Peternakan di Nusa Tenggara TimurPeternakan di Nusa Tenggara Timur utamanya untuk jenis ternak sapi, ayam, babi, kambing dan kuda. Skala peternakan di Nusa Tenggara Timur umumnya skala keluarga dan rumah tangga. Populasi ternak terbanyak di Nusa Tenggara Timur yaitu ayam, sapi dan babi. Salah satu penyakit ternak yang terjadi di Nusa Tenggara Timur adalah virus demam babi afrika. Jenis ternakSapiPenduduk di Nusa Tenggara Timur utamanya mengembangbiakkan ternak berupa sapi.[1] Sapi diternakkan pada padang penggembalaan dalam tiga wilayah di Nusa Tenggara Timur yaitu Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Belu.[1] Pada tahun 2010, keluarga yang menjadi peternak sapi di Nusa Tenggara sekitar 10%.[2] BabiPada tahun 2010, babi diternakkan oleh sekitar 85% keluarga di Nusa Tenggara Timur.[2] Sekitar 70% dari total peternak skala kecil di Nusa Tenggara Timur beternak babi sebagai penghasilan tambahan. Selain itu, sekitar 900.000 rumah tangga di Nusa Tenggara Timur pada Agustus 2023 memelihara rata-rata dua ekor babi.[3] KudaPeternakan kuda di Nusa Tenggara Timur diadakan oleh penduduk di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Jenis kuda yang diternakkan adalah kuda sandel. Peternakan kuda dikelola secara perorangan, keluarga maupun perusahaan.[4] PeternakKegiatan beternak di Nusa Tenggara Timur dilakukan oleh suku Dawan yang bermukim di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Kupang, Jenis ternaknya meliputi babi, sapi dan kambing.[5] Populasi ternakPada tahun 2009, jenis ternak dengan populasi terbanyak di Nusa Tenggara Timur berurutan ialah ayam kampung, babi dan sapi.[6] Populasi babi di Nusa Tenggara Timur pada tahun 2009 sebanyak 10.044.577 ekor. Sedangkan populasi sapi di Nusa Tenggara Timur pada tahun 2009 sebanyak 2.266.750 ekor.[6] Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi dengan populasi ternak babi terbanyak di Indonesia pada tahun 2010.[7] Populasi babi di Nusa Tenggara Timur mencakup 30% dari total populasi babi di Indonesia pada Agustus 2023.[3] PenyakitVirus demam babi afrikaTim PRISMA mencatat bahwa sekitar 50% dari populasi babi di Nusa Tenggara Timur mengalami kematian akibat terkena virus demam babi afrika pada tahun 2021. Penyebaran virus demam babi afrika dipercepat oleh infeksi dan kontaminasi pada peralatan dan pakan ternak babi. Pada bulan Agustus 2021, tercatat kematian babi sebanyak 121.000 ekor. Pada bulan Maret 2022, tercatat kematian babi sedikitnya 1,04 juta ekor.[8] ReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
|