R. Tumenggung Wiranagara
Raden Tumenggung Wiranagara adalah bupati Cianjur ke delapan dan regent Hindia Belanda ketujuh. Kehidupan AwalWiranagara adalah anak pertama R.A.A. Prawiradireja I. Sebagai anak pertama ia adalah putra mahkota bupati Cianjur masa itu. Ketika ayahnya turun tahta guna menjadikan anaknya regent, pihak pemerintah Hindia Belanda melalui Residen Holmberg tidak menyetujuinya karena sifat-sifat Wiranagara yang kurang baik. Wiranagara memang terkenal suka judi, berburu, menangkap ikan dan foya-foya yang lain. Pada masa itu, berburu dan menangkap ikan secara ramai-ramai (sunda = marak) merupakan salah satu bentuk pesta yang sering dilakukan oleh bangsawan.[1] Regent CianjurMengingat sifat Wiranagara yang kurang baik, Holmberg punya keinginan bahwa sebagai regent Cianjur ia akan mengangkat regent Limbangan. Namun karena Prawiradireja I tetap ngotot maka Holmberg pun akhirnya mengalah. Wiranagara akhirnya diangkat regent namun dengan catatan bahwa ia hanya dianggap mewakili regent. Ia akan diangkat regent secara penuh dan diberi gelar Adipati jika dalam jangka waktu dua tahun ia dapat menunjukan kualitasnya sebagai regent dan meninggalkan sifat-sifat yang kurang baik.[1] Namun ternyata Wiranagara tidak bisa meninggalkan sifat kurang baiknya. Setelah jadi regent, ia malah setiap hari bepergian untuk berburu dan menangkap ikan dan meninggalkan tugas utamanya sebagai regent. Suatu hari gempa besar melanda Cianjur. Wiranagara merasa takut Gunung Gede meletus dan sungai Cianjur banjir lahar. Maka ia pun meninggalkan wilayah kekuasaannya tanpa izin.[1] Karena insiden ini, pada tanggal 14 Oktober 1834, Wiranagara diberhentikan sebagai regent. Prawiradireja I merasa sangat marah dan kecewa karena Wiranagara meremehkan tugas dan tidak bertanggungjawab pada rakyatnya.[1] Kehidupan Setelah RegentSetelah diberhentikan ia pindah rumah ke daerah di sebelah atas pendopo. Ia kemudian dikenal dengan nama Dalem Tonggoh (Tonggoh = atas dalam bahasa sunda)[1] Referensi
|