Share to:

 

Sediaan apus darah

Sediaan apus darah sebelum (kiri) dan sesudah (kanan) pewarnaan dengan Giemsa.

Sediaan apus darah (sediaan apus darah tepi / preparat darah) adalah salah satu teknis pemeriksaan sel-sel darah menggunakan mikroskop. Pemeriksaan sediaan darah umumnya digunakan untuk membantu pemeriksaan kelainan darah dan juga infeksi parasit, seperti malaria.

Teknik pembuatan

Sebagai bagian dari persiapan pembuatan sediaan apus, kaca objek (preparat kaca) yang digunakan harus bersih dari kotoran dan diberi label berisi informasi tentang nama pasien, tanggal pembuatan, dan kode identifikasi pasien. Selanjutnya, satu tetes darah pasien diletakkan di ujung preparat kaca. Kaca preparat lainnya digunakan untuk meratakan darah menjadi satu lapisan tipis (monolayer) agar bisa diamati di bawah mikroskop. Kaca perata ini diletakkan di depan tetesan darah, kemudian tarik ke belakang hingga darah merata pada setiap sudut. Pada tahap akhir, kaca perata didorong ke depan dengan sudut 45-60 °C hingga terbentuk apusan sepanjang 3–4 cm. Darah dibiarkan mengering di udara sebelum dilanjutkan ke proses pewarnaan.[1]

Pewarnaan dan Pengamatan

Sel-sel darah harus diwarnai terlebih dahulu agar dapat diamati di bawah mikroskop. Jenis pewarnaan yang paling sering digunakan untuk pemeriksaan darah adalah pewarnaan Romanowski, seperti Wright, Mary-Grunwald, dan Giemsa. Berbagai komponen darah akan memiliki warna yang berbeda di bawah mikroskop. Selanjutnya, preparat darah ditutup dengan kaca pelapis agar dapat disimpan dalam waktu yang lama.[2]

Pengamatan di bawah mikroskop umumnya dilakukan pada perbesaran 40x dan terkadang 100x. Selain menghitung jumlah sel darah putih (terdiri dari: neutrofil, limfosit, basofil, eosinofil, dan monosit), bentuk (morfologi) dan ukuran sel darah merah (eritrosit) dan putih juga harus diamati dan dilaporkan kepada pasien atau dokter terkait. Pemeriksaan apusan darah ini merupakan salah satu pemeriksaan awal untuk mendeteksi kanker darah (leukemia), anemia, dan kelainan genetik seperti talasemia.

Referensi

  1. ^ Medical Laboratory Science - Theory and Practice, J Ochei, A Kolhatkar. New Delhi: Tata McGraw-Hill. 2000
  2. ^ Clinical Haematology - Theory and Procedure 4th Edition, Turgeon ML. Lippincott Williams and Wilkins. 2005.
Kembali kehalaman sebelumnya