Pura Yeh PuluPura Yeh Pulu adalah pura yang terletak di Desa Bedulu di sebelah tenggara di kompleks persawahan yang biasa disebut Uma Telaga. Yeh Pulu mempunyai arti mata air. Pahatan-pahatan reliaef dibuat di tebing yang menghadap ke barat, dengan panjang kira-kira 25 meter dan tinggi bisa mencapai dua meter. Di sebelah selatan terdapat mata air dan bagian utara terdapat pancuran pemandian yang berbentuk kepala kera, dengan beberapa ceruk dan pahatan-pahatan yang sudah mulai rusak tergerus waktu. Dari pancuran pemandian hingga Pura Pengening (Beji) di akhir relief terdapat dua ceruk untuk kegiatan keagamaan. Dari depan dua ceruk terdapat bangunan baru dengan pintu masuk berupa Candi Bentar. Sekitar abad 14 - abad 15 terdapat langgam pahatan-pahatan dan hiasan ikal yang sampai sekarang belum terungkap. Bila diperhatikan dari relief seorang laki-laki yang berada di ambang pintu yang diukir sedemikian rupa dengan tangan kanan mengangkat keatas yang seakan sedang memberikan doa keselamatan bagi seseorang yang akan melakukan meditasi atau tapa dan diakhiri dengan adanya dua ceruk untuk melakukan meditasi atau bertapa. Dilihat dari rangkaian relief kemungkinan Pura Yeh Pulu merupakan relief sakral yang melukiskan rangkaian ritual yang akan melakukan tapa di hutan.[1] Urutan relief di Pura Yeh PuluPertama memperlihatkan seorang laki-laki mengangkat tangan kanan yang kemungkinan memberi doa keselamatan kepada mereka yang akan melakukan meditasi atau tapa di hutan. Sebelum memasukin tempat tujuan mereka harus membersihkan diri di pemandian air pancuran Pengening (letak pancuran di bagian atas rangkaian relief dan ceruk, tempat meditasi atau tapa) untuk mempersiapkan diri sebelum melakukan meditasi/tapa di ceruk yang ada di penghujung deretan relief. Untuk sampai di ceruk tempatnya bermeditasi/tapa yang bersangkutan harus melalui Candi Bentar (Hanya tersisa pilar). Adapun simbol kehidupan di hutan doperlihatkan dengan pahatan-pahatan berupa babi hutan, kera, ular, beruang, gajah, burung dan lain-lain. Kedua terdapat orang memikul dua guci. Tangan kiri memegang pikulan, tangan kanan seoalah-olah memegang kain bagian belakang. Ia berjalan di belakang seorang wanita bangsawan (terlihat dari pakaian dan aksesori yang dipakainya, menghiasi tangan, dan kalung menghiasi leher) yang digambar berjalan menuju sebuah rumah. Seorang perempuan tua membuka pintu. Di atas relief kedua orang yang sedang berjalan terdapat pahatan seorang laki-laki yang sedang memburu beruang. Ketiga seorang perempuan tua duduk dalam sebuah relung yang dikelilingi batu padas, pohon, dan kera yang sedang bermain di bawah.[1] Referensi
|