Share to:

 

Rumah tradisional Sunda

Sebuah rumah tradisional Sunda dengan atap Julang Ngapak dan ornamen Capit Gunting di Papandak, Garut sekitar tahun 1920-an.

Rumah tradisional Sunda (bahasa Sunda: imah adat Sunda) mengacu kepada rumah adat tradisional suku Sunda. Arsitektur rumah suku Sunda ditandai oleh fungsionalitas, kesederhanaan, kepolosan, keseragaman dengan sedikit detail, penggunaan bahan atap dedaunan alamiah, dan ikatan yang cukup teguh pada keselarasan dengan alam dan lingkungan.[1]

Rumah adat

Sebuah model rumah tradisional Sunda berbentuk tagog anjing (anjing jongkok)

Masyarakat Sunda secara tradisional melestarikan pengetahuan dari leluhur mereka dan gaya hidup tradisional mereka dalam keharmonisan yang akrab dengan alam, yang berkembang ke metode bangunan mereka; menggunakan bahan-bahan lokal dari kayu, batu, bambu, bahan atap dari dedaunan, dan daun-daun palem.[1]

Rumah-rumah tradisional Sunda sebagian besar mengambil bentuk dasar struktur atap pelana, umumnya disebut atap gaya kampung, terbuat dari bahan-bahan dedaunan (ijuk; serat aren hitam, hateup dedaunan atau dedaunan palem) menutupi kerangka kayu dan balok, dinding anyaman bambu, dan strukturnya dibangun di atas panggung pendek. Variasi atapnya bisa berupa atap melandai dan pelana (kombinasi atap pelana dan melandai).

Atap pelana menjorok yang lebih rumit disebut julang ngapak, yang berarti "burung menggepakkan sayapnya". Bentuk-bentuk rumah tradisional Sunda lainnya meliputi Buka Pongpok, Capit Gunting, Jubleg Nangkub, Badak Heuay, Tagog Anjing, dan Perahu Kemureb.[2] Ornamen umumnya termasuk ujung-ujung atap berbentuk "o" atau "x" yang disebut capit gunting, yang sangat mirip dengan beberapa desain "x" atap rumah Melayu.

Di bagian samping rumah, lumbung padi atau disebut leuit dalam bahasa Sunda, juga merupakan sebuah bangunan penting dalam masyarakat pertanian Sunda tradisional. Leuit sangat penting pada saat upacara adat panen Seren taun.[3]

Referensi

  1. ^ a b Mihályi, Gabriella. "ArchitectureWeek - Culture - The Sundanese House - 2007.0307". www.architectureweek.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-05-16. 
  2. ^ Nurrohman, Muhammad Arif (11 February 2015). "Julang Ngapak, Filosofi Sebuah Bangunan". Budaya Indonesia. 
  3. ^ Post, The Jakarta. "What to discover in West Java cultural village Ciptagelar". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-05-16. 

Bacaan lebih lanjut

Kembali kehalaman sebelumnya