Serbuk protein ikan
Serbuk protein ikan adalah adalah sejenis serbuk hasil dari pemisahan hidrolisat protein ikan dari daging ikan dan dicampur dengan bahan lainnya untuk memperbaiki rasa. Di Indonesia, serbuk ini disebut sebagai susu ikan yang menjadi bahan perbincangan di tengah kritik impor susu dan sapi perah untuk antisipasi lonjakan kebutuhan susu akibat program makan bergizi gratis yang diajukan dalam kampanye presiden terpilih Prabowo Subianto.[1] SejarahPenggunaan produk hidrolisat protein ikan sudah lama diteliti sebagai pengganti susu terutama bagi anakan sapi, kambing, atau babi.[2][3] Perlambatan pertumbuhan hanya sedikit terjadi pada 2-5 minggu pertama penggunaannya sebagai pakan utama, dibandingkan produk susu sebenarnya, namun terkompensasi oleh kecepatan pertumbuhan yang lebih baik 3 minggu setelahnya.[4][5] Secara historis, metode pengolahan ikan yang digunakan untuk konsumsi manusia adalah: segar, kalengan, beku, diasap, atau didehidrasi; yang semuanya akan digunakan sebagai makanan utuh daripada sebagai bahan dalam makanan lain. Selain itu, produk sampingan dari pengolahan ikan telah dimasak dan didehidrasi untuk membentuk produk yang disebut tepung ikan.[6] Dengan berkembangnya teknologi penyulingan dan pengolahan serta penelitian yang lebih luas tentang nutrisi protein dan peptida ikan, industri baru telah berkembang untuk tujuan khusus menghasilkan bubuk protein ikan untuk konsumsi manusia dengan tujuan mencapai penggunaan bahan dan pasar baru.[7] Produk akhir FPP kini digunakan dalam berbagai aplikasi bahan makanan termasuk nutrisi olahraga, aditif makanan, dan suplemen,[8] yang semuanya bergantung pada bubuk protein ikan yang dihasilkan sehingga aman secara higienis dan juga memenuhi persyaratan sensorik rasa, bau, dan fungsi dalam makanan yang disiapkan. Meskipun belum dalam bentuk susu, namun penduduk di Jepang, Tiongkok, India, Amerika Serikat, dan Jerman, sudah memiliki pasar yang signifikan untuk bubuk protein ikan. Berdasar data Future Markets Insights pasar bubuk protein ikan diproyeksikan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata (CAGR) sebesar 6,6% dari 2024 hingga 2034. Di negara-negara ini, selain untuk konsumsi manusia, bubuk protein ikan juga digunakan untuk pakan ternak dan akuakultur.[9] Di Indonesia, produk susu ikan pertama kali mendapat sorotan pada bulan Agustus 2023 saat diluncurkan di Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat, sebagai hasil kerjasama Koperasi Mina Bahari dan PT Berikan Teknologi Indonesia. Peluncurannya dihadiri oleh Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki, serta Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono.[10][11] Perbincangan mengenai susu ikan kembali ramai setelah Direktur Utama BUMN induk (holding) pangan ID FOOD, Sis Apik Wijayanto pada tanggal 4 September 2024 mengungkap akan mencari alternatif susu sapi yang saat ini produksinya belum cukup untuk memenuhi program makan bergizi dan susu gratis yang akan diwujudkan dalam periode pemerintahan Prabowo Subianto yang akan datang. Oleh karena itu, pihaknya mempertimbangkan susu ikan sebagai pengganti.[12] Proses pembuatanSecara umum, pemisahan hidrolisat protein ikan dilakukan dalam dua cara, dengan bantuan enzim atau kimiawi. Prosesnya dimulai dengan mencincang daging ikan ditambahkan air, dihomogenasi, dan dimasukkan ke wadah yang akan memfasilitasi pemanasan dengan suhu yang sesuai. Adonan ini kemudian ditambahkan enzim dan dihomgenasi kembali. Akibatnya protein akan terpisah. Saat sudah didapat kandungan protein terpisah yang tepat, maka enzim ini dinonaktifkan melalui pemanasan. Produk akhirnya bisa berupa cairan atau terlebih dahulu dikeringkan sehingga menjadi bubuk. Bentuk bubuk lebih disukai karena efisensi penyimpanan dan lebih tahan lama.[13] Setelah dikeringkan, bubuk protein kering ditambahkan berbagai bahan untuk membuat rasanya menyerupai susu.[14] Nutrisi dan komposisiBerikut ini kandungan nutrisi per takaran saji 35 gram dari serbuk protein ikan merek Surikan.[butuh rujukan]
Sementara komposisi yang tertera adalah hidrolisat protein ikan, krimer non susu, cokelat bubuk, dan perisa krim.[butuh rujukan] KategoriDua kategori dasar yang digunakan untuk mengklasifikasikan bubuk protein ikan bergantung pada kadar protein, lemak, mineral, dan karbohidrat yang terkandung di dalamnya. Mineral yang ada sebagian besar adalah kompleks organik alami dari magnesium, kalsium, dan fosfor. Proses pengeringan semprot (spray drying) mungkin menggunakan mineral dan karbohidrat lain untuk meningkatkan karakteristik aliran produk akhir, sehingga mengubah keseimbangan alami. Semua bubuk protein ikan akan memiliki kandungan sisa air dalam kisaran 4-8%.
KelebihanAspek NutrisiUnsur penting dari ilmu nutrisi bubuk protein ikan berpusat pada sifat bioaktif dan antioksidan dari fraksi peptida yang dihasilkan selama hidrolisis dan kemampuannya untuk memiliki dampak positif pada banyak kondisi, termasuk masalah gastrointestinal yang terkait dengan sindrom iritasi usus (IBS) dan penyakit Crohn[17][18], serta efek pengurangan pada hipertensi[19] dan fungsionalitas penyerapan cepat mempromosikan penambahan massa otot tanpa lemak pada manusia yang mengonsumsi produk tersebut. Studi lanjut menunjukkan bahwa peptida dalam bubuk protein ikan dapat meminimalkan efek berbahaya dari obat penghilang rasa sakit anti-inflamasi.[20] Sekolah Kedokteran Universitas Maryland menyimpulkan bahwa beberapa fraksi peptida dari ikan dapat menghambat kanker prostat dan mungkin kanker lainnya dari penyebaran. Manfaat tambahan dari bubuk protein ikan berpusat pada kebutuhan diet dari berbagai subkelompok populasi manusia. Individu yang memiliki intoleransi laktosa, alergi susu, intoleransi gluten, atau penyakit seliak memerlukan sumber protein alternatif. Sifat hidrolisis dari bubuk protein ikan (profil berat molekul rendah) terbukti memberikan efek hipoalergenik, sebagaimana yang diujikan dalam susu formula bayi.[21] Tidak ada bukti bahwa bayi yang memiliki risiko tinggi alergi terhadap susu sapi harus diberi formula bayi terhidrolisis alih-alih susu ibu untuk mencegah alergi.[21] Bagi bayi yang memiliki risiko tinggi alergi susu sapi tetapi tidak dapat diberi susu ibu, ada bukti berkualitas rendah yang menunjukkan bahwa formula berbasis protein terhidrolisis dapat mengurangi risiko alergi susu sapi dibandingkan dengan formula protein susu sapi.[21] Aspek ekonomiSusu ikan juga diklaim lebih murah dari susu sapi. Sebagai perbandingan, dalam bentuk minuman cair 250ml, susu ikan memiliki harga Rp 5.000,- sementara susu sapi di kisaran harga Rp 6.400,-.[22] Proses hidrolisis yang dilakukan juga bisa memaksimalkan pengolahan ikan karena tulang, isi perut, sampai ikan yang biasanya dinilai sangat rendah bisa diolah dan memiliki nilai lebih baik. KritikKarena masih produk yang baru dan asing, penerimaan produk ini di tengah masyarakat masih diragukan, terutama dari segi rasa yang diperkirakan akan bau amis dan kandungan gizinya yang mungkin tidak bisa sama persis dengan susu sapi. Kritik ini diungkap oleh Epi Taufik, ahli biokimia susu dari IPB.[23] Ahli gizi dr. Tan Shot Yen menyatakan bahwa ikan seharusnya dikonsumsi secara utuh, bukan dalam bentuk ekstrak. Penggunaan susu yang seragam juga dikhawatirkan merusak keberagaman sumber pangan di tiap daerah.[24] Menurut anggota DPR Arzeti Bilbina, penggunaan nama susu dalam susu ikan juga dinilai tidak tepat, karena memang bukan produk perahan kelenjar susu dari mamalia, meskipun ia tetap mengakui manfaat protein yang tinggi dalam produk ini bisa digunakan untuk mensubstitusi susu sapi.[25] Referensi
Bacaan lanjutan
|