Serangan parlemen Irak 2022
Pada 27 Juli 2022, ratusan demonstran Irak yang mendukung ulama Syiah Irak Muqtada al-Sadr menyerbu gedung Dewan Perwakilan Rakyat Irak yang terletak di Zona Hijau di ibukota Irak, Baghdad. Penyerbuan, yang dikenal sebagai "Revolusi Asyura" (Arab: عاشوراء) atau "Revolusi Muharram" (ثورة الحرام) oleh Sadrists,[2][3][4][5][6] terjadi setelah berita bocor tentang pencalonan pasukan Syiah yang menentang gerakan Sadrist, Mohammed Shia' Al Sudani, untuk posisi perdana menteri Irak.[7] Sebelumnya pada bulan Juli, al-Sadr memveto pencalonan saingannya, Nouri al-Maliki, dengan menuduh mantan perdana menteri itu korupsi dalam sebuah tweet.[8] Perdana Menteri Irak petahana Mustafa Al-Kadhimi menyerukan para pemrotes untuk "segera mundur", dan setelah pesan publik oleh al-Sadr untuk "berdoa dan pulang," kerumunan bubar,[7] meskipun mereka kembali seminggu kemudian setelah al-Sadr meminta mereka untuk tidak melewatkan "kesempatan emas" untuk menuntut reformasi.[9] SeranganPada 27 Juli, pengikut al-Sadr melanggar Zona Hijau dan Parlemen Irak di Baghdad karena marah dengan pengaruh Iran dalam pemerintahan Irak. Meskipun setelah al-Sadr meminta publik untuk "berdoa dan pulang,"[10] ribuan pendukung Muqtada al-Sadr tetap berkemah di gedung parlemen sejak 27 Juli.[11] Pada tanggal 30 Juli, al-Sadr meminta mereka untuk menyerang parlemen lagi, dan setidaknya 125 orang telah terluka, termasuk 100 warga sipil dan 25 tentara Irak, menurut Kementerian Kesehatan Irak.[12] PengepunganDari 29 Juli hingga 31 Juli pengunjuk rasa menyerbu, menduduki, dan mengepung Parlemen Irak untuk mendukung pemimpin Syiah Muqtada al-Sadr. Ratusan pengunjuk rasa terluka dalam bentrokan dengan Pasukan Keamanan Irak. Setelah dikeluarkan dari parlemen, pengunjuk rasa mengorganisir aksi duduk dan bentuk demonstrasi lainnya di luar parlemen.[13][14][15][16] Referensi
|