René Préval
René Garcia Préval (pengucapan bahasa Prancis: [ʁəne pʁeval]; 17 Januari 1943 – 3 Maret 2017)[1] adalah seorang politikus dan agronomis asal Haiti yang dua kali menjabat sebagai Presiden Haiti, dari 7 Februari 1996 hingga 7 Februari 2001, dan sekali lagi pada 14 Mei 2006 sampai 14 Mei 2011. Ia juga adalah Perdana Menteri Haiti yang menjabat sejak Februari 1991 hingga 11 Oktober 1991. Préval adalah kepala negara pertama yang terpilih secara damai dalam sejarah Haiti, kepala negara pertama yang terpilih dalam sejarah Haiti sejak kemerdekaan yang menjabat selama periode penuh, ia juga kepala negara pertama yang terpilih untuk dua periode jabatan secara tidak berturut-turut, dan mantan Perdana Menteri pertama yang terpilih sebagai Presiden. Masa kepresidenannya ditandai dengan keributan di dalam negeri dan upaya stabilisasi ekonomi, serta keadaan negara yang rusak karena terjadinya gempa bumi Haiti 2010.[1][2] KarierPréval memiliki gelar agronomi dari College of Gembloux dan Universitas Louvain di Belgia.[1] Ia juga mempunyai latar belakang dalam teknik dan geotermal. Ia dipaksa meninggalkan Haiti bersama keluarganya pada 1963 setelah dicari-cari oleh diktator François Duvalier alias "Papa Doc". Ayahnya juga seorang agronom dan pernah menjabat sebagai menteri Pertanian pada masa pemerintahan Jenderal Paul Magloire, yang menggantikan Duvalier. Ia diasingkan dari Haiti karena latar belakang politiknya yang menghubungkannya dengan kaum oposan, kemudian bekerja di sebuah badan PBB di Afrika. Setelah tinggal selama lima tahun di Brooklyn (New York, Amerika Serikat) sebagai seorang pelayan restoran, ia kembali ke Haiti dan mendapatkan posisi di Institut Nasional untuk Sumber-sumber Mineral. Préval menjabat sebagai perdana menteri Haiti dari 13 Februari hingga 11 Oktober 1991, namun digantikan dan tinggal di pembuangan setelah terjadinya kudeta militer pada 30 September 1991. Préval adalah sekutu Jean-Bertrand Aristide dan pemimpin partai Keluarga Lavalas. Ia terpilih dengan 88% suara sebagai presiden untuk masa jabatan lima tahun pada 1996. Setelah pelantikannya pada 1996, Préval menjadi kepala negara kedua yang dipilih secara demokratis di dalam sejarah negara itu selama dua ratus tahun. Pada 2001, ia menjadi presiden Haiti pertama yang meninggalkan jabatannya secara alamiah karena masa jabatannya telah berakhir. Sebagai presiden Préval melembagakan sejumlah pembaruan ekonomi, terutama sekali privatisasi berbagai perusahaan negara. Sebagian orang mengatakan bahwa privatisasi ini disebabkan karena Préval terlalu tunduk kepada tekanan dari luar, khususnya dari dana moneter keuangan dunia (IMF). Pada akhir masa jabatannya, tingkat pengangguran (meskipun masih cukup tinggi) telah berkurang pada tingkat terendah sejak jatuhnya Duvalier. Kecenderungan penurunan angka pengangguran ini berlanjut pada masa jabatan Aristide yang menggantikannya hingga kudeta 2004. Sebagai presiden, Préval merupakan pendukung kuat penyelidikan dan peradilan yang terkait dengan pelanggaran hak-hak asasi manusia, yang dilakukan oleh personel militer dan polisi. Préval kembali mencalonkan diri sebagai kandidat independen dalam pemilu presiden Haiti 2006. Sebagian hasil pemilu yang diumumkan pada 9 Februari 2006 menunjukkan bahwa ia telah menang dengan sekitar 60% suara. Tetapi, ketika hasil-hasil berikutnya diumumkan, suaranya merosot hingga 48,7% sehingga ia harus menghadapi putaran kedua. Demonstrasi yang berlangsung selama beberapa hari yang mendukung Préval terjadi di Port-au-Prince dan di kota-kota lain di Haiti. Pada 14 Februari 2006, Préval mengklaim bahwa telah terjadi kecurangan dalam penghitungan kertas suara dan menuntut agar ia dinyatakan pemenang dalam putaran pertama. Pada 16 Februari 2006, Préval dinyatakan sebagai pemenang pemilu presiden oleh Dewan Pemilu Sementara dengan 51,15% suara, setelah kertas suara yang kosong dikeluarkan dari penghitungan. Préval mendapatkan banyak dukungan dari rakyat Haiti yang paling miskin. Ia khususnya didukung oleh masyarakat dari pemukiman miskin di Port-au-Prince.[3] Selama kampanye, ia berusaha menjaga jarak dengan semua bekas rekannya di Partai Lavalas dan mencalonkan diri sebagai kandidat untuk La Esperanza. Préval mendukung kehadiran pasukan PBB di Haiti dan mengatakan bahwa mereka "harus tinggal selama mereka tetap dibutuhkan,"[2] berbeda dengan Aristide dan banyak anggota Partai Lavalas yang menentang kehadiran pasukan-pasukan PBB dan menuduh mereka melakukan kampanye penindasan dan kekerasan atas permintaan Amerika Serikat, Prancis, dan Kanada. Catatan
Rujukan
|