Senyawa organotembagaSenyawa organotembaga dalam kimia organologam adalah senyawa yang mengandung ikatan kimia antara atom karbon dengan atom tembaga. Kimia organotembaga adalah ilmu yang mempelajari sifat fisis, sintesis, dan reaksi dari senyawa organotembaga.[1][2][3] Senyawa ini merupakan reagen dalam kimia organik. Senyawa organotembaga yang pertama, tembaga(I) acetylide Cu2C2 (Cu-C≡C-Cu), berhasil disintesis oleh Rudolf Christian Böttger pada tahun 1859. Proses sintesisnya dengan mengalirkan gas asetilena pada larutan tembaga(I) klorida[4]
Struktur dan ikatanSenyawa organotembaga memiliki struktur dan reaktivitas yang beragam. Kebanyakan senyawa organotembaga memiliki tembaga(I). Tembaga(II) dan tembaga(III) jarang ditemukan.Secara bentuk geometri, tembaga(I) memiliki bentuk yang simetris (linear, trigonal planar, tetrahedral).Senyawa ini membentuk kompleks dengan berbagai jenis ligan seperti alkylphosphines (R3P), tioeter (R2S), dan sianida (CN−). Kompleks sederhana dengan CO, alkena, dan ligan CpGaram tembaga(I) diketahui dapat berikatan secara lemah dengan CO. Salah satu contoh kompleksnya adalah polimer CuCl(CO). Berbeda dengan karbonil logam lainnya, senyawa ini memiliki pi-backbonding yang tidak kuat.[5] Alkena dapat berikatan dengan tembaga(I) (biasanya secara lemah). Sebagai contoh, etilen dapat berikatan dengan atom tembaga di dalam protein. Akibat sifat ini, etilen digolongkan sebagai hormon tanaman. Gas etilen dapat dideteksi oleh protein-tembaga dan dapat mempengaruhi proses pematangan buah dan proses-proses lainnya pada tumbuhan.[6]
Senyawa alkil tembaga dan aril tembagaTembaga halida dapat beraksi dengan reagen organolithium atau reagen grignard membentuk senyawa organotembaga. Sebagai contoh, feniltembaga dapat disintesis dengan mereaksikan fenilithium dengan tembaga(I) bromida dalam dietil eter. Referensi
|