Share to:

 

Serat Jarwarasa


Cover Serat Jarwarasa

Serat Jarwarasa (hanacaraka: ꦱꦼꦫꦠ꧀ꦗꦂꦮꦫꦱ) adalah salah satu manuskrip Jawa koleksi Museum Sonobudoyo Yogyakarta dengan kode koleksi PBC 163. Naskah Serat Jarwarasa terdiri dari dua teks yaitu teks Serat Jarwarasa yang berisi ajaran moral untuk meraih keutamaan yang sejati dan teks Lepiyan Sabarang Gawe yang berisi cara-cara mengerjakan pekerjaan seperti membatik, nyoga, mengecap, serta menyulam.[1]

Penulis dan waktu penulisan

Naskah Serat Jarwarasa ditulis oleh seorang abdi dalem kemasan Keraton Surakarta bernama Sastra Puspita pada tanggal 11 Jumadil awal hingga 2 Jumadil akhir tahun Je 1814 (tahun Jawa) atau tahun 1885 M. Keterangan mengenai tanggal ini ditemukan pada dua bait terakhir teks Serat Jarwarasa yang berbunyi "titi tamat gonira ngengeti, ing tanggal kapindho, pan ing sasi Jumadi Akhire, duk wiwite mangrega tanggal ping, sawelas ing sasi, Madi Awalipun. Nunggal warsa Je angkanireki, sinengkalan mangko, catur tunggal bujangga ratune, Surakarta kang sinawung gendhing, iki sun arani, Jarwarasa tuhu" yang berarti "selesai cerita ini, sebagai pengingat aku sertakan tanggal penulisannya yaitu mulai 11 Jumadil Awal sampai 2 Jumadil Akhir, tahunnya Je dengan sengkalan yang berarti 1814, ditulis di Surakarta dan kunamai Jarwarasa."[2] Keterangan nama penulis ditemukan pada teks Lepiyan Sabarang Gawe yang berbunyi "Sastra Puspita mangaran (Sastra Puspita namanya)."[1] Selain itu, nama penulis juga ditemukan secara tersembunyi (dalam istilah sastra Jawa disebut sandi asma) pada bait pertama yang berbunyi "RArasing priya sru wingit, DENirarsa nyatakena, SASmitanira angsalae, TRAtabing priya sirnaa, PUStaka mung kinarya, PItembung alane nganggur, TArus tuna ing kaharjan." yang mana bila setiap suku kata pertama disatukan akan membentuk kata yaitu Raden Sastra Puspita.

Bentuk tulisan

Teks Serat Jarwarasa ditulis menggunakan aksara Jawa tulisan tangan dengan menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko yang dipadukan dengan kosakata bahasa Jawa kuno. Naskah' 'Serat Jarwarasa digubah dalam bentuk tembang macapat atau dalam sastra Indonesia sering disamakan dengan puisi tradisional. Teks ini berisi 159 bait yang terbagi dalam delapan pupuh dimulai dari pupuh Asmaradana tiga bait, pupuh Kinanthi 31 bait, pupuh Pocung 25 bait, pupuh Sinom 13 bait, pupuh Asmaradana 15 bait, pupuh Dhandhanggula 20 bait, pupuh Sinom 21 bait, dan pupuh Mijil 31.

Referensi

  1. ^ a b Behren, T.E. (1990). Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid I Museum Sonobudoyo. Djambatan. hlm. 497. 
  2. ^ Sastra Puspita (1885). Serat Jarwarasa. Surakarta. hlm. 29. 
Kembali kehalaman sebelumnya