Riset tentang meditasiRiset atau penelitian tentang proses dan efek meditasi merupakan bidang anakan dari penelitian neurologis yang sedang berkembang.[1][2][3][4] Teknik dan instrumen ilmiah modern, seperti fMRI dan EEG, telah digunakan untuk melihat apa yang terjadi dalam tubuh manusia ketika mereka bermeditasi, dan bagaimana tubuh dan otak mereka berubah setelah bermeditasi secara teratur.[5][6] Sejak tahun 1950-an ratusan kajian mengenai meditasi telah dilakukan, meskipun banyak dari studi awal yang cacat dan dengan demikian menghasilkan hasil yang tidak dapat diandalkan.[7] Ulasan yang lebih baru telah menunjukkan banyaknya kekurangan itu dengan harapan membimbing penelitian saat ini ke arah yang lebih bermanfaat.[8] Lebih banyak laporan yang menilai bahwa penelitian lebih lanjut perlu diarahkan menuju landasan dan definisi teoretis mengenai meditasi.[9] Meditasi dalam psikologi BaratRespon relaksasiDr. Herbert Benson, pendiri Mind-Body Medical Institute, yang berafiliasi dengan Universitas Harvard dan beberapa rumah sakit Boston, melaporkan bahwa meditasi menginduksi sejumlah perubahan biokimia dan fisik dalam tubuh yang secara kolektif disebut sebagai "respon relaksasi."[10] Respon relaksasi meliputi perubahan-perubahan dalam metabolisme, denyut jantung, pernapasan, tekanan darah dan kimia otak. Benson dan timnya juga telah melakukan studi klinis di biara-biara Buddha di Pegunungan Himalaya.[11] Benson menulis The Relaxation Response untuk mendokumentasikan manfaat dari meditasi, yang pada tahun 1975 masih belum dikenal luas.[12] Efek menenangkan dari meditasiMenurut sebuah artikel pada bulan Maret 2006 dalam Psychological Bulletin, aktivitas EEG mulai melambat sebagai akibat dari latihan meditasi.[13] Sistem saraf manusia terdiri dari sistem parasimpatis, yang bekerja untuk mengatur denyut jantung, pernapasan dan fungsi-fungsi motorik involunter lainnya, dan sistem simpatis, yang membangkitkan tubuh, mempersiapkannya untuk kegiatan bertenaga. National Institutes of Health (NIH) telah menulis, "Diperkirakan bahwa beberapa jenis meditasi mungkin bekerja dengan mengurangi aktivitas pada sistem saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas dalam sistem saraf parasimpatis," atau sama dengan meditasi yang menghasilkan pengurangan ketegangan dan peningkatan relaksasi. Penggunaan terapi Barat dan MBSRMeditasi telah memasuki arus utama perawatan kesehatan sebagai metode untuk mengurangi stres dan rasa sakit. Sebagai metode pengurangan stres, meditasi telah digunakan di rumah sakit dalam kasus penyakit kronis atau terminal untuk mengurangi komplikasi yang terkait dengan peningkatan stres yang mencakup menurunnya sistem kekebalan. Ada kesepakatan yang berkembang dalam komunitas medis bahwa faktor mental seperti stres secara signifikan berkontribusi pada kurangnya kesehatan fisik, dan ada gerakan yang berkembang dalam ilmu arus utama yang mendanai penelitian di bidang ini. Sekarang ada beberapa program perawatan kesehatan utama yang membantu mereka, baik sakit ataupun sehat, dalam mempromosikan kesehatan batin mereka, terutama program-program berbasis perhatian seperti Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR). Sebuah meta-analisis pada tahun 2003 menemukan bahwa MBSR, yang melibatkan kesiagaan untuk terus-menerus dalam kesadaran, tanpa berusaha menyensor pikiran, menyimpulkan bahwa bentuk meditasi mungkin secara luas berguna bagi individu yang sedang berupaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan klinis dan non-klinis. Diagnosa yang ditemukan bisa dibantu dengan menggunakan MBSR termasuk di dalamnya untuk sakit kronis, fibromyalgia, pasien kanker dan penyakit arteri koroner. Perbaikan juga dicatat untuk ukuran kesehatan fisik dan mental.[14] Aliran perhatianMeditasi perhatian, anapanasati, dan teknik-teknik terkait, dimaksudkan untuk melatih perhatian demi memprovokasi wawasan. Rentang perhatian yang lebih luas dan lebih fleksibel menjadikan lebih mudah untuk waspada terhadap suatu situasi, lebih mudah untuk bersikap objektif dalam situasi-situasi sulit secara emosional atau moral, dan lebih mudah untuk mencapai keadaan responsif, kesiagaan kreatif atau "aliran". Penelitian dari sekolah kedokteran Harvard juga menunjukkan bahwa selama meditasi, sinyal-sinyal fisiologis menunjukkan adanya penurunan respirasi dan peningkatan denyut jantung dan tingkat kejenuhan oksigen darah.[15] Penelitian berdasarkan gaya meditasiMeditasi vipassanāSebuah studi yang dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Yale, Harvard, Massachusetts telah menunjukkan bahwa meditasi meningkatkan materi abu-abu di daerah tertentu dalam otak dan dapat memperlambat kerusakan otak sebagai bagian dari proses penuaan alami. Penelitian ini melibatkan 20 orang dengan pelatihan “meditasi pandangan terang” (vipassanā) Buddhis intensif dan 15 orang yang tidak melakukan meditasi. Scan otak menunjukkan bahwa orang-orang yang bermeditasi memiliki peningkatan ketebalan materi abu-abu di bagian otak yang bertanggung jawab untuk perhatian dan pengolahan masukan sensoris. Beberapa peserta bermeditasi selama 40 menit sehari, sementara yang lain telah melakukannya selama bertahun-tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan ketebalan otak tergantung pada jumlah waktu yang dihabiskan dalam meditasi. Peningkatan ketebalan berkisar antara 0,004 dan 0,008 inci (0.1016 mm - 0.2032 mm).[16][17] Meditasi yoga KundaliniAda beberapa studi pendahuluan yang telah dilakukan pada beberapa dari banyak jenis meditasi yang ditemukan dalam cabang Yoga yang dikenal sebagai Kundalini. Satu studi menunjukkan pendinginan tangan meditator saat mereka berlatih meditasi Sahaja Yoga dan studi lain menunjukkan adanya relaksasi ketika meditator memperhatikan napas mereka. Sebuah studi membandingkan praktisi meditasi Sahaja Yoga dengan sekelompok non meditator yang melakukan latihan relaksasi sederhana, mengukur penurunan suhu kulit meditator dibandingkan dengan kenaikan suhu kulit non-meditator ketika mereka santai. Para peneliti mencatat bahwa semua studi meditasi lain yang telah mengamati suhu kulit telah mencatat adanya kenaikan dan tak ada satupun yang mencatat adanya penurunan suhu kulit. Hal ini menunjukkan bahwa meditasi Sahaja Yoga, dengan menjadi pendekatan keheningan mental, mungkin berbeda baik berdasarkan pengalaman dan fisiologis dari relaksasi sederhana.[18] Pelatihan integratif tubuh-pikiranSebuah penelitian yang melibatkan partisipasi dari sekelompok mahasiswa, yang diminta untuk menggunakan teknik meditasi yang disebut integrative body-mind training (IBMT) melibatkan relaksasi tubuh, citra mental, dan pelatihan perhatian), menyimpulkan bahwa “bermeditasi dapat meningkatkan integritas dan efisiensi koneksi tertentu di otak” melalui peningkatan jumlah dan ketahanan koneksi tersebut.[19] Scan otak menunjukkan perubahan materi putih yang kuat di korteks singulat anterior.[20] ZazenDr. James Austin, seorang neurofisiolog di Universitas Colorado, melaporkan bahwa meditasi Zen “memperbaiki sambungan sirkuit” otak dalam bukunya Zen and the Brain (Austin, 1999). TheoriaLima belas biarawati Carmelite datang dari biara ke laboratorium dan menggunakan mesin fMRI sambil bermeditasi, membiarkan para ilmuwan di sana untuk memindai otak mereka menggunakan fMRI saat mereka berada dalam keadaan yang dikenal sebagai Unio Mystica (dan juga Theoria). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian pelosok otak direkrut dalam mempertahankan persatuan mistis dengan Tuhan.[21] Film dokumenter Mystical Brain oleh Isabelle Raynauld menguji penelitian ini.[22] Meditasi kasih sayang non-referensialRekaman electroencephalograph (EEG) terhadap meditator-meditator terampil menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam aktivitas gelombang gamma selama meditasi, yang berada pada kisaran 80 sampai 120 Hz. Juga ada kenaikan pada kisaran 25 hingga 42 Hz. Para meditator ini memiliki pengalaman 10 sampai 40 tahun pelatihan dalam pelatihan meditasi kasih sayang dan terlibat dalam meditasi kasih sayang non-referensial selama penelitian tersebut. Para meditator berpengalaman juga menunjukkan peningkatan aktivitas gamma ketika sedang beristirahat dan tidak bermeditasi. Beberapa kontrol yang tidak berlatih meditasi sebelumnya diperbandingkan dengan para bhikkhu yang sangat terlatih dan secara signifikan menunjukkan sedikit peningkatan aktivitas gamma selama meditasi.[23] Meditasi TransendentalSaat ini tidak mungkin mengatakan apakah meditasi memiliki efek pada kesehatan, karena penelitian sampai saat ini masih berkualitas buruk,[24] termasuk risiko tinggi adanya bias dikarenakan koneksi para peneliti terhadap organisasi MT dan pemilihan subyek dengan opini yang baik mengenai MT.[25] Tinjauan-tinjauan sistematis yang independen belum menemukan manfaat kesehatan bagi MT yang melebihi manfaat dari relaksasi dan pendidikan kesehatan.[26] Sebuah pernyataan dari American Heart Association pada tahun 2013 menggambarkan bukti yang mendukung MT sebagai pengobatan untuk hipertensi sebagai Tingkat IIB, yang berarti bahwa MT “dapat dipertimbangkan dalam praktik klinis” tetapi efektivitasnya “tidak diketahui /tidak jelas/tidak pasti atau tidak diberitahukan”. Bagian tentang meditasi selesai dengan menyatakan: “Karena banyak studi negatif atau hasil yang bercampur-aduk dan kurangnya uji coba yang tersedia ... teknik meditasi lain tidak dianjurkan dalam praktik klinis untuk menurunkan BP pada saat ini.”[27] Telah ada penelitian yang sedang berlangsung mengenai Meditasi Transendental sejak studi pertama dilakukan di UCLA dan Harvard University dan diterbitkan di Science dan American Journal of Physiology pada tahun 1970 dan 1971.[28] Menjelang tahun 2004 pemerintah AS telah memberikan lebih dari $ 20 juta kepada Maharishi University of Management untuk mempelajari pengaruh meditasi pada kesehatan.[29] Penelitian pada efek meditasiAktivitas otak selama meditasiKorteks-korteks singulat medial prefrontal dan posterior telah ditemukan menjadi relatif di-deaktif-kan selama meditasi (meditator berpengalaman di semua jenis meditasi). Selain itu, pada meditator berpengalaman ditemukan adanya rangkaian yang lebih kuat antara korteks-korteks singulat posterior, singulat anterior dorsal, dan prefrontal dorsolateral baik pada saat sedang bermeditasi ataupun tidak.[30] Gelombang otak selama meditasiSelama meditasi ada peningkatan dalam aktivitas EEG gelombang alfa atau theta yang lambat.[31][32] Meditasi dan persepsiPenelitian telah menunjukkan bahwa meditasi memiliki efek baik jangka pendek maupun jangka panjang pada berbagai indra penglihatan. Pada tahun 1984, Brown dkk melakukan studi yang mengukur ambang mutlak persepsi untuk durasi stimulus cahaya pada meditasi perhatian praktisi dan non-praktisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meditator memiliki ambang deteksi yang lebih rendah secara signifikan untuk rangsangan cahaya berdurasi singkat.[33] Pada tahun 2000, Tloczynski dkk mempelajari persepsi terhadap ilusi-ilusi visual (Ilusi Müller-Lyer dan Ilusi Poggendorff) yang dimiliki oleh master zen, meditator pemula, dan non-meditator. Tidak ditemukan adanya efek yang signifikan secara statistik pada ilusi Müller-Lyer tetapi ada untuk Poggendorff. Para master Zen secara statistik mengalami penurunan signifikan pada ilusi awal (diukur sebagai kesalahan dalam milimeter) dan penurunan yang lebih rendah dalam ilusi untuk uji coba berikutnya.[34] Teori mekanisme di balik perubahan persepsi yang menyertai meditasi kesadaran digambarkan demikian oleh Tloczynski:
Brown juga menunjukkan hal ini sebagai penjelasan yang mungkin untuk fenomena: “[angka deteksi yang lebih tinggi untuk kedipan-kedipan cahaya tunggal] melibatkan penenangan beberapa proses mental yang lebih tinggi yang biasanya menghambat persepsi peristiwa-peristiwa halus.” Dengan kata lain, praktik tersebut mungkin secara temporer atau permanen mengubah beberapa pengolahan atas-bawah yang terlibat dalam penyaringan peristiwa-peristiwa halus yang biasanya dianggap gangguan oleh penyaring penglihatan. Kebutuhan tidurKaul dkk menemukan bahwa durasi tidur pada meditator berpengalaman jangka panjang lebih rendah dibandingkan dengan pada non-meditator dan norma-norma masyarakat umum, tanpa adanya pengurangan kewaspadaan yang jelas.[35] Peningkatan emosi positif dan hasilSchoormans dan Nyklicek (2011)[36] membandingkan ukuran-ukuran ketenangan terhadap dua kelompok yang masing-masingnya telah mempraktikkan beragam meditasi—meditasi perhatian (MP) atau meditasi transendental (MT). Penulis yakin bahwa MP akan lebih meningkatkan kesadaran dan ketenangan psikologis dibandingkan dengan MT. Bahkan, para praktisi MP dan MT memiliki hasil kesadaran dan ketenangan yang sangat mirip. Satu-satunya prediktor terhadap kesadaran dan pengurangan stres yang lebih tinggi adalah jumlah hari meditasi per minggu, dengan semakin banyak jumlah hari dihubungkan dengan lebih tingginya Perhatian dan pengurangan stres. Barbara Fredrickson menilai meditasi cinta kasih pada tahun 2008 dan menemukan peningkatan pada emosi positif dan kepuasan hidup ketika mengendalikan sumber daya personal.[37] Potensi efek samping dari meditasiBerikut ini adalah pernyataan resmi dari National Center for Complementary and Alternative Medicine yang dikelola pemerintah AS:
Sebagaimana pada setiap latihan, meditasi juga dapat digunakan untuk menghindar dari menghadapi masalah-masalah yang sedang berlangsung atau krisis-krisis yang muncul dalam kehidupan meditator. Dalam situasi seperti itu, mungkin malah akan membantu untuk menerapkan sikap sadar yang diperoleh dalam meditasi ketika terlibat aktif dengan masalah-masalah yang ada.[39] Menurut NIH, meditasi tidak boleh digunakan sebagai pengganti bagi perawatan kesehatan konvensional atau sebagai alasan untuk menunda pergi ke dokter. Metodologi PenelitianPada Juni 2007, National Center for Complementary and Alternative Medicine (NCCAM) AS menerbitkan sebuah meta-analisis independen dan ditinjau ulang oleh lembaga yang sebidang mengenai keadaan penelitian meditasi yang dilakukan oleh para peneliti di Pusat Latihan berbasis-Bukti di University of Alberta. Laporan tersebut mengulas 813 studi yang melibatkan lima kategori luas mengenai meditasi: meditasi mantra, meditasi perhatian, yoga, Tai chi, dan Qigong, dan termasuk semua studi pada orang dewasa di bulan September 2005, dengan fokus khusus pada penelitian yang berkaitan dengan hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan penyalahgunaan zat. Laporan tersebut menyimpulkan, “Penelitian ilmiah pada praktik meditasi tidak terlihat memiliki perspektif teoretis umum dan yang ditandai oleh buruknya kualitas metodologi. Kesimpulan yang ketat mengenai efek dari praktik meditasi dalam perawatan kesehatan tidak dapat ditarik berdasarkan bukti yang ada. Penelitian selanjutnya mengenai praktik meditasi harus lebih ketat dalam rancangan dan pelaksanaan penelitiannya dan dalam analisis serta pelaporan hasilnya.” (Hal. 6) Laporan ini mencatat bahwa tidak ada penjelasan teoretis mengenai efek kesehatan dari meditasi umum untuk semua teknik meditasi.[40] Versi dari laporan ini yang kemudian diterbitkan dalam Journal of Alternatif and Complementary Medicine menyatakan bahwa “Kebanyakan uji klinis pada praktik meditasi umumnya ditandai dengan kualitas metodologi yang buruk dengan ancaman signifikan terhadap validitas dalam setiap domain kualitas utama yang dinilai”. Ini merupakan kesimpulan disamping peningkatan yang signifikan secara statistik dalam kualitas dari semua penelitian meditasi yang diulas, secara umum, dari waktu antara tahun 1956 - 2005. Dari 400 studi klinis, 10% ditemukan memiliki kualitas yang baik. Panggilan dibuat untuk studi meditasi yang ketat.[41] Para penulis ini juga mencatat bahwa temuan ini tidak unik menurut wilayah penelitian meditasinya dan bahwa kualitas pelaporan merupakan masalah yang sering ada di wilayah penelitian complementary and alternative medicine (CAM) dan domain penelitian terapi terkait lainnya. Lebih dari 3.000 studi ilmiah yang ditemukan dalam pencarian yang komprehensif dari 17 database yang relevan, hanya sekitar 4% berupa percobaan terkontrol acak/randomised controlled trials (RCTs), yang dirancang untuk mengesampingkan efek plasebo. Ulasan dari RCTs ini secara konsisten menemukan bahwa meditasi tanpa fokus pada pengembangan “keheningan mental”, suatu aspek yang sering dikeluarkan dari teknik yang digunakan dalam masyarakat Barat, tidak memberikan hasil yang lebih baik dari sekadar bersantai, mendengarkan musik atau istirahat tidur siang sejenak. Sementara mereka yang berlatih keheningan mental secara klinis dan statistik menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam pekerjaan yang berhubungan dengan stres, perasaan depresi, kontrol asma, dan kualitas hidup dibandingkan dengan program manajemen stres yang umum digunakan.[42] Rujukan
Lihat pulaPranala luar
|