Robot militerRobot militer adalah robot otonom atau robot bergerak yang dikontrol remote yang dirancang untuk aplikasi militer, dari transportasi sampai pencarian & penyelamatan dan serangan. Beberapa sistem semacam itu sekarang dipakai, dan beberapa sedang dikembangkan. SejarahDidefinisikan secara luas, robot militer berasal dari Perang Dunia II dan Perang Dingin dalam bentuk ranjau beroda rantai Goliath Jerman dan teletank Soviet. Konsep pesawat nirawak Predator MQB-1 muncul ketika "perwira CIA mulai melihat penerapan praktis dari fantasi mereka yang berusia beberapa dekade menggunakan robot udara untuk mengumpulkan intelijen".[1] Penggunaan robot dalam peperangan, meskipun secara tradisional menjadi topik untuk fiksi ilmiah, sedang diteliti sebagai kemungkinan cara masa depan untuk berperang. Sudah beberapa robot militer telah dikembangkan oleh berbagai negara. Beberapa orang percaya bahwa masa depan perang modern akan diperjuangkan oleh sistem senjata otomatis.[2] Militer AS banyak berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan untuk menguji dan menyebarkan sistem yang semakin otomatis. Sistem paling menonjol yang saat ini digunakan adalah kendaraan udara tak berawak (IAI Pioneer & RQ-1 Predator) yang dapat dipersenjatai dengan rudal udara-ke-darat dan dioperasikan dari jarak jauh dari pusat komando dalam peran pengintaian. DARPA telah menyelenggarakan kompetisi pada tahun 2004 & 2005 untuk melibatkan perusahaan swasta dan universitas untuk mengembangkan kendaraan darat nirawak untuk bernavigasi melalui medan kasar di Gurun Mojave dengan hadiah akhir sebesar 2 juta dollar.[3] Artileri telah melihat penelitian yang menjanjikan dengan sistem senjata eksperimental bernama "Dragon Fire II"yang mengotomatiskan perhitungan pemuatan dan balistik yang diperlukan untuk prediksi penembakan yang akurat, menyediakan waktu respons 12 detik untuk permintaan bantuan tembakan. Namun, senjata militer dicegah agar tidak sepenuhnya otonom, mereka membutuhkan input manusia pada titik intervensi tertentu untuk memastikan bahwa target tidak berada dalam area tembakan terbatas seperti yang didefinisikan oleh Konvensi Jenewa untuk hukum perang. Ada beberapa perkembangan menuju pengembangan jet tempur dan pengebom otonom.[4] Penggunaan pesawat tempur dan pengebom otonom untuk menghancurkan target musuh sangat menjanjikan karena minimnya pelatihan yang diperlukan untuk pilot robot, pesawat otonom mampu melakukan manuver yang tidak dapat dilakukan dengan pilot manusia (karena G-force yang besar), desain pesawat tidak memerlukan sistem pendukung kehidupan, dan kehilangan pesawat tidak berarti hilangnya pilot. Namun, kelemahan terbesar untuk robotika adalah ketidakmampuan mereka untuk mengakomodasi kondisi non-standar. Kemajuan dalam kecerdasan buatan dalam waktu dekat dapat membantu memperbaiki hal ini. ContohDalam pemakaian saat ini
Dalam pengembangan
Lihat pula
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Military robots.
Perhatian etis dan hukum
Organisasi
Perilisan pers/artikel berita
|