Samulnori
AsalSamulnori yang ada saat ini merupakan bentuk yang lebih modern dari permainan musik petani Korea yang disebut Nongak. Nongak dipengaruhi oleh ritual yang dilakukan dalam Shamanisme dan Buddhisme Korea. Nongak memiliki permainan perkusi yang ribut, dinamis dan cepat. Samulnori yang dikembangkan dari Nongak oleh Kim Duk-soo pada tahun 1978 hanya memiliki 4 alat musik tanpa alat musik tiup seperti halnya yang dimiliki Nongak. Alat musikSamulnori terdiri 4 alat musik yaitu:
Setiap alat musik melambangkan berbagai macam keadaan cuaca. Janggu melambangkan hujan, kwaenggwari melambangkan petir, jing bunyi angin, dan buk melambangkan awan. Samulnori juga merepresentasikan konsep eum dan yang (yin dan yang). Suara buk dan janggu melambangkan langit sementara suara jing dan kwaenggwari adalah suara dari tanah (bumi). Samulnori menghasilkan warna musik yang baru dalam dunia musik Korea, khususnya di Korea Selatan. Karakteristik musiknya yang dinamis, enerjik dan cepat dianggap merepresentasikan sifat orang Korea. KepopuleranSamulnori telah banyak dikenal di dunia internasional semenjak tahun 1980-an. Banyak komunitas Korea di Amerika Serikat, Amerika Latin dan Eropa telah memiliki grup samulnori yang sebagian besar sangat populer di kalangan remaja dan anak muda, bahkan dari kalangan orang asing. Pada tahun 1993 kelompok pemain yang semula terdiri dari 4 orang berkembang menjadi 20 orang pemain. Di Indonesia, kelompok samulnori pernah memeriahkan Festival Erau 2001 dan 2003 Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur dan mendapat sambutan yang sangat meriah.[1] Lihat pulaPranala luar
Referensi
|