Rumah Belajar Rakyat Agung
Rumah Belajar Rakyat Agung (bahasa Korea: 대성 인민 학습당, Daeseong Inmin Hakseupdang) adalah perpustakaan nasional dan pusat pendidikan terbesar di Korea Utara, yang terletak di Pyongyang. Perpustakaan ini melambangkan dedikasi rezim terhadap pendidikan dan budaya, sekaligus sebagai alat propaganda untuk mempromosikan ideologi Juche. Didirikan pada tahun 1982 untuk memperingati ulang tahun ke-70 Kim Il-sung, pendiri negara Korea Utara. Bangunan ini terletak di Lapangan Kim Il-sung di tepi Sungai Taedong.[1] SejarahRumah Belajar Rakyat Agung di bangun pada bulan April 1982 selama 21 bulan untuk merayakan ulang tahun ke-70 pemimpin Kim Il Sung.[2] Lokasi pembangunannya, di sisi barat Lapangan Kim Il-sung yang menghadap ke sungai Taedong, merupakan saran langsung dari Kim Il-sung. Dalam bukunya, Kim menyatakan Rumah Belajar bukan sekedar perpustakaan, melainkan pusat pendidikan ilmu pengetahuan layaknya universitas dan mendorong para ilmuwan dan insinyur untuk belajar di sana.[3] Saat kematian ayahnya, Kim Jong-un berdiri menyaksikan upacara peringatan untuknya dari balkon Rumah Belajar Rakyat Agung. Ratusan ribu orang memadati lapangan di pusat kota Pyongyang, memenuhi plaza tersebut dari Rumah Belajar Rakyat Agung hingga Sungai Taedong.[4] ArsitekturPerpustakaan ini dibangun dengan denah neoklasik bergaya tradisional Korea dalam skala yang besar dan megah, mencerminkan simbol kebanggaan nasional. Bangunan ini terdiri dari 10 lantai dengan luas keseluruhan mencapai 100.000 meter persegi. Terdapat 5.000 tempat duduk dengan 600 bilik, dan diperkirakan dapat menampung hingga 12.000 orang per hari.[5] Atapnya terbuat dari 750.000 lebih genteng biru, dan dikatakan bahwa Kim Il-sung sendiri yang memilih warna genteng tersebut. Warnanya menjadi lebih gelap dari bawah hingga atas bangunan, dan genteng biru dirancang agar selaras dengan langit biru. Karena warna atapnya tersebut, perpustakaan ini juga dikenal sebagai 'Rumah Biru'. Desain dasar dikerjakan oleh arsitek terkemuka Ham Eui-yeon, dan desain detailnya dikerjakan oleh Kim Byeong-ok, seorang profesor di Institut Ilmu Konstruksi di Universitas Konstruksi dan Bangunan Pyongyang.[6] FasilitasPengunjung asing yang dapat melihat ke dalam, di mana buku-buku hampir semuanya disusun dari tumpukan tertutup daripada di rak terbuka, melaporkan bahwa pilihan judul yang tersedia tidak sebanyak bangunan yang menampungnya.[7] Terdapat sekitar satu juta penerbitan asing, termasuk lebih dari 200.000 buku berbahasa Mandarin, 100.000 buku berbahasa Inggris, 460.000 buku berbahasa Rusia, dan 110.000 buku berbahasa Jepang, menurut laporan Xinhua. Kursus ilmu pengetahuan alam dan lima bahasa asing - Mandarin, Inggris, Rusia, Jerman, Jepang - ditawarkan kepada pekerja dari semua industri secara gratis.[8] Selain itu, Rumah Belajar Rakyat Agung menjadi pusat pembelajaran dan penyebaran ideologi Juche.[9] Perpustakaan juga memiliki banyak ruang komputer yang luas dengan komputer modern yang menyediakan akses ke intranet Korea Utara. Selain Juche, pendidikan komputer adalah wajib di Korea Utara, menjadikannya dua mata pelajaran paling populer untuk dipelajari bagi perwira militer dan mahasiswa. Orang-orang dengan pekerjaan kantor yang berhubungan dengan komputer, seperti pustakawan, dipandang sangat dihormati.[1] Kurator perpustakaan ini adalah Choi Heui-jung.[10] Referensi
|