Si Bongkok (novel)
Si Bongkok adalah novel yang ditulis oleh Parakitri Tahi Simbolon dan diterbitkan pada tahun 1981. Novel ini mengambil latar belakang setelah peristiwa G-30-S/PKI dan memiliki alur cerita yang tidak linear. Novel Si Bongkok berhasil meraih juara kedua pada Sayembara Mengarang Novel Gramedia yang diselenggarakan oleh Kompas pada tahun 1978. Menurut Maman S.Mahayana, novel Si Bongkok menceritakan adanya siklus kehidupan seperti konsep karma dalam agama Hindu.[1] SinopsisTokoh utama dari novel ini adalah Gindo atau yang dikenal dengan nama Si Bongkok. Gindo merupakan anak satu-satunya dari Andreas Garoga. Andreas Garoga meninggal di dalam penjara saat Gindo berumur 14 tahun karena tuduhan terlibat dalam G-30-S/PKI. Semenjak ayahnya dituduh terlibat dalam G-30-S/PKI, kehidupan GIndo menjadi tidak mudah. Gindo dibenci oleh orang-orang di kampungnya, salah satunya adalah keluarga Sebulon Setelah orang tuanya meninggal, Gindo tinggal bersama Biliam yang merupakan sahabat dari ayah Gindo. Gindo dan Biliam memiliki usaha dagang yang waktu itu sukses. Namun, Sebulon merasa iri karena usaha Gindo dan Biliam yang semakin maju. Sebulon memerintahkan orang untuk membunuh Gindo. Orang-orang suruhan Sebulon hampir menghabisi nyawa Gindo. Namun karena Gindo memiliki kemampuan bela diri, Gindo dapat mengalahkan orang-orang suruhan Sebulon. Hanya saja setelah kejadian itu, Gindo harus mendekam di penjara selama empat tahun. Selama menjalani masa tahanan tersebut, Gindo memikirkan ulang kehidupan orang tuanya dan kehidupan dirinya. Setelah Gindo keluar dari penjara, ia merantau ke Jakarta dan menjadi juru parkir.Gindo bertemu dengan Gana, gadis yang dulu pernah ia tolong di kampungnya dulu. Gana membawa Gindo ke Ester, tante Gana yang menikah dengan Japet Rompas. Hasil pernikahan tersebut tidak membuahkan anak. Ester memaksa Gindo untuk menghamilinya dan kemudian melahirkan seorang anak. Kejadian tersebut merupakan pengulangan dari sejarah keluarganya dulu. Pasangan Kakek dan Nenek Gindo tidak memiliki keturunan, dan meminta Batua untuk berhubungan dengan Nenek Gindo. Hasil hubungan tersebut menghasilkan Andreas Garonga. Kejadian yang dialami oleh Gindo membuat Gindo memahami misteri keluarga yang menghantuinya. Penghargaan dan pendapat sastrawanNovel Si Bongkok mendapatkan penghargaan sebagai juara kedua dalam Sayembara Mengarang Novel Gramedia yang diselenggarakan oleh Kompas pada tahun 1978. Menurut Maman S.Mahayana dalam bukunya Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern, hal yang menarik dari novel Si Bongkok adalah menceritakan adanya siklus kehidupan seperti konsep karma dalam agama Hindu.[1] Referensi
|