Share to:

 

Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek

Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek
Alamat
Jl. Simpang Bangkaweh, Jorong Parabek, Nagari Ladang Laweh, Kecamatan Banuhampu

,

26181
Koordinat0°20′09″S 100°22′22″E / 0.335812°S 100.372687°E / -0.335812; 100.372687
Telepon/Faks.+62 752 31079
Situs webPP Thawalib Parabek
Informasi
JenisPondok pesantren
Didirikan
  • 1910 (surau)
  • 15 Januari 1919 (pesantren)
PendiriSyekh Ibrahim Musa
PengasuhBuya H. Deswandi
Kalender akademisMiladiyah
Jumlah santri±2.000
Lain-lain
Moto

Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek adalah sebuah sekolah Islam yang menerapkan sistem pendidikan Sumatera Thawalib. Pesantren ini berlokasi di Banuhampu, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Pada awalnya pesantren ini adalah Madrasah Sumatera Thawalib Parabek yang didirikan tahun 1910 oleh Syekh Ibrahim Musa. Saat ini, Madrasah Sumatera Thawalib berjalan dengan sistem madrasah dalam pesantren mengejar keseimbangan antara aspek pengajaran yang menekankan pada proses transformasi ilmu pengetahuan dan aspek pendidikan yang menekankan pada pembentukan kader ulama.[1][2]

Sejarah awal

Syekh Ibrahim Musa, pendiri Pondok Pesantren Sumatera Thawalin Parabek

Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek berawal dari sebuah komunitas pengajian yang diasuh oleh Syekh Ibrahim Musa di Surau Parabek. Awalnya, komunitas ini bernama Muzakaratul Ikhwan atau Jami'atul Ikhwan.

Pada tanggal 15 Januari 1919, berlangsung pertemuan antara pelajar Surau Jembatan Besi di Padang Panjang dengan pelajar Surau Parabek. Pertemuan ini menyetujui terbentuknya sebuah persatuan antara kedua pelajar lembaga pendidikan, yang dinamai Sumatera Thawalib, dengan tujuan memperdalam ilmu dan mengembangkan agama Islam. Lembaga ini diletakkan di bawah kepemimpinan sebuah dewan pusat dan cabang-cabang di daerah.

Sejak 1920, Sumatera Thawalib memakai sistem kelas. Namun, pada masa penjajahan Jepang sampai awal kemerdekaan Indonesia, proses pembelajaran di lembaga ini tidak berjalan lancar karena pengawasan ketat oleh Jepang.

Pasca-kemerdekaan

Ketika pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada 1949, Sumatera Thawalib Parabek kembali normal. Saat itu, perguruan ini dipimpin oleh Sutan Batungkek Ameh, menantu dari Syekh Ibrahim Musa. Syekh Ibrahim Musa sendiri lebih banyak mengajar di kelas tinggi. Kelas dibagi sesuai dengan tingkatnya, yakni kelas I sampai kelas IV disebut Kelas Sumatera Thawalib, dan kelas V sampai kelas VII disebut sebagai Kelas Kulliyatuddiyanah.

Pada 1963, Syekh Ibrahim Musa meninggal dunia. Pengelolaan perguruan berikutnya dilakukan oleh Yayasan Syekh Ibrahim Musa, yang dipimpin oleh Abdul Munir Datuk Palindih. Pada 1 Juli 1979, Sumatera Thawalib melakukan penyesuaian kurikulum yang dikeluarkan oleh Departemen Agama. Jenjang pendidikan dibagi atas dua tingkatan madrasah, yakni tsanawiyah dan aliyah, dengan masa studi masing-masing tiga tahun.[3]

Rujukan

  1. ^ DIA, Yayasan (2017-10-04). "Pesantren Sumatera Thawalib Parabek". Pesantren Sumatera Thawalib Parabek (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-10-14. 
  2. ^ "Sumatera Thawalib, Sekolah Islam Modern Pertama di Indonesia". kumparan. Diakses tanggal 2019-10-14. 
  3. ^ M. Nur MS, dkk (2006). Sejarah Kabupaten Agam: Sejak Proklamasi Hingga Reformasi. hlm. 203-204.

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya