Sang Penyihir dari Portobello
Sang Penyihir dari Portobello adalah buku karangan penulis Paulo Coelho yang diterbitkan di Brazil pada tahun 2006. Buku ini juga sudah diterbitkan dalam bahasa Indonesia tahun 2009[1] Buku ini berkisah tentang seorang wanita misterius bernama Athena yang ditulis berdasarkan sudut pandang orang-orang yang pernah dia jumpai. Seperti halnya Sang Alkemis, Sang Penyihir dari Portobello memiliki tema cerita seputar cinta, hasrat, kebahagiaan dan pengorbanan.[2] Gaya PenulisanDi buku ini, tokoh utama yang bernama Athena menjadi seorang pemimpin spiritual yang sedang naik daun dan menjadi semacam dewi dari aliran spiritual kuno.[3] Ceritnya dimulai ketika Sherine Khalil atau Athena meninggal di awal cerita yang disajikan secara naratif.[3] Di bab-bab berikutnya, kisah tentang Athena disajikan melalui kesaksian orang-orang yang mengenalnya secara dekat; seorang penulis yang jatuh cinta kepadanya, seorang artis wanita yang menjadi muridnya, seorang dokter yang juga menjadi guru baginya, seorang ahli spiritual yang susah menerka kepribadiannya, ibu asuhnya, mantan suaminya, seorang Pastur (Pastor) yang dulu menjadi satu-satunya kawan yang dia miliki, seorang tuan tanah, seorang pegawai bank, ibu kandungnya dan seorang ahli sejarah.[3] Setiap tokoh dalam cerita menyajikan sudut pandang mereka masing-masing tentang Athena.[3] Mereka juga memaparkan pengalaman pribadi berinteraksi dengannya, menginterpretasi dia melalui keyakinan mereka masing-masing.[3] TemaBuku ini bertema tentang pencarian identitaas diri yang sejati dan terbuka terhadap semua kemungkinan yang ada di sekitar kita.[4] Melalui tokoh Athena dan perjalanan spiritualnya mencari jati dirinya, pembaca diajak untuk menikmati sekaligus belajar tentang nilai-nilai berbagi pengalaman dari orang lain supaya kita dapat saling belajar.[4] PlotCerita dimulai ketika Athena sudah meninggal.[5] Sherine Khalil, membuat nama baru baginya, Athena setelah mendengar pembicaraan orang tua dengan pamannya mengenai namanya yang kurang sesuai adat bangsa mereka.[5] Pada masa kecilnya, dia memiliki kepercayaan yang kuat perihal malaikat dan para santo-santa.[5]Dia pergi ke Universitas di London dan mengambil jurusan teknik ketika dia berusia 19 tahun.[6] Namun, dia merasa itu bukan yang dia inginkan.[6] Kemudian, dia memutuskan untuk lepas kuliah dan menikah lalu mempunyai seorang anak.[6] Disini, penulis mengatakan bahwa dia melakukannya karena dia merasa ingin menyalurkan hasrat cintanya kepada seorang anak, cinta yang dia dulu tidak mengalami bersama ibu kandungnya.[6] 2 tahun kemudian, dia bercerai dengan suaminya.[6] Lalu, dia berkelana mencari jawaban untuk kebingungannya yang membawanya ke pertanyaan paling mendasar tentang diri sejatinya.[6] Dalam petualangannya, dia membuka hatinya dan menerima diri seutuhnya sebagai seorang ibu, sekaligus menjadi pemimpin spiritual kontroversial di London.[6] Rujukan
|