Share to:

 

Rapeseed

Rapeseed adalah sebutan dalam bahasa Inggris bagi beberapa kelompok tumbuhan genus Brassica yang dibudidayakan untuk diambil minyak dari bijinya. Biasanya yang dimaksud adalah rapa (Brassica napus Kelompok Oleifera), yang dalam literatur ilmiah disebut oilseed rape atau Swede rape. Namun, rapeseed juga digunakan bagi tumbuhan penghasil minyak dari spesies Brassica rapa (dikenal sebagai turnip rape, Brassica juncea (Indian mustard atau brown mustard), Brassica carinata (Abyssinian mustard) serta Sinapis alba (yellow mustard atau Senf dalam bahasa Jerman).

Untuk selanjutnya, "rapa" akan dipakai dalam artikel ini untuk menggantikan rapeseed.

Minyak rapa

Minyak rapa telah lama digunakan oleh penghuni Asia Barat, Asia Tengah, dan Eropa sebagai minyak untuk lampu. Pada kondisi sulit, minyak ini dipakai pula untuk memasak sebagai pengganti minyak babi. Hingga berakhirnya Perang Dunia II, minyak rapeseed sangat terbatas pemanfaatannya. Ada dua penyebab utama: kandungan asam erukat dan glukosinolat yang tinggi. Asam erukat selalu menyertai senyawa penyebab rasa pahit pada minyak. Glukosinolat menyebabkan bau amis dan juga memiliki bau yang menyengat (seperti mustard).

Pada akhir tahun 1960-an ditemukan satu kultivar Brassica napus asal Polandia yang menghasilkan kadar asam erukat sangat rendah. Sejak saat itu penanaman Brassica napus mulai meluas, sejalan dengan mulai dirilisnya berbagai kultivar B. napus dan B. rapa yang rendah erukat. Usaha untuk menurunkan kandungan glukosinolat agak lamban karena senyawa ini lebih bervariasi (terdapat banyak jenis glukosinolat). Hingga akhirnya dihasilkan kultivar-kultivar dengan kandungan yang dapat ditoleransi konsumen.

Ekstraksi

Minyak rapa terutama dihasilkan dari pemerasan biji tumbuhan penghasilnya. Selain pemerasan yang bersifat mekanik (cold-pressed), dikenal pula ekstraksi secara pelarutan, melalui reaksi enzimatik, dan melalui CO2 bertekanan tinggi.

Cara mekanik

Pemerasan biji merupakan cara paling sederhana, relatif cepat, dan rendah investasi. Biji dimasukkan dalam wadah, lalu ditekan dengan suatu alat pengepres. Terdapat bebreapa metode. Kelemahan cara ini adalah tingginya kebutuhan energi dan cepat rusaknya alat. Kualitas minyak yang dihasilkan rendah. Cara mekanik menghasilkan ampas (bungkil) yang tinggi kandungan proteinnya. Bungkil ini dapat dipakai sebagai tambahan pakan bagi ternak.

Cara pelarutan

Cara pelarutan melibatkan n-heksana sebagai pelarut bagi biji yang sudah dipres terlebih dahulu. Minyak yang terlarut kemudian dipisahkan melalui pemanasan tak langsung atau injeksi uap. Heksana yang terpisahkan dapat dipakai kembali, dengan demikian cara ini merupakan cara yang paling efisien.

Referensi

Kembali kehalaman sebelumnya