kurang lebih 93,5 hektare Yang mencakup 4 desa sekaligus diantaranya Karangbong, Ketompen, Pajarakan Kulon Dan Temenggungan dengan jumlah santri ± 22.000(2015) berasal dari Lintas Negara Asia Tenggara Utamanya Indonesia, Singapura dan Malaysia. Latar BelakangBerdirinya Pesantren Zainul Hasan sejak awal pendiriannya dikenal dengan sebutan Pondok Genggong yang didirikan oleh Syaikh Zainul Abidin al-Maghribi pada tahun 1839 M / 1250 H. Yang terletak di Genggong Kabupaten Probolinggo. Adapun motifasi pendiri Pesantren tersebut merupakan cita-cita mulia dan luhur yang didasarkan pada tanggung jawab secara keilmuan setelah melihat realitas masyarakat yang masih buta huruf dan masyarakatnya dikenal dengan awam yang sama sekali tidak mengenal ilmu pengetahuan agama secara perilaku kehidupan masyarakat cenderung berperilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai agama seperti melakukan perbuatan dosa besar kepada Allah SWT, baik perbuatan syirik, zina, perilaku kekerasan sesamanya dengan cara merampas hak milik orang lain dan penganiayaan terhadap sesamanya serta perbuatan judi yang dilakukan oleh masyarakat setiap hari. Berangkat dari dasar pemikiran yang didasarkan pada realitas perilaku masyarakat tersebut, maka Syaikh Zainul Abidin, beliau keturunan maghrobi Maroko, Afrika dan alumnus Pesantren Sidoresmo Surabaya merasa terpanggil jiwanya untuk mengamalkan ilmu yang didapatnya kemudian dijadikan dasar berjuang dengan menebarkan ilmu pengetahuan agama baik berupa pengajian maupun di sampaikan melalui kelembagaan berupa institusi Pondok Pesantren Genggong. EtimologiKata “Genggong” berasal dari sekuntum bunga yang tumbuh di sekitar pesantren dan bunga tersebut dipergunakan oleh masyarakat untuk rias manten dan khitan. Perubahan nama pesantren digagas oleh kepemimpinan KH. Hasan Saifourridzall dengan maksud dan tujuan ingin mengabadikan kedua nama pendiri pesantren sebelumnya dengan kronologis sebagai berikut:
Daftar Pustaka
Pranala luar
|