Robby Djohan
Robby Djohan (atau dikenal dengan nama pendek Rodjo; 1 Agustus 1938 – 13 Mei 2016)[1] adalah seorang bankir asal Indonesia. Semasa hidupnya ia pernah menduduki jabatan sebagai Direktur Utama Bank Niaga, Garuda Indonesia, dan Bank Mandiri.[2] Pada masa mudanya, ia pernah menjadi aktor, salah satunya dalam film Djuara Sepatu Roda pada tahun 1958.[3] KarierRobby merintis karier di Citibank Indonesia pada tahun awal berdirinya di 1968. Awalnya ia berposisi sebagai staf umum hingga akhirnya mencapai jenjang karier sebagai Group Head pada tahun 1972 hingga 1976. Ia adalah orang Indonesia pertama di Citibank yang mengikuti Executive Development Program dan menerapkan apa yang ia dapat saat bekerja di Bank Niaga pada akhir dekade 1970 hingga 1990-an. Di Bank Niaga ia pernah memegang beberrapa jabatan seperti General Manager Bank Niaga cabang Jakarta dari 1976 hingga 1977, kemudian dipromosikan menjadi Managing Director hingga 1983 sebelum menjadi Presiden Direktur Bank Niaga pada tahun 1984. Saat berada di Bank Niaga, ia berhasil membawa bank yang saat itu kurang dikenal menjadi bank swasta nomor dua terbesar di Indonesia.[4] Pada Februari 1998, ia ditunjuk Menteri BUMN Tanri Abeng untuk memimpin Garuda Indonesia yang kala itu hampir mengalami kebangkrutan.[2][5] Gajinya sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia hanya sebesar Rp 16 juta, jika dibandingkan saat berada di bank Niaga ia memperoleh US$ 1,8 juta per bulan.[6] Walau hanya menjabat selama 6 bulan, ia berhasil merestrukturisasi dan meminta penjadwalan ulang utang perusahaan senilai ratusan juta dolar AS kepada para kreditor asing. Tanri Abeng lalu kembali memindahkan Robby untuk mengurus Bank Mandiri, bank yang dibentuk dari gabungan empat bank yang sedang kolaps pasca krisis 1998 seperti Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Ekspor Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan Indonesia.[7][8] Sebagai Direktur Utama Bank Mandiri ia merekrut beberapa bankir lain seperti Agus Martowardojo, Edwin Gerungan, Peter B. Stock. Ia juga berhasil merampungkan proses merger pada Juli 1999. Ia lalu berhenti menjadi Direktur Utama Bank Mandiri pada Mei 2000. Dalam bidang pendidikan, Robby Djohan juga merupakan dosen pasca sarjana di Universitas Indonesia.[9] Filmografi
KaryaRobby menulis beberapa buku seperti The Art of Turn Around : Kiat Restrukturisasi (2005) yang berisi biografi dirinya sendiri, kemudian Leading in Crisis (2006) yang berisi masa kepemimpinannya di Bank Mandiri, dan Lead to Togetherness (2007) yang berisi pemikiran-pemikirannya mengenai pertumbuhan ekonomi sebuah negara akan terus berkembang jika didukung dengan modal sosial yang kuat. Robby juga menulis esai di Majalah Infobank dalam rubrik Message from Robby Djohan. Kumpulan esainya ini lalu dibukukan dengan judul Robby Djohan, No Nonsense Leadership yang terbit pada 15 September 2016. Infobank bekerja sama dengan Bank Niaga juga meluncurkan buku berjudul The Guru yang berisi rangkuman kepemimpinan Robby selama disana. PenghargaanMajalah Infobank pada 1993 menyematkan sebagai Bankers of the Year. Robby Djohan juga menerima penghargaan sebagai The Best CEO 2000 dan CEO Terbaik di Masa Krisis, oleh Majalah SWA dan Asian Market Intelegence (AMI). Pada Juli 2017, Citi Indonesia Alumni Network (Citibank) memberikan penghargaan kepada mendiang Robby Djohan untuk kategori Leadership & Ingenuity yang ditandatangani langsung oleh CEO Citigroup, Michael Corbat. KematianRobby meninggal dunia pada 13 Mei 2016 karena serangan jantung. Ia sudah dibawa ke RS Jantung Diagram Cinere namun nyawanya tidak tertolong. Ia menghembuskan nafas terakhir pada pukul 14.39 WIB. Ia lalu dimakamkan di TPU Jeruk Purut Bawah keesokan harinya pada pukul 10.00 WIB.[10] Referensi
|