Serangan Brussel Juni 2017
Pada tanggal 20 Juni 2017, sebuah bom teroris menyebabkan ledakan kecil di Stasiun Sentral Brussel di Brussel, Belgia. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Para tentara yang tengah menjaga stasiun membunh tersangka setelah 3 hingga 4 tembakan berdasarkan keterangan saksi mata. Pelaku utama penyerangan ini bernama Oussama Zariouh, seorang warga Maroko berusia 36 tahun yang tinggal di Distrik Molenbeek. Bom yang ia gunakan adalah bom yang ia rakit sendiri dan memiliki ledakan yang kecil. InsidenPada pukul 20:39, seorang pria berumur 36 tahun memasuki Stasiun Sentral Brussel dan menuruni tangga di aula utama stasiun, mendekat ke sekumpulan penumpang di dasar tangga. Pada pukul 20:44, pria tersebut terlihat menjauhkan dirinya dari orang lain di stasiun kemudian tampak dengan gugup mendekat ke arah orang-orang kembali.[1][2][3] Ia berteriak dan mencoba untuk meledakkan sebuah troli.[4][5][6] Pernyataan para saksi mata dan sebuah foto yang diambil oleh saksi menunjukkan sebuah benda telah diledakkan dengan daya ledak terbatas dan suara yang keras.[7] Ukuran dari ledakan tersebut menunjukkan bahwa benda tersebut mengalami malfungsi kemungkinkan karena dibuat dengan tidak benar.[8] Menurut polisi, pria tersebut terdengar meneriakkan "Allahu Akbar" setelah menyalakan peledaknya dan sebelum ditembak mati oleh petugaas.[9][10][11] Setelah kejadian, diketahui bahwa pelaku tidak pernah dilatih untuk menangani bahan peledak dan mempelajari sendiri cara membuat bom.[3] Bahan bom yang digunakan adalah TATP, bahan yang sama yang digunakan pada serangan bom Brussel sebelumnya tahun 2016,[3][12] Pengeboman Parsons Green 2017, dan Serangan Stockholm 2017.[13] Setelah troli tersebut mulai terbakar, pelaku berjalan menuruni eskalator menuju ke peron yang membuat para penumpang berlari ke atas rel.[14] Koper di atas troli kemudian kembali meledak akibat botol-botol gas yang berada di dalamnya.[15] Ledakan kedua ini dilaporkan lebih kuat daripada ledakan pertama namun karena selisih waktunya setelah ledakan pertama, para pengunjung stasiun sempat menyelamatkan diri dan tidak ada orang yang terluka akibat ledakan in.[3] Benda-benda tajam yang ditemukan di sekitar ledakan menunjukkan bahwa bom tersebut dirancang untuk mencederai orang sebanyak mungkin.[16] Pelaku kembali ke aula utama sambil terlihat kebingungan. Ia kemudian terpantau oleh tentara yang telah dikejutkan oleh ledakan-ledakan sebelumnya. Pelaku kemudian meneriakkan Allahu Akbar dan menyerang para tentara tanpa senjata.[3][15] Personel tentara tersebut menembak pelaku dan membunuhnya.[17] Selama beberpa jam setelah kejadian tersebut, pada awalnya tidak diketahui apakah pelaku telah meninggal atau tidak. Karena ia dicurigai mengenakan "tas dan sabuk bom" dan kabel-kabel dapat terlihat di balik pakaiannya, jasad pelaku tidak didekati hingga pasukan penjinak bom dari Angkatan Darat Belgia, DOVO, tiba yang kemudian menggunakan robot untuk memeriksa jasad pelaku dan mengkonfirmasi kematiannya.[3][18][19] Televisi nasional Belgia, VRT, pada awalnya melaporkan bahwa tubuh pelaku diselimuti oleh perangkap namun VRT tidak melaporkan bahwa pelaku mengenakan bom di tubuhnya.[20] Menurut pihak berwenang Belgian, kejadian ini "... dapat berlangsung [lebih] parah seandainya bom tersebut, yang penuh dengan paku dan botol gas, meledak dengan benar."[1][21] Lihat pula
Referensi
|