Rudolf Puspa
Rudolf Puspa (lahir 29 Juni 1947 dengan nama Rudolf Puspa Heruana) adalah seorang seniman teater indonesia dan sutradara dari komunitas Teater Keliling. Ia memulai karirnya dalam dunia teater sejak duduk di bangku SMA. Pada tahun 2016 Rudolf dinobatkan sebagai Abdi Abadi FTI saat malam penganugerahan Federasi Teater Indonesia (FTI) Award XI. FTI memberikan penghargaan kepada Rudolf atas jasanya di bidang seni pertunjukan dan kebudayaan.[1] Bersama istrinya Dery Syrna, Buyung, dan Paul Pangemanan, Rudolf Puspa membentuk komunitas "Teater Keliling" yang didukung oleh Saraswaty, Jajang C. Noer, Wit, Syaeful Anwar, dan RW Mulyadi. Hingga saat ini Rudolf Puspa masih aktif menjadi sutradara dari Teater Keliling.[2] Latar BelakangAnak sulung dari suami istri yang berprofesi sebagai guru SMP ini lahir di Solo 29 Juni 1947. Rekaman masa bayi yang didengar dari ayahnya serta masa kecil yang masih diingat sangat mempengaruhi kepribadiannya, yakni :
Pendidikan•Sekolah dasar S.R Pangudiluhur Bruderan Purbajan Solo setelah kembali dari pengungsian. Lulus tahun 1960. •Melanjutkan SMP Bintang Laut dimana mulai kenal pelatihan drama di sekolah. Lulus tahun 1963. •SMA negeri II Margoyudan Solo menambah kuat kegiatan drama karena terpilih menjadi ketua teater Margoyudan, sebuah kelompok teater sekolah yang didirikan Slamet Sukirnanto dan Salim Said. Sejak di SMA itulah selain sebagai pemain juga mulai menjadi sutradara. Pada mulanya memilih jurusan teater di sekolah karena ada kegiatan di belakang panggung. Ini sesuai dengan sifatnya yang pemalu. Dan setiap rapat teater sekolah atau menghadiri undangan selalu wakil ketua yang bicara sebab ia tidak bisa pidato dan bicara banyak. Malu dan pendiam. •Sejak SMA sudah suka pentas keliling kota di sekitar Solo dan merasa kan bagaimana kerasnya perlawanan pertunjukkan yang dibuat oleh LEKRA yang kuat dananya sebab di belakangnya adalah PKI. Pengalaman tersebut membuka pikirannya tentang seni yang dijadikan alat oleh partai politik. Hal tersebut sangat membekas hingga sekarang karena mau tidak mau sejak itu harus mempelajari politik agar tidak termakan dan hanya diperalat. Ia sangat peka terhadap usaha permainan politik yang hanya mencari kekuasaan dengan menggunakan rakyat hanya sebagai pelengkap penderita dan menjadi pion2 di garis depan. •Hijrah ke Daerah Khusus Ibukota Jakarta akhir 1967 dengan tujuan kuliah di Akademi Teater nasional Indonesia dan untuk memperdalam teater kemudian memberanikan diri otodidak dan belajar ke perorangan dengan Teguh Karya-Wahyu Sihombing-Pramana PMD-Kasim Achmad-D.Djajakusuma dan menjadi anggota aktif serta asisten sutradara Arifin C Noer yang mendirikan “Teater Ketjil” di Jakarta sejak 1968. Belajar BerteaterMengenal Arifin C. Noer di Yogya tahun 1964. Dengan kawan2nya seperti Rulakso, setiap Sabtu malam belajar ke Arifin dan bersambung ketika di Jakarta bertemu lagi dengan Arifin tahun 1968 dan bersamanya hingga th.1974 di teater ketjil . Arifin memberi pengaruh kuat untuk selalu berexperimen dalam teater dan menjadi Indonesia. Arifin lah yang mendorong hingga sampai pada pemilihan hidup untuk sepenuhnya mengabdi pada teater. Hal ini terjadi ketika suatu hari beliau menceritakan bahwa ia bermimpi ada satu saja anggota teater ketjil berani menjalani hidup sepenuhnya hanya di teater. Dua tahun setelah pertemuan sebelumnya, saat kembali dari perjalanan, Arifin menyampaikan sekaligus menanyakan kepada Rudolf Puspa apakah ia bersedia menjadi salah satu anggota Teater Ketjil seperti yang diimpikannya. Sejak saat itu, Rudolf Puspa memikul amanat tersebut dari gurunya hingga kini. Hal ini tidak pernah ia ungkapkan kepada siapa pun, sesuai dengan perjanjian antara keduanya. Namun, setelah Arifin wafat, amanat itu tidak lagi menjadi beban untuk diceritakan, sehingga diungkapkan melalui biografi ini. Kegiatan
•Tahun 1979 menjadi pelatih teater di SMA 11, SMA 3 teladan, Lab School dan kelompok SMA ini berhasil menjuarai festival teater remaja yang dimulai tahun itu di Jakarta. Juga menjadi juri festival puisi, teater remaja hingga sekarang. Masih aktif membina ekskul teater di SMAN 21,SMAN 53,SMAN59,SMAN 92, SMAN 103, 107, SMK Taruna Bangsa Bekasi, Labschool Rawamangun, SMA Regina Pacis, MTs Neg 6, 20,24, Jaya Suprana School of performing arts. •Melatih teater anak anak di Istana anak anak TMII, melatih teater di Sabah, Malaysia dan setiap keliling di mancanegara selalu membuat pelatihan teater. •Menjadi ketua persatuan teater anak anak se DKI th.1992-1995. Mengadakan festival teater anak anak se DKI. •Sejak 1999 mendapat kepercayaan menjadi pembimbing pelatihan teater oleh Pusat Bahasa Depdiknas (sekarang badan bahasa). Setiap bulan bahasa yakni bulan Oktober melatih teater bagi murid 25 SMA di Jakarta. Sejak tahun 2002 selain pelajar juga guru SMA 25 sekolah. Kemudian tahun 2002 turut membidani berdirinya “Teater Guru” di Jakarta sebagai hasil olahan selama bengkel teater di Pusat bahasa untuk guru guru dan menjadi pelatih Teater Guru. Sering dikontrak sebagai sutradara tamu di Teater Al Izhar, Tarqi I dan II, SMA Don Bosco Kel Gading dan Pondok Indah, The Journey drama musikal GYS.. Oleh Pusat bahasa sejak 2004 dikirim ke daerah daerah hingga kini untuk melatih siswa dan guru sma dan ditutup dengan pementasan hasil pelatihan.[3]
• Mengikuti festival teater internasional di: - Indian ocean arts festival di Perth, Australia Barat 1979. - Singapura drama festival 1981. - The international festival for young professional theater di Sibua Rumania 1994 Menjadi pemenang pemain wanita terbaik 2. - The sixth Cairo international festival for experimental theater, Cairo 1974 - First international drama festival di Lahore, Pakistan 1996 - The eight Cairo international festival for experimental theater di Cairo 1996 - International performing arts di Bangkok 1997. - The 2nd Asian theatrical festival di Pusan Korea selatan 1997.
• Beberapa naskah besar telah ditulis selama berkeliling yakni: Jing Jong (1978),Para Topeng (1979),Wayang (Dalang siapa dalang)(1979), Ken Arok (1989),Konser Raya (1991), The expression (1996), We are the world (2004), Naskah pendek Reketek Reketek (1979), Suara Kartini (1982),Sang Limbah (1992), Seminar kaki empat (2002),Napak Tilas (2002),Klinik Jiwa (2002),Yang Muda Bicara(2004),Sepotong asa kala senja (2004), Tukang ketoprak (2004),Ruang perpus (2005), Reog Ponorogo (2005),Silaturahmi (2006),Si Malin Kondang (2006).Aklak Mulia (2006)Fragmen Labschool (2006), Jas Merah (2010), Sampah Masyarakat (2013), Sang Saka (2016), Quran dan Koran, dan sejumlah naskah pendek untuk televisi di Balikpapan, naskah panggung yang diminta kelompok setempat untuk studi acting. Menulis naskah drama karena kebutuhan batiniah serta pemikirannya tentang apa yang ditangkap dalam perjalanan kelilingnya sering tidak menemukan karya pengarang naskah yang tepat. Beberapa saduran juga dilakukan seperti Bantal Ajaib karya Yukio Misima, Badak Badak karya Eugene Ionesco, Komidi Don Yuan karya Moliere, Romeo Juliet dan Saudagar Venesia serta Cinta Peri laku panas (A Midsummer night’s dream )karya W.Shakespere, Yang Mulia Sampar karya Albert Camus, Lingkaran kapur putih karya Bertolt Brecht, Tragedi Manusia karya Imre Madach dari Hungaria. • Menulis buku tentang perjalanan teater keliling 38 tahun dengan judul “Sang Pioner” terbit Desember 2012. • Menulis buku “langkah awal menjadi pemain dan sutradara”. (2002)[3] Keluarga• Menikah tahun 1979 dengan Ir Dery Syrna dan dikarunia 2 putri. Yang sulung (Dolfry Inda Suri) kuliah di Universitas Padjadjaran jurusan Hubungan internasional yang pada bulan Juni 2008 lalu telah di wisuda dengan hasil cumlaude sebagai sarjana Ilmu Politik. Yang bungsu (Sesarina Puspita) di Institut Kesenian Jakarta jurusan perfileman dan mengambil bidang director of photography. Keluarga kecil yang turut merasakan susah senangnya hidup di kalangan teater telah mendorongnya untuk bekerja tanpa kenal lelah bahkan ketika harus menakar kekuatannya karena sejak Agustus 2003 ketahuan radang empedu yang cukup kronis. Namun tetap bertahan hidup sepenuhnya hanya berteater dan jika ada kegiatan lain selalu dalam lingkungan kesenian yang dicintainya. • Obsesinya yang sering hampir membuat putus asa adalah keinginan memiliki sanggar pementasan dimana dapat dijadikan tempat pementasan teater terus menerus. Kemudian dengan kebutuhan tersebut maka akan mendapatkan waktu dan dana bagi kerja menulis naskah drama yang semakin hari semakin sulit didapatkan untuk menunjang pengucapan perasaan dan pemikiran yang direkam dalam perjalanan keliling untuk ditampilkan dipanggung. Keyakinannya sangat kuat bahwa teater adalah kegiatan seni yang memiliki daya pendidikan karakter bangsa untuk menyeimbangkan kecerdasan intelektual, emosional serta spiritual. • Sangat berbahagia kini sudah ketemu penyandang dana yang menjadi pembina Yayasan Teater Keliling sejak tahun 2015. Dan sejak itupun regenarasi pun terjadi. Kini yang memimpin Yayasan adalah Dolfry Inda Suri anak kandungnya. Seluruh pengurus adalah anggota yunior. Kini hidupnya full hanya untuk berkarya sambil ngemong cucu. Penghargaan• Mendapat penghargaan sebagai aktor dan sutradara dari dalam dan luar negeri. Hal yang sangat kuat memberi motivasi untuk tetap bertahan di dunia teater hingga kini. • Penghargaan Lingkungan oleh Kementerian lingkungan hidup • Penghargaan MURI 28 Juli 2010. • Penghargaan sebagai Abdi Abadi dari Federasi Teater Indonesia 26 Desember 2016. Referensi
|