Rendy Pandugo
Rendy Pandugo (lahir 7 Mei 1985) adalah seorang penyanyi-penulis lagu dan gitaris berkebangsaan Indonesia. Rendy juga memulai debut solo pada tahun 2016 dengan merilis singel berjudul "I Don't Care" di bawah naungan label Sony Music Entertainment Indonesia. Kehidupan awal dan pendidikanRendy Pandugo lahir pada tanggal 7 Mei 1985 di Medan. Ia merupakan putra sulung dari dua bersaudara, dari pasangan Pudy Antara dan Silfiah. Ayahnya berasal dari Surabaya dan berketurunan suku Jawa sedangkan ibunya keturunan suku Bugis. Rendy lahir dari keluarga Muslim. Rendy menghabiskan masa kecilnya di Medan, lalu pindah ke Surabaya sewaktu SMP. Rendy tidak lahir dari keluarga yang memiliki latar belakang di bidang musik. Ia satu-satunya anggota keluarga yang tertarik dengan musik. Rendy mulai tertarik dengan dunia musik sejak kelas 4 SD namun Rendy mulai serius menuangkan bakatnya sejak usia 12 tahun.[1] Cita-cita Rendy untuk menjadi seorang musisi sudah ia impikan dari sejak SMP.[2] Pertama kali Rendy mengenal gitar adalah dari om dan tantenya. Tantenya pernah mengajarkannya bermain gitar, namun tidak terlalu serius. Sewaktu SMP, ia memutuskan untuk mengikuti les gitar klasik.[3] Tetapi kursus tersebut hanya berlangsung selama setahun dan ia memilih untuk keluar karena ia tidak suka membaca not balok sehingga sewaktu ujian ia tidak lulus. Setelah memutuskan keluar ia kembali mendaftar di sekolah musik untuk kursus gitar elektrik namun hanya bertahan satu tahun karena ia merasa kurikulumnya terlalu lama. Akhirnya Rendy memutuskan belajar secara otodidak.[4][5] Rendy menempuh pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Surabaya. Setelah lulus ia melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Universitas Airlangga program studi Manajemen. Ia memulai studinya pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2010.[6] Rendy mulai aktif dalam grup musik sejak SMP dan semakin aktif saat SMA dan sering mengikuti festival musik. Ketika kuliah, Rendy meneruskan hobinya bermusik. Bersama dengan teman-teman kampusnya, ia membentuk grup musik dan sempat menjadi juara ketiga dalam ajang musik nasional. Bersama grup tersebut ia bertahan selama tiga tahun.[7] Kehidupan pribadiRendy Pandugo menikah dengan Mia Sesaria pada 2012 setelah sebelumnya mereka berpacaran selama 10 tahun.[8] Dari pernikahannya ia dikaruniai anak perempuan bernama Dara Nassa Kiyandra yang lahir pada 8 Oktober 2017. Selama pernikahannya, ia pernah menjalani hubungan jarak jauh selama setahun, yang mana ia di Jakarta sedangkan istrinya di Surabaya.[9] Karier2010–2014: Awal karier & Di-Da BandRendy mengawali karier sebagai gitaris bersama grup musiknya, Rivera ketika kuliah. Bersama grup tersebut Rendy bertahan selama 3 tahun. Di akhir masa kuliah, Rendy bertemu dengan teman lamanya, Iddo Pradananto dan sepakat membuat grup bernama Di-Da. Karena tidak menemukan vokalis yang tepat, Rendy akhirnya memutuskan menjadi gitaris sekaligus vokalis. Pada awal tersbentuk, materi lagu yang mereka kirim diterima oleh label Universal Music Indonesia. Pada tahun 2010, mereka pun hijrah ke Jakarta dan mulai memproduksi album.[5] Pada tahun 2011, Di-Da merilis album studio perdananya berjudul Duography yang berisi 11 trek lagu dengan lagu "Takkan Berakhir" sebagai singel utamanya.[10] Namun karier bersama Di-Da kurang berjalan mulus dan jarang ada tawaran untuk bernyanyi karena maraknya grup vokal laki-laki di Indonesia hingga akhirnya ia memutuskan untuk keluar pada tahun 2015.[1][2] Pada 2012, Rendy Pandugo memulai kariernya dengan membuat portofolio pribadi melalui sebuah platform distribusi suara secara daring, SoundCloud. Rendy beranggapan jika dirinya tidak bisa terus-menerus bergantung pada label, sehingga ia pun memilih untuk bisa merintis kariernya sendiri.[5] Di samping itu, alasannya aktif di SoundCloud untuk melihat perkembangan bernyanyinya karena dasarnya Rendy adalah gitaris, bukan vokalis.[11] Eksistensi Rendy mulai terbentuk melalui SoundCloud ketika salah satu selebtwit mendengarkan musik unggahannya dan menbagikannya di akun Twitternya. Rendy sempat mengatakan dirinya nyaris menyerah dari dunia musik pada 2014. Ia juga sempat berpikir untuk bekerja kantoran. Rendy mengaku pada Januari 2014 merupakan titik terendahnya, yang mana ia hanya memiliki uang 30 ribu rupiah sedangkan di ATM hanya 5 ribu rupiah. Namun saat itu ia memutuskan untuk bersedekah sebesar 20 ribu rupiah tanpa mengharapkan apa-apa. Keesokan harinya dia tiba-tiba mendapat tawaran untuk tampil bernyanyi reguler di sebuah mal di Jakarta dan dibayar Rp450 ribu untuk bernyanyi selama empat jam. Setelahnya undangan menyanyi di berbagai acara pun berdatangan.[12][13] Dari SoundCloud Rendy mendapat tawaran bermusik seperti menjadi juri ajang pencarian bakat virtual, Starvoices Indonesia selama musim ketiga dan keempat. Ia juga mendapat tawaran dari Acha Septriasa untuk menyanyikan lagu tema film omnibus yang disutradarainya, Aku Cinta Kamu. Ia berduet dengan Piyu membawakan lagu berjudul "Firasatku".[5] Ia juga pernah menjadi pemain tambahan grup musik Music for Sale untuk mengisi gitar.[14] 2015: Bergabung dengan Sony Music Entertainment IndonesiaSebelum bergabung dengan label Sony Music Entertainment Indonesia, Rendy juga aktif sebagai musisi kafe. Pada tahun 2014, Mahavira Wisnu Wardhana atau dikenal dengan panggilan Inu, A&R Sony Music Entertainment Indonesia tidak sengaja melihat penampilan Rendy di sebuah kafe di bilangan Senopati, Jakarta Selatan. Inu tertarik ketika mendengar karakter vokal Rendy yang unik dan permainan gitarnya yang menarik, Inu melihat ada potensi yang bisa dikembangkan dari Rendy melalui label Sony Music Entertainment Indonesia. Inu akhirnya menawarkan kerjasama kepada Rendy. Namun ia dua kali menolak tawaran tersebut karena dinilai major label akan susah untuk mengeluarkan karya yang biasa dia keluarkan secara independen. Akhirnya pada tawaran ketiga, Rendy menerima tawaran tersebut dengan kesepakatan khusus bahwa materi albumnya terdiri dari 70 persen lagu berbahasa Inggris dan 30 persen berbahasa Indonesia.[15][16] Setelah dipertemukan dengan petinggi label rekaman, Hayden Bell, A&R Sony Music untuk kawasan Asia Pasifik dan bernyanyi di depannya, keputusan pun berubah. Rendy akhirnya diperbolehkan merilis satu album berbahasa Inggris karena berhasil memikat melalui penampilannya. Rendy resmi menjadi bagian dari Sony Music Entertainment Indonesia sejak November 2015.[17] 2016: #Y2Koustik & debut soloSebagai media perkenalan Rendy kepada pecinta musik Indonesia, Sony Music melibatkan Rendy dalam proyek album kompilasi #Y2Koustik yang berisi lagu-lagu yang pernah hits di tahun 2000-an yang ditampilkan dengan aransemen baru. Ia membawakan lagu "Sebuah Kisah Klasik" yang merupakan daur ulang lagu milik Sheila on 7.[18] Pada 2 November 2016, Rendy merilis singel yang berjudul "I Don't Care" yang menjadi singel utama dalam album studio perdananya. Rendy mengungkapkan bahwa ia menulis single itu dibantu oleh temannya, Leody Akbar. Rendy juga bercerita bahwa proses rekaman dari singel tersebut bertempat di Swedia.[19] 2017: The JourneyUntuk penggarapan album studio perdananya, Sony Music Entertainment Indonesia menjadwalkan Rendy untuk ke Swedia guna rekaman di The Kennel Studio untuk pengerjaan albumnya pada Februari 2016.[20] Pada 11 Agustus 2017, Rendy merilis album studio perdananya berjudul The Journey, berisi 11 lagu yang seluruhnya berbahasa Inggris dan dikemas dengan genre pop dengan adanya sentuhan musik elektronik. The Journey merupakan rangkuman perjalanan bermusik Rendy selama 5 tahun dari 2010 hingga 2015.[21] Album ini menjadi produk pertama Sony Music Entertainment Indonesia, yang mana album tersebut seluruh lagunya menggunakan bahasa Inggris dan dirilis di 4 negara yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina.[22] The Journey dinominasikan dalam Indonesian Choice Awards 2018 dalam kategori Album of the Year. 2018–2019: AIRPada 20 Februari 2018, Rendy Pandugo berkolaborasi dengan Afgan dan Isyana Sarasvati merilis lagu "Heaven". Proyek tersebut berawal dari ketidaksengajaan. Awalnya Afgan dan Rendy Pandugo akan membuat sebuah lagu untuk workshop tapi saat proses pembuatan lagunya, mereka berhenti mendapatkan ide. Isyana yang waktu itu berada di studio dan sedang berbincang dengan keduanya, menarik perhatian A&R dan mengusulkan ketiganya untuk berkolaborasi. Mendengar usulan tersebut, Afgan, Isyana, dan Rendy mencoba jamming bersama. Pada akhirnya, mereka justru rajin membuat berbagai notasi dan aransemen lagu tanpa paksaan dari siapa pun.[23][24] Lagu "Heaven" berhasil mendapatkan 3 nominasi dalam Anugerah Musik Indonesia 2018 dan memenangkan kategori Karya Produksi Urban Terbaik.[25] Suksesnya lagu "Heaven" membuat ketiganya untuk melanjutkan proyek tersebut. Mereka mengemas proyek tersebut menjadi album mini berjudul AIR yang dirilis pada 26 April 2019.[26] AIR terdiri dari lima trek lagu. Tiga lagu orisinil menggunakan bahasa Inggris yang diciptakan oleh Afgan, Isyana dan Rendy di antaranya "Heaven", "Feel So Right", & "Never Let Go", lagu "Heaven" yang di-remix oleh Dipha Barus serta daur ulang dari lagu "Lagu Cinta" oleh Dewa 19. Afgan, Isyana dan Rendy mengakhiri proyek tersebut dengan merilis daur ulang "Lagu Cinta" oleh Dewa 19 pada 10 Mei 2019. Ketiganya menunjuk personel Barasuara, Gerald Situmorang sebagai produser utama. Gerald banyak merombak aransemen "Lagu Cinta", sehingga hasilnya terdengar jauh berbeda dari versi Dewa 19.[27] 2020: Chapter One, Chapter Two & Wonderland RecordsPada 20 Februari 2020, Rendy merilis album mini bertajuk Chapter One yang berisi tiga lagu yang diaransemen menggunakan piano di antaranya "Why?", "Underwater" dan "Edge of the Heart". Untuk pertama kalinya Rendy memproduksi langsung albumnya serta mengaransemen musik menggunakan piano tanpa bantuan orang lain.[28] Rendy mengakui bahwa dalam album tersebut merupakan kali pertama dia menggunakan instrumen piano dalam lagunya–yang mana sebelumnya ia menggunakan gitar. Pembuatan mini album tersebut berlangsung selama satu tahun. Rendy pun membeli piano dan mempelajarinya secara otodidak.[29] Perilisan Chapter One juga dirayakan Rendy dengan mengundang media dan penggemar berlokasi di FLIX Cinema, Mall of Indonesia, Jakarta Utara.[30] Pada 4 Juli 2020, Rendy merilis lanjutan dari album mini Chapter One yang bertajuk Chapter Two. Chapter Two juga berisi tiga lagu yakni "Love Coaster" yang dia ciptakan bersama Petra Sihombing, dan "Breathe Again" yang juga berkolaborasi bersama Enrico Octaviano serta "Paper Heart" yang diciptakan bersama Teddy Adhitya. Pasca merilis album mini tersebut, Rendy berencana untuk vakum sejenak dari dunia musik setelah kurang lebih 4 tahun lamanya aktif di dunia musik.[31][32] Setelah masa kontrak dengan Sony Music Entertainment Indonesia, Rendy bergabung dengan Universal Music Indonesia yang bekerja sama dengan label independen, Wonderland Records. Pada 9 Oktober 2022, Wonderland Records mengumumkan penandatanganan kontrak eksklusif dengan Rendy Pandugo. Kontrak tersebut menjadi kolaborasi pertama antara kedua perusahaan tersebut. Rendy juga menjadi artis pertama yang tergabung di proyek tersebut.[33] "Home" menjadi lagu pertama yang dirilis Rendy sejak bergabung dengan Wonderland Records.[34] Singel tersebut pula menjadi penanda kembali hadirnya Rendy ke industri musik setelah memutuskan vakum sejak bulan Juli 2020.[35] Dalam waktu vakumnya selama 3 bulan, Rendy mengaku banyak bereksplorasi dengan bebunyian baru di musik serta mendengarkan referensi baru dalam bermusik. Hal itu yang kemudian ia praktekkan dalam penggarapan lagu-lagu barunya.[36] 2021: See You SomedayRendy merilis album mini See You Someday pada 29 Januari 2021 yang berisikan 6 trek lagu. Judul mini album ini terinspirasi dari kebiasaan Rendy yang selalu mengucapkan “See you someday” di akhir setiap pertunjukannya. Dalam album ini Rendy memberi sentuhan musik yang lebih modern dan kompleks. Genre pop ditambah juga berbagai macam jenis suara akustik, pop alternatif dan balada sentimental.[37] Dalam pengerjaannya, Rendy menulis sendiri materi dalam album ini, dan dalam proses rekaman dibantu oleh Teddy Adhitya, Petra Sihombing, dan Enrico Octaviano.[38] See You Someday diproduksi di Indonesia kecuali untuk bagian mixing dan mastering yang masing-masing diproses di Stockholm dan New York.[39] Setelah merilis album tersebut, Rendy merilis versi stripped down dari album See You Someday pada 30 April 2021. Rendy dibantu oleh Stephan Santoso dari Slingshot Studio untuk bagian mixing dan mastering.[40] Pada 16 Desember 2021, Rendy menghadirkan sebuah Intimate Gig di Antasore, Cilandak, Jakarta Selatan. Intimate Gig ini diadakan secara terbatas dengan mengundang penyanyi Oslo Ibrahim sebagai penampil pembuka.[41] Bakat seniRendy menegaskan bahwa pop menjadi dasar dari musik yang ia mainkan. Namun ia juga mengeksplorasi genre lain yakni folk, pop alternatif dan balada.[42] Dalam menulis dan merilis lagu, Rendy konsisten menggunakan bahasa Inggris. Menurutnya menulis lagu berbahasa Inggris jauh lebih enak dan fleksibel.[43] Gitar merupakan instrumen yang menjadi bagian penting dari perjalanan musiknya.[42] Dia mengungkapkan bahwa alat musik gitar merupakan elemen penting baginya dalam berkarya.[44] Di awal kemunculannya di SoundCloud, banyak yang beranggapan jika suara dan petikan gitar yang dimainkan oleh Rendy mirip John Mayer sehingga Rendy dijuluki John Mayer-nya Indonesia. Ditambah lagi Rendy pun seringkali meng-cover lagu-lagu milik Mayer. Musik pop, instrumen gitar dan bernyanyi merupakan kesamaan Rendy dengan John Mayer.[45][46] Diskografi
Filmografi
Penghargaan dan nominasi
Referensi
Pranala luar
|