Sigisbert
Santo Sigisbert atau Sigebert III (skt. 630–656/660) merupakan seorang raja Austrasia dari tahun 634 sampai kematiannya di sekitar tahun 656–660. Ia dikenal sebagai roi fainéant (raja pemalas) dari klan Merovingia,[3] sehingga mayor istana-lah yang sebenarnya memerintah kerajaan selama masa hidupnya. Hanya saja ia hidup dalam tatanan gereja yang taat dan disucikan, dengan diangkat sebagai Santo Sigebert dari Austrasia oleh Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodok Timur. KeluargaSigebert lahir pada tahun 630 dan anak tertua dari Dagobert I, Raja Frank, dan selirnya, Ragnetrude.[4] Raja membuat perjanjian damai dengan Santo Amand, yang sebelumnya diusir karena mengkritisi kelakuan raja, dan meminta ia membaptis anaknya yang baru saja lahir. Ritual ini dilakukan di Orléans dan Charibert II, saudara tiri raja yang juga Raja Aquitaine pada masa itu, adalah ayah baptisnya. Dagobert mempercayakan pendidikan Sigebert kepada Pippin dari Landen, yang juga merupakan mayor istana Austrasia di bawah ayahnya Chlotar II, hingga tahun 629. Pippin memelihara Sigebert dan tinggal bersamanya di Aquitane, selama tiga tahun.[5] Tahun 633, pemberontakan bangsawan memaksa Dagobert yang baru berumur tiga tahun sebagai Raja Austrasia, sebagaimana ayahnya juga mengangkatnya sebagai raja di Austria pada tahun 623. Hanya saja, ia menolak memberikan kekuasaan kepada Pippin dari Landen, dengan memberikannya jabatan mayor di istana untuk raja yang masih anak-anak. Alih-alih, ia mempercayakan Sigebert di bawah asuhan Adalgisel sebagai mayor istana dan Bishop Cologne Saint Cunibert sebagai walinya, sementara ia menahan Pippin di Nustria sebagai sandera. Pada tahun 634, anak kedua Dagobert, Clovis II lahir, dan raja memaksa bangsawan menerimanya sebagai raja selanjutnya dari Neustria dan Burgundi, membangun divisi baru dari kerajaan tersebut. Pada saat kematian Dagobert pada tahun 639, Dua raja Frank, menjadi merdeka dari kekuasaan Sigebert III dan Clovis II. Kedua kerajaan ini ada di bawah tangan raja yang masih anak-anak, Sigebert berumur 11 tahun, sementara adiknya Clovis lima tahun, keduanya diatur oleh para walinya. Di bawah masa Seigbertlah mayor istana memainkan kekuasaan penting di Austrasia, dan dia dijuluki roi fainéant pertama, alias raja boneka dalam dinasti Merovingia. Pippin menggantikan Adalgisel sebagai mayor istana di Austrasia pada tahun 639, tetapi tahun berikutnya wafat, dan digantikan anaknya Grimoald. Pada tahun 640, Adipati Thuringia memberontak melawan Austrasia, satu-satunya perang pada masa Sigebert. Grimoald mengizinkan raja muda untuk berada di garis depan pasukan untuk memadamkan pemberontakan, tetapi dikalahkan Adipatu Radulph. Catatan Fredegar menyebutkan Sigebert menangis tersedu-sedu di atas sadelnya. Walaupun tidak efektif sebagai raja, Sigebert mengabdikan dirinya dalam kehidupan religius di bawah pasukan Pippin dan Santo Cunibert dan hidup dalam lingkungan kristen yang taat. Ia menggunakan kekayaannya untuk membangun biara, rumah sakit, dan gereja, termasuk Biara Stavelot-Malmedy.[5] Sigebert III wafat karena sebab alami pada tahun 1 Februari 656 pada umur 25. Ia dikuburkan di biara Saint Martin dekat Metz yang didirikannya. Pada tahun 1603, tubuhnya ditemukan masih utuh dan dibawa keluar dari batu kubur dan dipindah ke sisi altar. Biara dihancurkan pada taun 1552 dan reliknya dipindah ke Katedral Nancy. Sigebert III dijadikan santo oleh Gereja Katolik dengan hari perayaan 1 Februari. Ia santo patron dari Katedral Nancy.[5] Perkawinan dan keturunanMayor istana Grimoald berhasil meyakinkannya untuk mengadopsi anak Grimoald, Childebert. Hanya saja, sang raja menikahi Chimnechild dari Burgundi dan memiliki anak sendiri, raja selanjutnya, Dagobert II. Dia juga memiliki anak perempuan Bilichild, ratu selanjutnya dari Nustria dan Burgundi.[1] Pada tahun 656, setelah kematian Sigebert, Grimoald berusaha ikut campur dalam penentuan tahta Austrasia dan membatalkan tahta Dagobert yang baru berumur tujuh tahun dan dikirim ke biara di Irlandia. Anak Grimoald, Childebert lalu di proklamasikan sebagai Raja Austrasia pada tahun 656, tetapi kekuasaannya hanya singkat dan ia disingkirkan dan ayahnya terbunuh dalam pemberontakan. Tahta Austrasia berlanjut kepada saudaranya, Clovis II untuk sementara waktu. Anaknya, Clothar III melanjutkan kekuasaan pada tahu n657. Pada tahun 658, ia juga menjadi Raja Neustria dan Burgundi dengan kematian ayahnya, sehingga menggabungkan kerajaan Frank untuk sementara di bawah satu penguasa. Beberapa tahun kemudian, bangsawan Austrasia kembali berhasil memisahkan diri. Akibatnya, Childeric II, adik Chlotar III, menjadi Raja Austrasia sejak 662 hingga 675. Para bangsawan kemudian mengangkat Clovis III, yang kekuasaannya juga pendek. Tahun berikutnya, 676, anak Sigebert, Dagobert II, dipanggil kembali dari Irlandia dan menguasai kembali tahta ayahnya setelah 20 tahun pengasingan BiografiSetelah kematian ayahandanya, Sigisbert dengan mandiri memerintah Austrasia dan bebas dari kepemimpinan di Neustria. Di bawah bimbingan Pippin I beserta para santo dan santa pada masa itu, raja bocah dibesarkan di dalam kehidupan yang saleh. Ia sia-sia mencoba untuk menambahkan Thüringen ke kerajaannya, tetapi dikalahkan oleh Adipati Radulf pada tahun 640. Meskipun hanya berusia sepuluh tahun, ia telah menjadi pemimpin pasukannya. Kronik Fredegar mencatat bahwa kemenangan membuatnya menangis di atas pelana. Keruntuhan Dinasti Meroving adalah hasil dari kepemimpinan seorang bocah, baik untuk Sigisbert dan adik tirinya yang memerintah di Neustria, yang merupakan anak-anak praremaja yang tidak dapat bertempur di medan peperangan dan yang pemangku takhtanya memiliki kepentingan mereka sendiri di dalam hati mereka masing-masing. Hanya di bawah pemerintahannya, Mayordomo mulai memainkan peranan terpenting di dalam kehidupan politik Austrasia. Mayor Grimoald I, putra Pippin, berhasil meyakinkan raja untuk mengadopsi putranya, Childebert III. Ketika Sigisbert akhirnya memiliki anaknya sendiri, calon Dagobert II, mayor tersebut merasa terancam, dan setelah kematian Sigisbert (diusianya yang ke-25) ia mengeksil Dagobert muda ke Irlandia. Jenazah Sigisbert dicemarkan selama Revolusi Prancis yang diawetkan di dalam Katedral Nancy. Meskipun tidak berhasil sebagai seorang raja, ia dihormati sebagai pendiri sejumlah biara, rumah sakit, dan gereja. Ia dianggap sebagai Santo oleh Gereja Katolik Roma dan Santo pelindung Nancy.[6] Sumber
Referensi
|