Pusat Komando Epidemi SentralPusat Komando Epidemi Sentral (CECC Bahasa Cina: 國家衛生指揮中心中央流行疫情指揮中心) adalah sebuah agensi di bawah Pusat Komando Kesehatan Nasional (NHCC). Agensi ini diaktifkan oleh pemerintah Taiwan untuk menghadapi beberapa wabah penyakit, seperti pandemi flu babi 2009 dan Pandemi COVID-19. Kepala agensi ini adalah Chen Shih-chung yang menjabat sebagai menteri kesehatan dan kesejahteraan.[1] CECC berasosiasi dengan Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan (Taiwan CDC). Pada awalnya, sebuah pusat komando sementara diresmikan pada tahun tahun 2003 pada masa wabah SARS yang menyebabkan 71 korban jiwa di Taiwan.[2][3] Sebagai pembelajaran dari peristiwa ini, sebuah Pusat Komando Kesehatan Nasional permanen didirikan dan disetujui sebagai sebuah proyek pada tanggal 16 Agustus 2004; kantor NHCC dibuka di gedung CDC pada tanggal 18 Januari 2005. CECC merupakan salah satu pusat komando yang menjadi bagian dari NHCC.[4] Pandemi flu babi 2009Pada tanggal 28 April 2009, CECC mengadakan pertemuan pertama yang diampu oleh Menteri Kesehatan saat itu, Yeh Ching-chuan. Agensi yang menjadi partisipan pada pertemuan tersebut adalah Departemen Kesehatan, Kementerioan Dalam Negeri, Kementerian Urusan Luar Negeri dan Kementerian Urusan Ekonomi.[5] Pada tanggal 20 Mei 2009, CECC mengonfirmasi kasus pertama flu babi yang datang dari negara lain tiba di Taiwan.CDC segera melapor kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan negara lainnya melalui Focal Point Regulasi Kesehatan Internasional. Pada tanggal 24 Mei, kasus lokal pertama dikonfirmasi. Tindakan pencegahan ini memicu banyak perubahan kebijakan di Taiwan.[6] Pandemi flu burung 2013 (virus subtipe H7N9)Pada tanggal 3 April 2013,Yuan Eksekutif mengaktifkan CECC sebagai respons terhadap pandemi influenza H7N9 (Influenza unggas atau virus flu burung) di China daratan.[7][8] Yuan Eksekutif menonaktifkan CECC untuk influenza H7N9 pada tanggal 11 April 2014.CECC melakukan 24 pertemuan dengan agensi pemerintah seperti dengan Dewan Pertanian, Kementerian Transportasi dan Komunikasi dan Kementerian Pendidikan. CECC juga mengadakan pertemuan dengan 22 pemerintah kota dan daerah. Pada tanggal 17 Mei 2013, pembantaian unggas hidup dilarang di pasar tradisonal untuk menghilangkan risiko influenza unggas menular dari hewan ke manusia.[7] Pandemi COVID-19Sebagai respons terhadap pandemi COVID-19, CECC diaktifkan pada tanggal 20 Januari 2020.[9][10] Kordinasi respons terhadap COVID-19CECC memiliki otoritas untuk berkordinasi melakukan pekerjaan di seluruh departemen pemerintahan dan menambah personil tambahan selama keadaan darurat.[11][12] CECC telah mengkoordinasi respons pemerinta di seluruh wilayah, termasuk logistik untuk warga Taiwan di Diamond Princess, disinfeksi ruang publik,ruang sekolah dan menyediakan pengarahan harian dari Menteri Kesehatan, Chen Shih-chung. Pada awalnya, agensi ini merupakan entitas pemerintah level 3, tetapi CECC dipromosikan menjadi level 1 pada tanggal 28 Februari 2020.[13] Pada bulan Januari, Taiwan menutup batas wilayah negaranya kepada semua warga dari Wuhan dikarenakan kekhwatiran bahwa negara ini tidak menerima pembaruan secara bertahap karena diasingkan dari (WHO).[14] Aktivitas CECCAgensi ini telah mengirimkan pesan teks ke telepon genggam di area spesifik yang mengajak orang-orang untuk melakukan pembatasan sosial, terutama menghindari kerumunan di wilayah pemandangan.[15] Pada tanggal18 Maret 2020, CECC mengeluarkan pemberitahuan perjalanan untuk Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru dan menyarankan untuk tidak melakukan perjalanan tidak penting ke negearaini. Mereka juga mengumumkan orang asing tertentu harus diawasi selama melakukan karantina di rumah selama 14 hari setelah pulang dari luar negeri.[16] Pada tanggal 25 Maret, meskipun Taiwan tidak memiliki kasus konfirmasi hari itu, CECC mengumumkan rekomendasi untuk menghentikan kegiatan dalam ruangan lebih dari dari 100 orang sedangkan kegiatan luar ruangan lebih dari 500 orang juga dihentikan.[17] Kesuksesan respons TaiwanRespons Taiwan telah dipuji dalam sebuah jurnal oleh American Medical Association di jurnal JAMA. Menurut jurnal tersebut, Taiwan telah melihat wabah COVID-19 kedua terbesar di dunia, tetapi berhasil dengan efektif mengurangi penularan di masyarakat.[18] Taiwan telah melakukan ini tanpa memerintahkan orang-orang untuk tinggal di rumah atau menutup sekolah, restoran, toko-toko dan bisnis lain. Sebagai hasilnya, ekonomi Taiwan tidak mengalami [enurunan sama dengan negara lain yang melakukan karantina wilayah.[19] Referensi
|