Pembangkit energi listrik di Tiongkok menurut asal tenaganya pada 2019[1]
Batu bara: 4.553.800 GWh (62.2%)
Gas alam: 232.500 GWh (3.2%)
Termal lainnya: 147.600 GWh (2.0%)
Nuklir: 348.700 GWh (4.8%)
Air (konvensional): 1.270.200 GWh (17.3%)
Penyimpanan air: 31.900 GWh (0.4%)
Angin: 405.300 GWh (5.5%)
Matahari: 224.000 GWh (3.1%)
Biomassa: 112.600 GWh (1.5%)
Kapasitas pembangkit energi listrik di Tiongkok menurut asal tenaganya pada 2019[1]
Batu bara: 1.040.630 MW (51.8%)
Gas alam: 90.240 MW (4.5%)
Termal lainnya: 33.340 MW (1.7%)
Nuklir: 48.740 MW (2.4%)
Air (konvensional): 327.750 MW (16.3%)
Penyimpanan air: 30.290 MW (1.5%)
Angin: 209.150 MW (10.4%)
Matahari: 204.180 MW (10.2%)
Biomassa: 23.610 MW (1.2%)
Industri energi listrik di Tiongkok merupakan produsen listrik terbesar di dunia, melampaui Amerika Serikat pada 2011 setelah kenaikan pesat sejak awal 1990-an. Pada 2019, Tiongkok memproduksi lebih banyak energi listrik daripada gabungan produksi Amerika Serikat, India, dan Rusia.[2][3]
Sebagian besar energi listrik Tiongkok berasal dari pembangkit listrik bertenaga batu bara. Pembangkit listrik batu bara ini menyumbang 65% energi listrik di Tiongkok pada 2019.[4] Meskipun demikian, pembangkitan listrik menggunakan sumber daya terbarukan meningkat pesat, mulai dari 615.005 GWh (17,66% total energi) pada 2008 hingga mencapai 2.082.800 GWh (27,32% total energi) pada 2020.
Hingga akhir 2019, Tiongkok memiliki kapasitas pembangkit bertenaga energi terbarukan sebesar 795 GW[5] dan pembangkit batu bara yang memiliki kapasitas sebesar 1040 GW.[6] Pada 2020, Tiongkok menambah kapasitas daya sebesar 48,2 GW dari tenaga surya,[7][8] 71GW dari tenaga angin,[9][10] dan 13GW dari tenaga air.[11] Penambahan kapasitas daya ini membuat kapasitas energi listrik dari sumber daya terbarukan meningkat menjadi lebih dari 900 GW. Total kapasitas daya listrik ini termasuk 252,5 GW dari tenaga surya[12][13] dan 281,5 GW dari tenaga angin[14] yang dihasilkan oleh lebih dari 135.000 turbin.[15] Produksi listrik bertenaga batu bara mengalami penurunan sejak 2013 hingga 2016 seiring dengan peralihan menuju energi terbarukan dan penurunan pertumbuhan PDB.[16][17]
Tiongkok memiliki cadangan batu bara terbesar ketiga di dunia dan sumber daya air yang melimpah. Meskipun demikian, masalah geografis cukup menyulitkan distribusi listrik di negara tersebut. Wilayah cadangan batu bara Tiongkok terletak di timur laut (Heilongjiang, Jilin, dan Liaoning) dan utara (Shanxi, Shaanxi, dan Henan),[18][19] tenaga air di barat daya (Sichuan, Yunnan, dan Tibet),[19] sementara kebutuhan energi listrik industri terletak di timur (Shanghai-Zhejiang) dan selatan (Guangdong, Fujian).[19]
Sejarah
Pada April 1996, penerapan Hukum Tenaga Listrik menjadi peristiwa besar bagi industri tenaga listrik Tiongkok. Hukum tersebut dibuat untuk mendorong pengembangan industri tenaga listrik, melindungi hak legal investor, pengelola, dan konsumen, serta meregulasi proses pembangkitan, distribusi, dan konsumsi. Sebelum 1994, persediaan energi listrik di Tiongkok dikelola oleh lembaga kelistrikan milik pemerintah tiap provinsi. Namun saat ini, proses tersebut dikelola oleh korporasi di luar struktur pemerintahan.[20]
Reformasi yang tengah dilakukan saat ini bertujuan untuk memisahkan pembangkit listrik dari jaringan penyedia, penswastaan sebagian properti milik negara, mendorong terjadinya persaingan, dan mengubah mekanisme harga. Oleh karena itu, kemungkinan akan terjadi perpisahan antara perusahaan pembangkit listrik dan perusahaan penyedia listrik. Peraturan yang mengatur persaingan antarperusahaan akan diterapkan beberapa tahun lagi.[22]
Selama beberapa tahun terakhir, industri tenaga listrik di Tiongkok mengalami kenaikan yang signifikan. Pada 2016, negara tersebut memiliki kapasitas pembangkitan energi listrik terbesar di dunia, dengan kapasitas daya sebesar 1653 GW dan membangkitkan 5883 TWh.[23] Kapasitas tenaga panas Bumi, tenaga angin, dan tenaga surya yang dimiliki oleh Tiongkok juga merupakan yang terbesar di dunia. Meski demikian, pembangkit bertenaga batu bara masih menyumbang sekitar 65% hingga 75% energi listrik di Tiongkok pada 2020.[24]
Produksi dan kapasitas
Produksi energi listrik (GWh) di Tiongkok menurut asal tenaganya, 2008-2020[25][26][27]
China Energy Portal menerbitkan peraturan, berita, dan statistik energi Tiongkok serta menyediakan perkakas penerjemahan menjadi bahasa Inggris. Penerjemahan di situs web ini masih bergantung pada kontribusi pembacanya. Berikut adalah statistik pada 2020:[35]
Sumber tenaga
2019 [TWh]
2020 [TWh]
Perubahan [%]
Total produksi tenaga listrik
7,326.9
7,623.6
4.0
Tenaga air
1,302.1
1,355.2
4.1
Tenaga termal
5,046.5
5,174.3
2.5
Tenaga nuklir
348.7
366.2
5.0
Tenaga angin
405.3
466.5
15.1
Tenaga Matahari
224
261.1
16.6
Sumber tenaga
2019 [GW]
2020 [GW]
Perubahan [%]
Kapasitas pembangkitan
2,010.06
2,200.58
9.5
Tenaga air
358.04
370.16
3.4
Tenaga termal
1,189.57
1,245.17
4.7
Tenaga nuklir
48.74
49.89
2.4
Tenaga angin
209.15
281.53
34.6
Tenaga Matahari
204.18
253.43
24.1
Sumber tenaga
2019 [MW]
2020 [MW]
Perubahan [%]
Perubahan kapasitas pembangkitan
105,000
190,870
81.8
Tenaga air
4,450
13,230
197.7
Tenaga termal
44,230
56,370
27.4
Tenaga nuklir
4,090
1,120
-72.6
Tenaga angin
25,720
71,670
178.7
Tenaga Matahari
26,520
48,200
81.7
(Perlu diketahui bahwa perubahan kapasitas merupakan penjumlahan instalasi pembangkit baru dikurangi pemberhentian operasi pembangkit.)
Biro Statistik Nasional Tiongkok
Statistik resmi tersedia dalam bahasa Inggris, tetapi tidak begitu mutakhir. Data berikut diberikan dalam satuan "(100 juta kw.h)"[36] atau setara dengan 100 GWh atau 0.1 TWh.
^"BuyUSA.gov Home". Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Juni 2010. Diakses tanggal 7 November 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)