Share to:

 

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi

Rumah Sakit Umum Pusat
Dr. Kariadi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
RS Kariadi
RS Kariadi
Peta
Geografi
LokasiJalan Dr. Sutomo No. 16, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Koordinat6°59′36″S 110°24′32″E / 6.99333°S 110.40889°E / -6.99333; 110.40889
Organisasi
Asuransi kesehatanBPJS Kesehatan
PendanaanRumah sakit publik
JenisRumah sakit umum
Rumah sakit pendidikan
Afiliasi dengan universitasDirektorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Universitas Diponegoro
Pelayanan
Standar pelayanan
          • (tingkat paripurna)
            berlaku sampai 19 Februari 2027[1]
Unit Gawat DaruratYa
Ranjang pasien1.118 tempat tidur
Sejarah
Dibuka9 September 1925; 99 tahun lalu (1925-09-09)
(sebagai Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting)


Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi (disingkat RSUP Dr. Kariadi) (bahasa Jawa: ꦫꦸꦩꦃꦱꦏꦶꦠ꧀ꦥꦸꦱꦠ꧀ꦝꦺꦴꦏ꧀ꦠꦼꦂꦏꦫꦶꦪꦢꦶ, translit. Rumah Sakit Pusat Dhokter Kariadi) adalah sebuah rumah sakit milik pemerintah Indonesia yang berada di Kota Semarang, Jawa Tengah. Dalam pelaksanaan pendidikan kedokteran, RSUP Dokter Kariadi berafiliasi dengan Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang.

Secara struktural, RSUP dr. Kariadi merupakan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan yang mempunyai tugas menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu, dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan dan upaya lain sesuai kebutuhan.

Nilai-nilai

  • Kepercayaan
  • Integritas
  • Peduli
  • Profesional
  • Efisien
  • Kebersamaan

Filosofi

Dengan landasan kemanusiaan, motivasi, jujur, integritas yang tinggi akan mampu meningkatkan mutu pelayanan.

Sejarah Rumah Sakit

  • Periode 1925 – 1942 ( Masa Pemerintahan Hindia Belanda )

Pada tahun 1919 tercetuslah gagasan dan rencana dari dr. N.F. Liem untuk mengganti dan menggabungkan Rumah Sakit Kota ( “ Stadverband Ziekenhuis “ ) yang ada di Tawang dengan Rumah Sakit Kota Pembantu ( “ Hulp Stadverband Ziekenhuis “ ) di Alun – alun Semarang. Rencana tersebut dapat diwujudkan dengan membangun sebuah rumah sakit yang lebih besar di kota Semarang. Pembangunan Rumah Sakit dimulai pada tahun 1920 dan selesai lima tahun kemudian. Maka tepat pada tanggal 9 September 1925 lahirlah “ Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting “ yang terkenal dengan nama CBZ. Pada waktu itu kapasitas rumah sakit adalah 500 tempat tidur. Tempat perawatan orang sakit terdiri dari bangsal – bangsal besar yang menampung empat puluh lima tempat tidur. Fasilitas ruangan tersebut disesuaikan dengan penghidupan kaum “ Indlander “ pada Zaman itu. Beberapa spesialisasi sudah ada, yaitu bagian penyakit dalam, bagian bedah, bagian kebidanan dan penyakit kandungan. Rupa – rupanya perencana Ooiman Van Leeuwen dan Opzichter pelaksana Bapak Wijanarko sudah berpikir lebih jauh, sehingga dalam system bangunan – bangunan sudah tampak jelas pemisah antara poliklinik dan ruang perawatan nginap. Keadaan ini mungkin dapat diketahui setelah mereka melihat dan mempelajari bangunan – bangunan untuk tempat perawatan orang sakit, sekaligus telah dibangun pula asrama – asrama, dapur, pencucian, laboratorium, kamar obat, kantor administrasi dan garasi. Perumahan dokter dan karyawan perawatan dibangun mengelilingi rumah sakit, rupanya hal ini dirancang demi efisiensi. Tidak perlu sarana transportasi bagi pegawai yang memang masih langka pada zaman itu, disamping agar dapat dengan cepat bertindak dalam hal – hal yang bersifat gawat darurat. Sarana olah ragapun tidak luput dari pemikiran mereka, maka dibangun pula lapangan sepak bola. Direktur yang pertama memimpin rumah sakit ini ialah dr. N.F. Liem. Nama dr. Lie mini dan nama isterinya Liembergsma kemudian dipergunakan untuk nama jalan di kompleks perumahan tenaga perawatan. Pada mulanya rumah sakit ini mengutamakan pada fungsi pelayanan medis berupa pengobatan kuratif dan fungsi pendidikan paramedis. Dalam periode ini berdiri bagian – bagian yang baru, yaitu bagian mata, THT dan Kulit Kelamin. Hal ini dapat dilakukan berhubung dengan berdirinya Rumah Sakit Tentara di Semarang yang sudah mempunyai dokter ahli untuk bagian – bagian tersebut. Pendidikan paramedic yang dizaman itu terkenal dengan nama “ Mantri Verpleger ( ster ) dan vroedvrouw “ makin hari makin banyak memikat hati anak – anak Bumiputra, walaupun mereka mengetahui betapa keras dan ketatnya disiplin yang dijalankan oleh zuster – zuster Belanda. Menjadi murid pada zaman itu harus mempunyai mental yang sangat kuat dan harus disertai fisik yang betul – betul sehat, karena di dalam duapuluh empat jam harus bekerja dari jam 17.00 sampai jam 05.00 pagi hari berikutnya. Tidak sedikit yang dipecat karena kesalahan yang kecil saja. Tetapi hal ini membawa hal – hal yang positif dikemudian hari, karena mantri – mantri CBZ Semarang kualitasnya dapat dibanggakan. Dibidang olahraga sepak bola, kesebelasan CBZ pernah mendapat tempat yang terhormat di tengah klub – klub yang ada di kota Semarang.

  • Periode 1942 – 1945 ( Zaman Pendudukan Jepang )

Pada masa pendudukan Jepang sejak tahun 1942 – 1945 rumah sakit tidak banyak mengalami perubahan. Penguasa Jepang membatasi diri, hanya meneruskan dan menjalankan usaha – usaha yang sudah ada. Dalam periode ini yang perlu dicatat ialah pindahnya poliklinik ( 1944 ) dari tempat lama yang semula berdampingan dengan kantor administrasi yang sekarang ke tempat yang baru ( unit rawat jalan yang lama ). Hal lain yang perlu dicatat bahwa pada masa tersebut tidak satupun orang Jepang yang bekerja di rumah sakit ini. Hal ini sangat menguntungkan, karena dengan demikian pemuda – pemuda rumah sakit dapat lebih leluasa menggabungkan diri dengan pejuang – pejuang lainnya di kota Semarang. Sesudah Jepang masuk, dokter – dokter Belanda ditawan dan untuk mengisi kekosongan pimpinan rumah sakit maka dr. Notokuworo bertindak sebagai Direktur. Tetapi tidak lama kemudian pimpinan rumah sakit dipegang oleh dr. Buntaran Martoatmodjo sampai tahun 1945. Dari sini dapat dilihat bahwa sejak pemerintah Hindia Belanda menyerah pada Jepang, rumah sakit ini sudah dipimpin oleh bangsa Indonesia sendiri. Pemerintah Jepang mengganti nama CBZ menjadi PURUSARA singkatan dari “ PUSAT RUMAH SAKIT RAKYAT “ yang dalam bahasa Jepang disebut “ Chuo Simin Byoing “.

  • Periode 1945 – 1950 ( Masa Revolusi / Peralihan )

Jepang kemudian dapat dikalahkan oleh Sekutu; dan pada saat yang bersamaan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Rupanya pihak Jepang hanya mau tunduk kepada Sekutu, akibatnya meletuslah pertempuran lima hari di kota Semarang. Dokter M. Kariadi bersama delapan orang karyawan rumah sakit lainnya gugur sebagai pahlawan dalam masa pertempuran ini. Berhubung dengan itulah maka setiap tahun pertempuran lima hari di Semarang diperingati di rumah sakit ini. Kedatangan NICA di kota Semarang tidak dapat ditahan lagi. Banyak dokter dan karyawan perawatan yang meninggalkan kota menuju daerah – daerah Republik. Kemudian banyak di antara mereka mendapat kedudukan yang baik di kalangan militer dan dibidang pemerintahan. Tetapi karyawan lainnya masih diizinkan tetap tinggal di rumah sakit sebagai non kooperator. Mereka tetap republikein di tengah – tengah kekuasaan NICA. Berhubung dokter Buntaran sudah lebih banyak berada di Jakarta, maka sejak tahun 1945 sampai dengan 1948 rumah sakit ini dipimpin oleh dr. Soekarjo.

  • Periode 1950 – sampai sekarang

Sesudah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia maka rumah sakit ini berganti nama menjadi R.S.U.P. singkatan dari RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Semarang, dan sejak tanggal 14 April 1964 diganti menjadi RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI ( SK. Menteri Kesehatan No. 21215/Kab/1964 ).Mulailah para pemimpin rumah sakit memikirkan perkembangan dan pembangunan Rumah Sakit sesuai dengan tuntutan alam kemerdekaan.jumlah penduduk yang makin bertambah, pengertian masyarakat tentang kesehatan yang makin meningkat serta kemajuan dibidang ilmu pengetahuan kedokteran menuntut perlu segera penambahan – penambahan fasilitas, tetapi di pihak lain, keuangan pemerintah belum memungkinkan, maka pimpinan rumah sakit selalu dihadapkan kepada persoalan yang rumit.

Pelayanan

Bedah Minimal Invasif

Bedah Minimal invasif adalah suatu prosedur pembedahan baik untuk keperluan diagnosis maupun terapi terhadap suatu penyakit yang dilakukan melalui sayatan kecil ( biasanya sebesar 10 mm dan 5 mm, bahkan untuk prosedur tertentu dapat hanya 3mm). Prosedur bedah minimal invasif dan prosedur bedah minimal akses, memiliki arti yang berbeda. Pada minimal invasif kita mendapatkan dua keuntungan yaitu akses luka yang kecil dan prosedur yang dilakukan memiliki hasil klinis yang lebih baik dibandingkan bedah konvensional oleh karena bukan hanya irisan kulit yang kecil namun prosedur yang dilakukanpun memberikan luka yang minimal pada organ tubuh yang dituju jika dibandingkan dengan operasi konvensional (bedah terbuka). Sementara pada bedah minimal akses, irisan kulit kecil sementara prosedur pembedahan yang dilakukan sama dengan prosedur konvensional, tentunya tetap dengan keuntungan, oleh karena kulit yang dilukai minimal akan membuat pasien lebih cepat pulih. Oleh karena itu kami menyatukan istilah untuk keduanya disini sebagai Bedah Minimal Invasif.

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi melakukan pelayanan bedah minimal invasif (Digestif) menggunakan sistem laparoskopi untuk penanganan kasus hepatobilier tumor pankreas, hati, dan saluran empedu pada pasien. Layanan ini merupakan yang kali pertama dilakukan RSUP dr. Kariadi dan juga di Indonesia.

Laparoskopi Hepatobilier Sederhana:

  • Pengangkatan kantung empedu
  • Nanah pada hati
  • Kista pada hati
  • Biopsi hati, pankreas dan limpa

Laparoskopi Hepatobilier Kompleks:

  • Eksplorasi saluran empedu pada batu saluran empedu
  • Whipple Prosedure (pengangkatan tumor pankreas)
  • Reseksi Hati Anatomikal dan non anatomikal pada tumor hati primer maupun metastasis

Laparoskopi Colorectal

  • Pengangkatan tumor usus besar
  • Pengangkatan tumor rectum

Laparoskopi Bariatric Surgery

  • Pembedahan minimal invasif pada obesitas

Laparoskopi hernia

Laparoskopi usus buntu

Bedah Anak

  • Laparoskopi Hepatobilier (Kantung empedu, kista saluran empedu, tumor hati)
  • Laparoskopi Hernia
  • Laparoskopi Splenectomy (pengangkatan limpa)
  • Laparoskopi HPS (pada penyakit penyempitan muara lambung)
  • Laporoskopi Biopsi Tumor
  • Laparoskopi Hirschsprung’s (megacolon)

Bedah Urologi

  • Laparoskopi orchidectomy (pengangkatan testis intraabdomen)
  • Laparoskopi varicocele

Bedah Orthopedi

  • Artroskopi: sendi bahu, lutut, pergelangan kaki
  • Spine: MISS minimal invasive spine surgery (vertebroplasty, mikroendoscopic dissectomy)

Bedah Onkologi

  • Endoskopi Thyroidectomy (pengangkatan tumor kelenjar gondok dengan insisi kecil)

Jantung Terpadu

Pelayanan Jantung dan Pembuluh Darah (Cardiovascular Center) Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi merupakan unit pelaksana teknis pelayanan jantung yang berada dibawah naungan RSUP dr. Kariadi, berdiri pada tanggal 14 September 2006, diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI Dr. Dr Fadilah Supari, SpJP (K).

Berdirinya Cardiovascular Center RSDK dilatar belakangi oleh minimnya kapasitas fasilitas pelayanan jantung di Indonesia. Selain itu tingkat kebutuhan masyarakat akan adanya pelayanan jantung secara komprehensif dan terintegrasi semakin bertambah. Pelayanan Jantung dan Pembuluh Darah RSUP dr.Kariadi merupakan salah satu produk layanan unggulan RS yang diharapkan dapat melakukan pencegahan dan pengobatan penyakit jantung dan pembuluh darah yang semakin meningkat baik kuantitas maupun kualitas khususnya di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. Diharapkan dengan adanya Pusat Jantung dan Pembuluh Darah RSUP dr. Kariadi, pelayanan jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) yang terpadu, bermutu, efisien, efektif dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dapat diperoleh.

Dengan bentuk fisik berupa gedung 3 lantai, CC-RSDK mempunyai bentuk pelayanan berupa poliklinik rawat jalan jantung dan pembuluh darah (lantai 1), ruang rawat inap jantung (lantai 2 dan 3) yang terdiri dari bangsal jantung dewasa laki-laki, bangsal jantung dewasa wanita, bangsal jantung anak, bangsal jantung VIP dan VVIP, ruang pasca operasi untuk perawatan pasca bedah jantung dan tindakan intervensi jantung yang lain seperti kateterisasi jantung (PCA), pemasangan ring (PCI), pemasangan balon pada katup mitral (BMV), pemasangan alat untuk jantung bocor (ASO, ADO), pemasangan pacu jantung (pacemaker) dll

Ruang pemeriksaan penunjang diagnostik non invasif seperti: ekokardiografi, treadmill test, dan holter monitor dan laboratorium kateterisasi.

Onkologi Terpadu

Instalasi Onkologi Terpadu melayani secara tepadu dalam satu gedung untuk pasien onkologi yang tidak menjalani pembedahan, dipimpin oleh seorang klinisi dengan kompetensi pelayanan kanker ditunjuk untuk mengorganisasi dan mengkoordinasikan keseluruhan pelayanan kanker yang ada di Instalasi tersebut. Pelayanan lain yang menunjang yaitu Psikiater, Fisioterapi, Keperawatan, Gizi Klinik, Terapi Wicara, dan pelayanan sosial (social worker) juga ditempatkan di Instalasi Onkologi Terpadu.

Penatalaksanaan pasien kanker sebelum ada gagasan pengelolaan secara Multidisiplin dipahami melibatkan rujukan pasien dari satu dokter ke dokter lainnya pada berbagai tahap diagnosis dan perawatan tanpa pendekatan terpadu, dan menjadi pengalaman yang luar biasa membingungkan bagi pasien. Hal ini mengakibatkan perawatan pasien yang tidak terkoordinasi dan kepuasan pasien rendah.

Pendekatan pelayanan kanker secara multidisiplin yang khas harus mencakup: Clinical leader, koordinator tim / sekretaris, ahli bedah, ahli onkologi, ahli radiologi, ahli patologi anatomi, spesialis perawat klinis dan perawat paliatif.

Tim multidisiplin meningkatkan kepuasan pasien dengan mendorong masukan dari keluarga dan teman dekat pasien akan membantu pasien membuat keputusan pengobatan.Dengan pendekatan multidisiplin maka waktu antara diagnosis dengan awal pemberian terapi menjadi memendek.Anggota tim multidisiplin secara berkala mengadakan pertemuan yang sangat efektif. Pendekatan secara multidisiplin ini secara keseluruhan meningkatkan kualitas perawatan pasien kanker dan efektif biaya. Penatalaksanaan tim multidisiplin pasien kanker umumnya memperbaiki outcome pasien.

Salah satu keputusan yang dihasilkan dari diskusi multidisipliner lebih akurat dan efektif. Pertemuan tim multidisiplin memberikan kepastian atas ketepatan keputusan penanganan yang diberikan. Selanjutnya, melalui diskusi aktif dan tinjauan kasus retrospektif dalam pertemuan, para spesialis mendapatkan pengalaman berharga tentang bagaimana pengobatan dapat dikombinasikan untuk mengoptimalkan outcome pasien. Manajemen tim multidisiplin memastikan bahwa standar perawatan pasien konsisten. Rapat rutin tim multidisiplin diintegrasikan dalam jadwal kerja para spesialis di Instalasi Onkologi Terpadu dan diberi bobot yang sama untuk setiap siklus perawatan pasien kanker

Transplantasi Organ

  • Cangkok Ginjal

Transplantasi ginjal atau cangkok ginjal merupakan suatu prosedur untuk memindahkan ginjal orang yang sehat kepada pasien dengan gangguan ginjal yang berat atau sama sekali tidak berfungsi.

Fungsi utama dari ginjal adalah untuk menyaring produk akhir/buangan dari darah dan mengubahnya menjadi urine. Apabila ginjal kehilangan fungsinya, produk akhir/buangan ini dapat menumpuk dan mengakibatkan suatu kondisi yang mengancam jiwa.

Hilangnya fungsi ginjal ini disebut juga sebagai Penyakit Ginjal Kronik (PGK) atau gagal ginjal, penyakit ini merupakan alasan perlunya dilakukan cangkok ginjal.

  • Cangkok Kornea Mata

Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.

Keratoplasti / transplantasi kornea / cangkok kornea merupakan suatu prosedur operasi yang dilakukan dengan cara mengganti kornea yang mengalami kelainan / kerusakan dengan kornea donor. Tindakan ini memiliki beberapa manfaat, yaitu untuk mengganti kornea mata yang terinfeksi dengan jaringan kornea donor, mempertahankan keutuhan bola mata, serta memperbaiki tajam penglihatan.

Ketika kornea berkabut, cahaya tidak dapat melewati dan mencapai saraf mata yang disebut retina, hal ini mengakibatkan penglihatan menjadi kurang baik atau kebutaan. Penglihatan yang berkurang akibat kelainan kornea seperti infeksi kornea, cedera kornea dan penyakit kornea bawaan dapat diperbaiki dengan tindakan transplantasi kornea.

  • Cangkok Sumsum Tulang

Tim cangkok sumsum tulang RSUP Dr. Kariadi telah diakui keahliannya secara internasional dalampengobatan komprehensif terhadap pasien dengan kelainandarah . RSUP Dr. Kariadi sudah melakukan cangkok sumsum tulang lebih banyak dibandingkan beberapa pusat cangkokdi Indonesia.

Tim cangkok sumsum tulang RSUP dr, Kariadi sudah merawatpasiendewasa dan anak anak dengan penyakit kelainan darah darah, Tim cangkok akan berdiskusi dengan pasien mengenai pilihan terapi yang tepat pada pasien

Tim cangkok sumsum tulang RSUP Dr. Kariadi terlibat dalam perawatan pasien dan penelitian di RS Kariadi yang ditunjuk sebagai pusat kanker yang komprehensif. RSUP Dr. Kariadi ada di peringkat atas sebagai pusat kanker, penelitian, pengobatan dan pendidikan kanker di Indonesia. RSUP Dr. Kariadijuga merupakan anggota dari Jaringan kanker komprehensif nasional.

Pelayanan Menonjol

  • 1. Operasi Transplantasi Ginjal.
  • 2. Operasi Transplantasi Sumsum Tulang (dilakukan sejak 1987, sepat vakum, mulai 2012 pelayanan ini sudah dibuka kembali
  • 3. Operasi Penyesuaian Kelamin.
  • 4. Operasi Kembar Siam.
  • 5. Operasi Jantung Terbuka.
  • 6. Operasi Prothesa Penis.
  • 7. Operasi Cangkok Hati.
  • 8. Team Hospital Infection.
  • 9. Transplatasi Organ

Fasilitas

  • 1. Rawat Jalan.
  • 2. Rawat Inap.
  • 3. Rawat Intensif.
  • 4. Rawat Darurat.
  • 5. Unit Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
  • 6. Unit Geriatri.
  • 7. Paviliun Garuda.
  • 8. Rehabilitasi Medik.

Fasilitas Penunjang

  • 1. Radiologi.
  • 2. Pusat Diagnostik Klinik.
  • 3. Laboratorium.
  • 4. Farmasi.

Referensi

  1. ^ KARS Accreditation System, diakses tanggal 10 September 2016.

Pranala luar

  • (Indonesia) Situs resmi
  • Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi. Artikel 29 Mei 2008. Suwarjoko.
  • Humas dan Pemasaran RSUP Dr. Kariadi. Update Januari 2024, Suprih Rustanto.
Kembali kehalaman sebelumnya